Baru tadi pagi Rusia resmi menyerang Ukraina nih di tiga sisi perbatasan. Sampai sekarang puluhan rudal udah menghancurkan beberapa tempat, termasuk pangkalan udara Ukraina. Duh kok ngeri ya, katanya serangan ini bisa jadi perang dunia 3 bener ngga sih? Terus Indonesia gimana?
FROYONION.COM — Ketegangan Rusia dan Ukraina nyatanya mengkhawatirkan seluruh negara di dunia. Beberapa pengamat dalam negeri dan luar negeri sepakat bahwa ada kemungkinan perang ini jadi awal mula perang dunia 3.
Tepat pada hari ini, Kamis (24/2) pukul 05.00 waktu setempat, Rusia menyerang kota-kota besar di Ukraina. Bahkan dari sumber yang gue kumpulkan, suara-suara ledakan terdengar di Kiev, ibu kota Ukraina dan kota pelabuhan Mariupol.
Kenapa sih kok mereka bersitegang sampai akhirnya perang benar-benar terjadi?
Dari beberapa sumber yang gue temukan, Ukraina yang sekarang itu bukan Ukraina yang dulu, yang bersahabat sama Rusia alias bestie Civs. Dulu waktu Perang Dingin, sebelum tahun 1990, orang-orang Ukraina dan Rusia bersatu dalam sebuah negara federasi bernama Uni Soviet. Negara komunis yang kuat di zaman Perang Dingin itu.
Oiya negara komunis era Perang Dingin digolongkan sebagai Blok Timur ya, sementara yang anti komunis berada di Blok Barat.
Perang Dingin terjadi pada pada tahun 1947 setelah Perang Dunia 2 berakhir, ketika hubungan Amerika Serikat dan Uni Soviet memburuk. Kedua negara ini saling bersaing satu sama lain, khawatir tentang ekspansi di bidang politik, ekonomi dan propaganda.
Uni Soviet memang memiliki pengaruh di wilayah Eropa Timur. Nggak heran kalau negara-negara di benua Eropa bagian timur menjadi negara-negara Komunis. Sedangkan di Eropa Barat ada Amerika Serikat dan negara-negara barat lainnya.
Melihat penyebaran paham komunis Uni Soviet menyebar dengan cepat, muncul ketakutan banyak orang Amerika menganggap Rusia akan menguasai dunia. Kebencian-kebencian tersebut tumbuh hingga menjadi rasa saling tidak percaya dan permusuhan yang luar biasa.
Untuk memperkuat pertahanan dan melawan negara komunis, Amerika Serikat dan kawan-kawan mendirikan North Atlantic Treat Organization disingkat NATO. NATO ini adalah organisasi militer terkuat di dunia yang bertujuan untuk menjaga keamanan di Eropa Barat.
Lalu pada tahun 1991, Uni Soviet bubar setelah komunis bukan lagi ancaman, Amerika Serikat menjadikan Islam garis keras sebagai ancaman dunia. Namun, NATO masih berdiri sampai sekarang.
Nah balik lagi Civs, pemimpin Ukraina yang sekarang ternyata lebih suka merapat ke Barat dan berusaha menjadi bagian dari NATO. Padahal dulu pernah bareng-bareng berjuang dalam negara Uni Soviet terus tiba-tiba kepincut sama negara barat. Pantas saja Rusia cemburu.
Hubungan Rusia dengan Ukraina memanas sejak 2014. Gara-garanya muncul revolusi menentang ide baru Rusia. Waktu itu presiden Ukraina Viktor Yanukovych pro-Rusia, tapi dia berhasil dilengserkan oleh massa antipemerintah. Kerusuhan bahkan sempat terjadi di beberapa wilayah Ukraina.
Revolusi ini juga akhirnya mendorong keinginan Ukraina bergabung dengan Uni Eropa (UE) dan NATO. Gimana Presiden Putin nggak marah kan? Belum lagi sejumlah negara Eropa Timur yang makin erat dengan NATO, kayak Polandia dan negara-negara Balkan.
Vladimir Putin kesel kali ya, jadi di akhir tahun 2021, dia memerintahkan pasukan Rusia untuk berjaga di perbatasan Rusia-Ukraina. Dari sumber dan laporan yang gue temukan, Rusia sudah menyiapkan 100.000 tentara ditambah tank dan perangkat keras militer lainnya.
Aktivitasnya Rusia ternyata terekam satelit Civs, yang membuat Presiden Amerika Serikat Joe Biden memberi tahu Rusia tentang sanksi ekonomi Barat jika menyerang Ukraina. Nggak lama setelah diberikan informasi tersebut, Rusia mengajukan tuntutan keamanan kepada Amerika Serikat dan negara barat, termasuk meminta NATO menghentikan semua aktivitas militer di Eropa Timur dan Ukraina.
Rusia juga meminta NATO untuk tidak pernah menerima Ukraina atau negara-negara bekas Uni Soviet lainnya sebagai anggota. Namun hal ini nggak digubris sama sekali oleh NATO.
Berbagai macam upaya diplomatik sudah dilakukan tapi belum menemui titik terang. Pada 24 Januari, NATO menempatkan pasukan dalam keadaan siaga dan memperkuat kehadiran militernya di Eropa Timur dengan menghadirkan lebih banyak kapal dan jet tempur.
Sementara itu, muncul berbagai pemberitaan dan laporan. Termasuk keinginan Rusia menyerang Ukraina tepat pada tanggal 16 Februari 2022. Hal ini juga dikatakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
“Mereka (barat) memberi tahu kami bahwa 16 Februari akan menjadi hari penyerangan," katanya.
Tetapi deklarasi perang melawan Ukraina itu nggak terjadi. Kementerian Pertahanan Rusia malah bilang telah menarik tentara, prasarana dan sarana pendukung dari perbatasan Ukraina.
Penarikan pasukan di perbatasan Rusia-Ukraina tampaknya tidak benar-benar dilakukan. Pada hari Kamis (24/3) Rusia melakukan serangan rudal dan menghancurkan kota-kota besar di Ukraina.
Dampak dari memanasnya tensi kedua negara yang melibatkan Amerika Serikat, Eropa, dan NATO itu berdampak langsung kepada harga komoditas, termasuk salah satunya adalah harga minyak mentah dunia. Melansir CNBC Indonesia, minyak mentah Brent pada perdagangan Kamis (24/2) pukul 09.07 WIB, melesat menyentuh US$ 100 per barel.
Pengamat perminyakan untuk Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Widhyawan Prawiraatmadja bilang kondisi ini merugikan banyak pihak, termasuk Indonesia. Terlebih, Indonesia sebagai pengimpor bahan bakar minyak (BBM) akan terkena imbas cukup berat.
"Hal ini secara berantai akan berpengaruh ke lokasi lain (domino effect). Ujung-ujungnya harga menjadi tinggi, dan biaya pengadaan minyak kita akan semakin besar. Jika harga domestik disesuaikan ada ancaman inflasi, jika tidak disesuaikan subsidi akan melonjak. Dampaknya bagi Indonesia jelas tidak bagus,” ungkapnya.
Menurut lo gimana Civs, apa yang lo persiapan kalau perang dunia 3 benar-benar terjadi? Duh berharap jangan sampai terjadi ya. (*/)
BACA JUGA: PERJUANGAN STARTUP TEKNOLOGI UKRAINA BERTAHAN DI TENGAH SERANGAN RUSIA