Lifestyle

PLATFORM ‘BIJAK MEMILIH’ KAWAL ANAK MUDA MEMILIH PEMIMPIN YANG TEPAT DI PEMILU 2024

Masih bingung milih siapa di Pemilu 2024, atau takut salah pilih pemimpin masa depan? Nggak perlu pusing. Buka saja platform ‘Bijak Memilih’ supaya kamu bisa membuat keputusan yang tepat berdasarkan data.

title

FROYONION.COM – Pesta Demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 akan segera menuju ke tahap pemilihan akhir bakal calon pemimpin bangsa beberapa bulan lagi. Pemilu adalah agenda prioritas nasional yang menjamin hak warga negara untuk aktif dalam pemilihan pemimpin dan pertukaran kekuasaan konstitusional.

Berdasarkan hasil rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap (DPT), mayoritas pemilih dalam Pemilihan Umum 2024 didominasi oleh Generasi Z dan Milenial. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengumumkan jumlah DPT untuk Pemilu 2024, yang mencapai total 204.807.222 pemilih.

Menurut Komisioner KPU RI, Betty Epsilon Idroos, dalam Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi DPT yang diadakan di kantor KPU, Jakarta, pada Minggu 2 Agustus 2023, sebanyak 66.822.389 pemilih atau sekitar 33,60% berasal dari generasi milenial. Generasi Milenial merujuk kepada individu yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996.

Sementara itu, jumlah pemilih dari Gen Z mencapai 46.800.161 pemilih atau sekitar 22,85% dari total DPT Pemilu 2024. Gen Z, pada konteks ini, adalah mereka yang lahir mulai tahun 1997 hingga tahun 2000-an.

Dalam total keseluruhan, jika menggabungkan jumlah pemilih dari kelompok generasi milenial dan generasi Z, maka jumlahnya mencapai lebih dari 113 juta pemilih. Kedua generasi ini mendominasi pemilih dalam Pemilu 2024 dengan persentase mencapai 56,45% dari total keseluruhan pemilih.

BACA JUGA: KAPAN POLITIK BISA JADI PANGGUNG SERU BUAT ANAK MUDA?

Selain itu, terdapat kelompok pemilih dari Generasi X yang mengikuti di urutan berikutnya, yakni sebanyak 57.486.482 pemilih atau sekitar 28,07% dari total pemilih. Generasi X adalah orang-orang yang lahir antara tahun 1965 hingga 1980.

Sisanya, sejumlah pemilih berasal dari kelompok Generasi Pre-Boomer, yang merujuk kepada individu yang lahir sebelum tahun 1946. Kelompok ini terdiri dari total 3.570.850 pemilih atau sekitar 1,74% dari total pemilih.

Hal inilah yang menarik, keterlibatan generasi muda dalam pemilu memiliki signifikansi yang besar karena mereka memiliki potensi yang kuat dalam membentuk arah masa depan negara.

Namun, ini juga menjadi sebuah tantangan karena seringkali generasi muda memiliki tingkat kepercayaan yang rendah terhadap peserta pemilu, khususnya partai politik.

Politik saat ini lebih fokus pada figur pemimpin daripada isu dan kebijakan yang relevan, sehingga bagi generasi muda yang tidak terlalu paham politik, mencari informasi yang dapat membantu mereka dalam pengambilan keputusan untuk memilih pemimpin sepertinya memang sulit. Apalagi dengan keragaman informasi, kita tidak tahu manakah informasi yang benar-benar kredibel untuk bisa kita konsumsi.

”Buat aku personal, kalau aku peduli tentang perubahan iklim, maka partai mana yang punya hal kesamaan (pandangannya) denganku dan ikut menyampaikan ide ini. Kandidat pemimpin atau presiden mana yang juga punya ide semacam ini. Sekarang susah menemukan informasi itu. Kalaupun ada informasi, justru tersebar di mana-mana atau malah tidak kredibel,” kata Andhyta, CEO Think Policy dan Co-Initiator Bijak Memilih setelah diluncurkannya Fase Kedua Bijak Memilih di Jakarta, Senin 11 Agustus 2023.

BACA JUGA: GIMANA SIH POLITIK BISA KLOP SAMA ANAK MUDA?

Andhyta Firselly Utami mengirim pesan singkat kepada Co-Founder What is Up Indonesia Abigail Limuria untuk membuat sebuah platform guna menanggapi isu ini. Berawal dari kegelisahan tersebut mereka berdua merespon tantangan ini dengan meluncurkan fitur baru pada platform bijakmemilih.id.

Di platform ini memungkinkan pengguna mencari informasi tentang rekam jejak partai politik sebagai peserta Pemilu 2024. Terdapat 16 partai politik tingkat nasional dan 6 partai politik lokal di Aceh yang tersedia dalam fitur tersebut.

Informasi yang disajikan mencakup ideologi partai politik, laman dan akun media sosial resmi partai politik, sejarah partai, calon anggota legislatif yang diusung, perolehan suara di daerah, jumlah kursi di DPR, tokoh partai politik, serta kasus yang melibatkan partai politik tersebut. Data ini dikumpulkan dari berbagai sumber, termasuk KPU dan hasil survei dari lembaga terkemuka.

Platform ini juga mencakup informasi tentang mantan narapidana yang mencalonkan diri dalam Pemilu 2024. Pengguna dapat melihat bagaimana sikap partai politik terhadap berbagai isu yang tengah menjadi perbincangan publik, seperti UU Cipta Kerja, UU TPKS, UU IKN, korupsi, dan isu nasional lainnya. Bijak Memilih juga menyediakan pengetahuan dasar tentang berbagai aspek pemilu, partai politik, dan isu-isu terkait.

Tujuan utama dari platform ini adalah memberikan pemahaman yang lebih baik kepada pemilih muda sehingga mereka dapat membuat keputusan yang lebih informasional dan berdasarkan fakta.

Platform ini juga membuka peluang untuk berkolaborasi dengan organisasi lain dalam pertukaran informasi dan penyelenggaraan kegiatan yang mendukung pemahaman pemilu yang lebih baik.

BACA JUGA: CUMA MODAL KAYA DAN TERKENAL BISAKAH KITA NYALEG?

Dilansir dari akun resmi X atau Twitter, Bijak Memilih merupakan lembaga independen yang diprakarsai oleh Think Policy dan What Is Up, Indonesia.

“Pendanaan Bijak Memilih adalah bagian dari inisiatif corporate citizenship Think Policy, dan dimiliki bersama kedua organisasi dengan komitmen penuh dalam menjadi independensi tanpa afiliasi dengan kandidat manapun,”

Gerakan ini bukan hanya sebuah inisiatif yang berdiri sendiri, tetapi juga mendapat dukungan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).

KPU menganggap bahwa Bijak Memilih memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran politik dan partisipasi pemilih, yang pada gilirannya akan memperkuat proses demokrasi.

Bijak Memilih mengutamakan kalangan muda yang memiliki akses internet, sehingga data dan informasi yang disediakan harus akurat dan menarik.

Tujuannya adalah agar pemilih generasi muda dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang kredibel, bukan sekadar politik identitas.

Terdapat tiga fase peluncuran Bijak Memilih. Fase pertama menyediakan informasi tentang isu-isu strategis yang relevan dengan pemilih muda. Fase kedua memberikan pemahaman lebih dalam tentang profil partai politik yang berpartisipasi dalam pemilu, termasuk ideologi, rekam jejak, dan posisi mereka terhadap isu-isu tertentu. Fase ketiga akan berfokus pada profil calon presiden dan calon wakil presiden.

Bijak Memilih bukan hanya sebuah platform informasi, tetapi juga menjadi saluran alternatif bagi pemilih muda dalam menghadapi informasi yang berlimpah dan disinformasi yang sering mengganggu proses pengambilan keputusan.

BACA JUGA: KENAPA ANAK MUDA JANGAN SAMPAI BUTA DAN CUEK SAMA POLITIK?

Selain itu, Bijak Memilih juga mencoba mengubah fokus pemilih dari politik identitas menjadi politik gagasan dan program sosial kontemporer.

Sebagai Gen Z yang tidak terlalu paham akan isu politik, saya sendiri cukup terbantu dengan adanya platform ini. Jika diposisikan sebagai manusia yang awam nggak tahu menahu akan politik, saya bisa melihat informasi yang sebelumnya saya tidak tahu.

Di halaman pertama saya sudah disuguhkan fitur untuk melihat track record partai politik, di sana saya tertarik untuk melihat rekam jejak dari partai nomor urut 1, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Saat membuka profil Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), saya disambut dengan berbagai fitur lain seperti profil partai yang berisi informasi singkat berisi berapa kursi DPR yang didapat oleh PKB saat ini periode 2019-2024, lalu ada gender bacaleg, serta generasi bacaleg terbaru.

Kemudian, jika di scroll ke bawah akan ada informasi umum mengenai ideologi partai, tokoh partai yang terkenal, serta fakta unik dari parpol.

BACA JUGA: SOUND HOREG ANDALAN KARNAVAL JAWA TIMUR MAKIN KE SINI MALAH BIKIN RESAH DAN GELISAH WARGA

Kemudian yang cukup mencuri pandangan saya yaitu, rekam jejak partai politik juga terpampang di sini. Terdapat rekam jejak pemungutan suara mengenai isu-isu terkini. Contohnya soal isu IKN yang belakangan sedang banyak dibicarakan, PKB menyatakan tanggapannya untuk mendukung rencana Jokowi dalam melanjutkan proyek Ibu Kota Negara (IKN).

Kemudian isu legalisasi ganja di Indonesia yang beberapa waktu lalu sempat viral, PKB menunjukkan ketidaksetujuan mereka. Menurut fraksi PKB, Rano Alfath wacana mengenai ganja terlalu gegabah.

Jika digulir ke bawah lagi, saya bisa menemukan jumlah kasus suap dan gratifikasi dari Parpol tersebut. Terdapat pula beberapa kasus besar yang menjerat Parpol tersebut beberapa tahun ke belakang, lengkap dengan mantan narapidana yang dicalonkan kembali dalam Pemilu 2024 mendatang.

Selain Bijak Memilih, sebenarnya sudah banyak juga gerakan masyarakat sipil lainnya yang berupaya melibatkan pemilih muda dalam proses pemilu. Beberapa gerakan ini telah bekerja keras untuk menciptakan kesadaran politik dan mendukung pemilih muda dalam membuat keputusan yang cerdas. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Anandita Marwa Aulia

Hanya gadis yang suka menulis