Lifestyle

LUCKY GIRL SYNDROME: TREN MANIFESTASI BARU DI TIKTOK

Ada lagi nih, tren manifestasi baru di TikTok ‘Lucky Girl Syndrome’. Banyak orang yang sudah mengklaim kalau tren fenomena ini berhasil, tapi apa iya benar-benar berhasil?

title

FROYONION.COM - Another day another trend di TikTok. Akhir-akhir ini banyak content creator yang mencoba untuk mengedukasi followersnya dengan menciptakan realitas sendiri melalui kekuatan afirmasi.

Kalau sebelumnya kalian pernah dengar tren tentang ‘Law of Attraction (LoA)’, ‘affirmation’, ‘manifestation’, ‘vision board’, ataupun ‘teknik scripting’. Sekarang ada lagi tren baru yang sebenarnya masih sejenis, yaitu ‘Lucky Girl Syndrome’

Beberapa di antara kalian mungkin udah pada dengar ya apa itu Lucky Girl Syndrome. Mungkin udah pada lewat di FYP TikTok kalian ya, Civs.

Nah, buat yang belum tau, Lucky Girl Syndrome adalah bentuk manifestasi yang berfokus pada keberuntungan. Jadi, seseorang berusaha untuk mempercayai bahwa dirinya beruntung dan semua yang diinginkannya berjalan sesuai dengan apa yang ia mau. Entah itu dalam hal percintaan, pekerjaan, ataupun hal-hal biasa dalam kehidupan sehari-hari.

Lucky Girl Syndrome menjadi sangat populer dalam beberapa waktu belakangan ini di TikTok. Entah siapa yang mulai mempopulerkannya, hashtag Lucky Girl Syndrome sudah mencapai 340,6 juta pengguna di TikTok (per 6 Februari). 

Bahkan banyak pengguna TikTok yang membagikan ceritanya kalau fenomena Lucky Girl Syndrome benar-benar berhasil dan bekerja terhadap mereka. Misalnya saja mereka mudah menemukan barang yang dicari, dapat hadiah undian, sampai beruntung dalam hal percintaan. 

Terus gimana sih, cara nerapin Lucky Girl Syndrome? 

Sebenarnya ada manifestasi, afirmasi, dan law of attraction yang berhubungan dengan fenomena Lucky Girl Syndrome ini. Sebelum itu, ayo kita bahas satu per satu pengertian dari istilah di atas.

Manifestasi adalah proses untuk membangun atau membayangkan impian yang diinginkan dengan menggunakan kekuatan pikiran yang positif. Misalnya ketika seseorang bermimpi untuk menjadi seorang pembicara maka, yang ia coba lakukan adalah berakting di depan kaca seolah ia sedang menjadi pembicara.

Sedangkan afirmasi adalah salah satu bentuk manifestasi berupa pernyataan positif yang disampaikan untuk memberikan keyakinan lebih kepada diri sendiri. Contohnya dengan mengatakan “Gue berhak bahagia”, “Gue adalah orang yang beruntung”, “Hari ini ujian gue lancar”, dan lain sebagainya.

Sementara law of attraction adalah hukum tarik menarik yang berasal dari pikiran dengan alam semesta. Seseorang percaya bahwa pikiran positif akan membawa energi yang positif terhadap kehidupan mereka.

Nah dalam Lucky Girl Syndromeseseorang akan memanifestasikan hal-hal baik dalam bentuk afirmasi. Ia meyakini bahwa dirinya adalah seseorang yang beruntung. 

I am so lucky, everything works out for me, (Gue sangat beruntung, semuanya berjalan sesuai keinginan gue),” begitulah kira-kira afirmasi yang disampaikan.

Setelah itu, ia akan mempercayai bahwa law of attraction atau hukum tarik menarik akan bekerja terhadap dirinya. Seseorang yang menerapkan Lucky Girl Syndrome mempercayai bahwa alam semesta akan bekerja sama dengan pikiran mereka.

Jadi jika kalian ingin menerapkannya, kalian cukup mengucapkan dan mempercayai bahwa kalian adalah orang yang beruntung. Kalian bisa mengucapkan afirmasi tersebut kapanpun dan dalam situasi apapun.

Misalnya lagi nih, hari ini kalian lihat tas incaran kalian diskon? Kalian bisa saja langsung berucap syukur dan meyakini jika hal ini terjadi karena kalian adalah orang yang beruntung.

Terus gimana ya pendapat para ahli seputar tren Lucky Girl Syndrome ini. Apakah itu benar nyata? 

Tentang Lucky Girl Syndrome ini setiap orang bebas untuk mempercayainya atau tidak. Kalau kalian nyoba dan akhirnya beruntung ya that’s good

Kalau menurut beberapa ahli nih, Lucky Girl Syndrome punya dampak positif dan juga negatif, tergantung bagaimana seseorang menerapkannya. Karena Lucky Girl Syndrome memainkan pikiran, secara nggak langsung pikiran tersebut yang akan mendorong otak dan badan kita.

Menurut Abdullah Boulad, seorang specialist behaviour menjelaskan kalau berpikiran positif itu memiliki banyak manfaat. Berpikiran positif seperti menganggap bahwa kita beruntung dapat membantu otak merangsang kegembiraan, membangun hubungan baik dengan sosial, mengendalikan diri hingga mengurangi perasaan stres dan khawatir.

Walaupun banyak manfaatnya, kalau berpikiran positif digunakan sebagai coping mechanism untuk menghadapi emosi negatif dan kenyataan hidup yang keras, hal tersebut tentunya bisa menjadi toxic positivity. Pikiran positif itu malah membuat kita menyangkal dan tidak mengakui perasaan.

Lucky Girl Syndrome biasanya juga digunakan dalam konteks toxic relationship. Perempuan meyakini bahwa dirinya beruntung memiliki hubungan yang tidak sehat, kasar, ataupun bermasalah. 

Kondisi seperti itu tentunya perlu diwaspadai ya, biasanya dalam hubungan tersebut melibatkan perilaku gaslighting yang dilakukan oleh pasangan. Perempuan tersebut akhirnya menggunakan pikiran positifnya untuk menormalisasikan toxic relationship tersebut.

Selain itu, Boulad juga menyebutkan kalau mengandalkan pikiran positif bisa menyebabkan seseorang menyalahkan dirinya sendiri. Kesadaran diri seseorang akan berkurang yang menyebabkan ekspektasi mereka jadi terlalu tinggi, dan akan berakhir mengalami kekecewaan jika hal tersebut tidak kejadian.

Sepenuhnya menyalahkan diri sendiri tentunya tidak baik ya, Civs. Seperti yang kita tahu, ada banyak faktor diluaran sana yang turut mendukung apakah keinginan kita akan tercapai atau tidak. Kalau kata Marcus Aurelius, “Kamu memiliki kendali atas pikiranmu, bukan kejadian-kejadian di luar sana,” dikutip dari buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring.

Oleh sebab itu, penting banget buat kita menyeimbangkan pikiran positif dan realita tentang kemungkinan yang akan terjadi. Kita bisa menerapkan Lucky Girl Syndrome tapi jangan sampai kita menghindari fakta kalau kita memang sedang tidak beruntung ya.

Kalau tadi menurut Boulad, sekarang menurut Christopher Chabris tentang Lucky Girl Syndrome. Ilmuwan kognitif tersebut meyakini bahwa Lucky Girl Syndrome yang didasarkan dari law of attraction merupakan sebuah illusory correlation

Illusory correlation adalah penglihatan seseorang tentang hal-hal yang selalu berkaitan, padahal sebenarnya hanyalah kebetulan. Seseorang percaya kalau kejadian baik itu terjadi karena afirmasi-afirmasi positif yang pernah diucapkan.

Jadi, semua kembali lagi ke diri kalian masing-masing. Kalian boleh percaya dan boleh juga nggak tentang Lucky Girl Syndrome ini. Buat kalian yang mau percaya, jangan sampai pikiran positif yang kalian bangun itu malah bikin kalian males buat berusaha.

Nggak masalah kok buat mengafirmasi kalau kalian adalah orang yang beruntung, tapi jangan lupa buat memvalidasi perasaan kalian juga. Kalian harus sadar kalau perasaan negatif dan suasana hati yang buruk itu valid dan itu nyata.

Walaupun kalian sudah melakukan afirmasi positif, kalian juga harus tetap memprediksi kesalahan atau halangan-halangan yang mungkin akan terjadi. Jadi, ekspektasi kalian gak bakalan nyakitin diri sendiri. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Hesti YA

Mending nulis daripada overthinking