Lifestyle

“CHILLING ADVENTURES OF SABRINA”: SERIAL REMAJA DENGAN SEGUDANG REFERENSI MITOLOGI

Serial “Chilling Adventures of Sabrina” merupakan serial dengan genre supernatural horror yang dirilis di platform layanan streaming Netflix. Serial ini diadaptasi dari komik Archie dengan judul yang sama. Serial ini terdiri dari 2 musim yang dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama serial ini dirilis pada 26 Oktober dan 14 Desember 2018, keduanya dirilis pada 5 April 2019, ketiga dirilis pada 24 Januari 2020, dan keempat dirilis pada 31 Desember 2020.

title

FROYONION.COM - Berbeda kaya serial Netflix yang sering jadi sorotan di media sosial, serial ini termasuk dari salah satu serial yang underrated. Padahal referensi beberapa mitologi yang diambil sangat menarik untuk dibahas karena ga banyak film atau serial yang menyajikan mitologi-mitologi ini dengan cara yang berbeda. Kebanyakan film atau serial jika mengambil referensi tentang demonology akan menyajikannya dengan mengambil satu karakter saja untuk difokuskan. Misalnya, karakter Lucifer akan muncul sebagai musuh utama dan tidak melebarkan jangkauan ke penghuni Neraka lain.

Tapi di serial ini, mitologi itu disajikan dengan cukup bervariasi. Pada musim pertama part 1 sampai 2 iblis yang ditampilkan belum terlalu banyak, hanya berfokus pada Dark Lord alias Lucifer Morningstar. Setelah itu ada beberapa penambahan karakter sebagai penghuni Neraka seperti Beelzebub, Asmodeus, Calliban, dan Lilith. Lalu pada musim kedua, part 3 dan 4, lebih cenderung menampilkan karakter-karakter yang berasal dari referensi mitologi Pagan Gods seperti Pan dan The Green Man, disertai referensi dari Lovecraftian. 

Lebih menarik lagi serial ini juga menampilkan beberapa makhluk dari kisah rakyat (folklore) dari budaya-budaya berbeda seperti Robin Goodfellow yang berasal dari referensi dongeng Inggris, Circe dari mitologi Yunani, Batibat yang berasal dari referensi dongeng Tagalog, Bartel yang terinspirasi dari Krampus (dongeng Pegunungan Alpine) dan masih banyak lagi. Begitu banyaknya dan beraneka ragam makhluk atau iblis yang ditampilkan. Di serial ini semua makhluk atau iblis diberikan peran yang lebih dari sekedar menakuti atau meneror. Jadi mereka terlihat lebih berpengaruh dan memiliki dialog panjang dengan karakter manusia di serial ini.

Hal ini berbeda dengan iblis-iblis yang ditampilkan di film Indonesia. Jika di serial “Chilling Adventure of Sabrina” mereka mengambil makhluk dan iblis dari berbagai referensi kepercayaan, di Indonesia referensi Iblis yang dipakai dalam film terkesan itu-itu saja. Tampilan iblis yang ditampilkan di film Indonesia tidak jelas mengambil referensi dari mana, yang penonton tahu bahwa iblis itu berasal dari Neraka. Kebanyakan pola penggambaran iblisnya itu sama saja, seperti kuku panjang, bertanduk, kulit penuh luka, dan tidak mempan dengan doa. 

Padahal tidak semua iblis memiliki penampilan seperti itu, Lucifer Morningstar alias Dark Lord yang ditampilkan di serial “Chilling Adventure of Sabrina” berpenampilan modis dan berganti-ganti, terkadang menggunakan jas, jubah kaftan, kemeja, bahkan sepatu. Meskipun ia penguasa Neraka, Lucifer Morningstar berwujud menyerupai manusia, tidak makhluk merah bertanduk, tapi hal itu tidak mengurangi esensi menakutkan untuk karakternya. Tak hanya Lucifer Morningstar, iblis-iblis lain juga memiliki penampilan unik yang berbeda satu sama lain dan tidak terkesan monoton.

Film dan serial memang dua hal yang berbeda, serial memiliki beberapa episode dan musim, sedangkan film hanya memiliki durasi yang umumnya 1-3 jam. Tapi yang perlu digaris bawahi film horor Indonesia seharusnya sangat bisa untuk menampilkan iblis atau setan yang tidak monoton. Jika di serial ini iblis dan makhluk mitologi mempunyai penampilan unik, Indonesia juga sebenernya punya banyak penggambaran iblis atau setan dengan penampilan unik, seperti memiliki wujud setengah manusia setengah hewan, orang Bati yang memiliki tubuh kera dan sayap kelelawar, leak, dll. Atau mungkin bisa juga mengambil referensi dari mitologi lain dan dimodifikasi tanpa menghilangkan esensi menakutkan dari iblis tersebut.

Karena jika melihat iblis-iblis di serial ini, mereka jauh lebih elegant dan bergaya tapi di sisi lain mereka juga terlihat serem dan mengancam. Sementara itu, iblis-iblis di Indonesia masih digambarkan sebagai makhluk buruk rupa bertanduk, bertaring dan berkuku panjang. Serial “Chilling Adventure of Sabrina” juga ngga terpaku hanya dengan mitologi dari suatu kepercayaan, tapi serial ini juga mengambil banyak referensi mitologi atau dongeng dari karya sastra seperti, Novel dan Drama. 

Serial ini sedikit banyak mengambil dari Drama miliki William Shakespeare dan karya-karya milik penulis novel horor asal Amerika, H. P. Lovecraft. Sehingga makhluk dan iblis yang ditampilkan beragam tidak hanya berfokus pada satu iblis atau satu makhluk saja. Terdengar sangat sepele jika film atau serial horror dinilai dari penampilan dan referensi makhluk atau iblisnya, namun bagi beberapa orang melihat banyaknya referensi mitologi yang ditampilkan di serial ini sangatlah menarik. Karena kita bisa banyak mengetahui berbagai mitologi dari kepercayaan, kebudayaan, dan karya sastra. Sehingga saat menonton serial ini, penonton ga akan bosen dengan iblis atau makhluk yang ada di ceritanya. 

Di Indonesia pun banyak referensi mitologi yang bisa dipakai untuk menggambarkan iblis. Keanekaragaman budaya dan mitos-mitos yang berkembang bisa jadi acuan yang tepat untuk mencari penggambaran iblis yang anti mainstream. Jika di serial ini iblis bisa digambarkan dengan pria berambut ikal, dan memakai tuxedo serta sepatu kulit, seharusnya Indonesia bisa menggambarkan iblis dengan bentuk pewayangan atau pria memakai baju ala kerajaan. Sah-sah saja sebenarnya mengambil referensi dari luar negeri, tapi sudah saatnya untuk mencari referensi lain yang lebih modern. Karena dengan banyaknya referensi mitologi yang dimasukkan akan lebih membuat film atau serial itu kaya dan tak membosankan. 

Buat kalian penggemar film atau serial bergenre supernatural horror, serial “Chilling Adventures of Sabrina” bisa kalian tonton di Netflix. Serial ini mendapat rating 7,5/10 dari 81.357 suara di situs IMDB, rating 81% dari 28 ulasan di situs Rotten Tomatoes. Aku pribadi kasih rating 8/10 untuk serial ini. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Elyan Yulio

Mahasiswa Sastra Inggris, Admin akun Cinefreak, pecinta film/series/music, reviewer amatir