Lifestyle

BARE FACE JODIE DIHUJAT, BUKTI ADANYA STEREOTIP CANTIK BAGAI ‘BIHUN’

Dihujatnya sejumlah public figure karena warna kulit menurut gue jadi salah satu sign bahwa kita masih menganggap ras kulit putih superior (seperti pas jaman penjajahan) dan terkekang oleh stereotip kecantikan yang merugikan.

title

FROYONION.COM - Brisia Jodie langsung mendapat hujatan dari warganet setelah mengunggah foto wajahnya yang tanpa makeup ke media sosial. Hujatan itu datang dari warganet yang ngerasa kecewa sama wajah Brisia Jodie karena berbeda di televisi. Dalam postingan tersebut, wajah Brisia Jodie sedang memiliki beberapa jerawat di daerah dagu.

Sebagai public figure, wajah Brisia Jodie yang sedang berjerawat dan dianggap gelap oleh warganet itu tidak sesuai dengan citra yang selama ini ditampilkan media. Begini beberapa komentar warganet yang ‘maha sempurna’ itu.

“Oh gak seputih itu ya ternyata? wkwk”

“Aslinya begini ya ternyata… Speechless”

“Hehehe kulitnya tak seglowing filter”

Mendapat hujatan tersebut, Brisia pun membalas dalam sebuah postingan Instagram stories dan mengatakan bahwa ia merasa sakit hati hingga menjadi tidak percaya diri. Ia juga menegaskan bahwa tidak ada yang salah ketika seseorang ingin memposting wajah tanpa make up sekalipun sedang breakout, sebab itu merupakan hak masing-masing. Tak hanya itu, Brisia Jodie juga menyebut-nyebut nama Black Pink, idol K-Pop yang terkenal cantik, putih dan langsing sebagai perbandingan.

“Emang orang-orang ekspektasinya aku seputih apa sih? Seputih Black Pink? Aku juga bukan lahir dari gen yang putih guysss,” jelasnya lagi.

Hal ini sempat menjadi trending topic di media sosial Twitter dan menuai berbagai komentar. Meski banyak yang menghujat Brisia Jodie, banyak juga nih warganet berakal sehat yang membelanya. 

Mereka membela bahwa Brisia Jodie tetap cantik meski tidak putih dan tidak ada yang salah dengan kulit breakout. Mereka juga menyayangkan orang-orang yang masih menggunakan stereotip bahwa cantik itu harus bagai bihun yaitu putih, tinggi, langsing dan glowing. Warganet yang sudah tercerahkan pikirannya ini menghardik orang-orang yang memiliki makna kecantikan dalam lingkup yang sempit dan konservatif.

Begini beberapa komentar beragam di Twitter:

“Kasian banget mbak Jodie di bully  gara-gara post muka bareface, kek dikatain gak putih dll, kek plis, cantik itu gak selalu harus putih mulus kek idol Kpop, setiap orang punya sisi cantiknya, dan tidak harus putih!”

“Lihat Jodie di bully jadi heran sama orang yang patokin standar kecantikan itu harus putih. kasian buta warna cuma bisa lihat warna putih doang semoga cepat sembuh deh ya,”

Coba lo pikir deh, bakal sekacau apa jadinya kalo wanita di Indonesia bisa dianggap cantik asal berkulit putih? padahal kita hidup di lingkungan yang tropis dan cenderung panas. Terus gimana coba, kalo wanita di Indonesia baru bisa dianggap menarik ketika punya tubuh tinggi dan langsing? padahal rata-rata tinggi perempuan Indonesia sekitar 160 cm. Meski banyak yang nggak setuju dan menghardik stereotip ini, tapi kenapa ya masih banyak penganut stereotip ini?

Menurut gue, hal ini disebabkan kita (atau setidaknya beberapa dari kita) masih menganggap ras kulit putih superior. Mungkin, ini juga bawaan masa lalu saat para penjajah yang dianggap berkedudukan tinggi memiliki ras Kaukasia dengan ciri-ciri berkulit putih, bertubuh tinggi dan hidung mancung. Sehingga tanpa sadar muncul pikiran bahwa kulit putih tampak lebih baik, keren ataupun cantik sehingga diidam-idamkan.

Hal ini juga didukung dengan pemasaran produk-produk pemutih kulit. Asia Pasifik sendiri dikenal dengan pasar yang sangat sukses untuk penjualan produk pemutih kulit. Banyak iklan yang mengagung-agungkan bahwa kulit yang cantik adalah yang putih. Bahkan mungkin lo udah kenyang banget ngeliat produk-produk kecantikan dengan embel-embel memutihkan atau whitening. Padahal dunia ini memiliki beragam ras warna kulit yang berbeda dan putih bukanlah satu-satunya. 

Media juga banyak  menggunakan artis-artis dengan ciri-ciri seperti ras Kaukasia untuk pengiklanan produk ataupun di dunia hiburan. Gak perlu jauh-jauh, kita ambil contoh iklan sabun. Iklan sabun biasanya menggunakan brand ambassador dengan ciri-ciri berkulit putih, langsing dan tinggi. Iklan-iklan dari produk tersebut selalu merepresentasikan kecantikan dan kebersihan namun hanya dengan BA yang memiliki ciri-ciri seperti ras Kaukasia.  

Hal ini semakin membuat masyarakat berpikir bahwa kulit putih adalah syarat cantik yang ideal, sehingga secara tidak langsung mendiskriminasi wanita-wanita yang tidak sesuai dengan standar kecantikan yang mereka anggap ideal tersebut. Wanita yang tidak sesuai dengan standar kecantikan template Indonesia seringkali mendapat perlakuan tidak menyenangkan seperti hinaan dan bahkan diskriminasi.

Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Seseorang yang mendapat hinaan bahkan diskriminasi pada penampilan dapat kehilangan kepercayaan diri, merasa tidak berharga, malu bahkan jika semakin parah dapat menjadi depresi hingga melakukan segala cara untuk merubah penampilan agar diterima di masyarakat. Ternyata, hinaan soal warna kulit di kalangan infotainment tidak hanya dialami oleh Brisia Jodie. 

Salah satu artis yang juga mengalami bully dari warganet karena warna kulit adalah Arawinda Kirana. Arawinda Kirana adalah seorang aktris berusia 21 tahun yang sukses meraih piala FFI untuk film berjudul Yuni yang dibintanginya. Arawinda memiliki warna kulit sawo matang seperti wanita Indonesia pada umumnya. Selain itu, ia juga memiliki rambut yang keriting dan hal ini tidak dianggap sesuai dengan standar kecantikan Indonesia yang harus memiliki kulit putih serta rambut lurus. Arwinda Kirana pun mengaku sempat mengalami masa-masa sulit akibat hinaan dari orang-orang. Ia mengaku suaranya tidak didengar dan kerap mendapat diskriminasi akibat penampilannya.

Namun, kini gue lihat media dan perusahaan kosmetik sudah semakin terbuka soal keunikan akan perbedaan ataupun bentuk tubuh. Apalagi tren-tren yang terus berkembang dan semakin mendidik konsumen. Sudah saatnya kita makin mawas diri dan mematahkan stereotip yang ada. Sudah saatnya kita sadar akan keunikan masing masing dan tidak berpaku pada stereotip apapun, sebab semuanya cantik dan semuanya sama berharga. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Kal

Seorang gadis sederhana dengan pikiran ruwet. Punya kecanduan sama film serta buku.