Tips

TIPS MEMBANGUN TONE KOMUNIKASI YANG POSITIF DENGAN REKAN KERJAMU BUAT FRESH GRAD

Dalam dunia kerja, berkomunikasi dengan tone yang positif akan menghindari terjadinya konflik sesama karyawan.

title

FROYONION.COM Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik agar bisa berinteraksi dengan sesamanya. Termasuk juga di dalam lingkungan dunia kerja. Di dalam lingkungan dunia kerja, kemampuan berkomunikasi yang adalah hal yang sangat penting.  Saking pentingnya kemampuan tersebut, dilansir dari situs resminya, Linkedin memasukannya sebagai salah satu skill yang wajib dimiliki dalam dunia kerja pada tahun 2023. 

 Nah, salah satu hal yang sebenarnya penting dalam berkomunikasi namun cenderung kurang diperhatikan kebanyakan orang yaitu tone. Lalu, apa sih sebenarnya tone? Pada dasarnya, adalah kesan yang muncul di benak orang lain setelah menyimak hal yang kita sampaikan. Lalu, apa sih pentingnya tone? Perlu kita ketahui, dilansir dari situs Linkedin, 10% konflik disebabkan oleh perbedaan pendapat, 90% konflik disebabkan oleh perihal tone. Nah, dengan demikian,  menjaga tone agar selalu positif dalam berkomunikasi sebenarnya akan menghindari terjadinya konflik dengan karyawan lain.  

Bahkan, menurut suatu penelitian dilansir dari situs Forbes, tone komunikasi yang positif akan meningkatkan kerjasama antar karyawan. Menurut penelitian tersebut, disebutkan 62% karyawan menjadi lebih responsif dalam kerjasama menyelesaikan pekerjaan bila mereka saling berkomunikasi dengan tone yang positif. Nah, berikut beberapa tips membangun komunikasi dengan tone yang positif di dalam lingkungan dunia kerja. 

PERTAMA: TERAPKAN MAJAS EUFIMISME

Dalam Bahasa Indonesia, dikenal majas eufimisme. Kita tentunya pernah mempelajari majas tersebut dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia saat masih duduk di bangku sekolah. Apakah kita masih mengingatnya ataukah sudah lupa? Pada dasarnya, majas ini bertujuan menghaluskan ucapan yang kasar sehingga lebih nyaman didengar lawan bicara yang kita tuju.  

Dalam dunia kerja, terkadang kita ingin menyampaikan hal-hal negatif seperti kritik kepada rekan kerja kita. Untuk menyampaikannya, pada titik inilah pentingnya menerapkan majas eufimisme. Kita kemas ucapan tersebut agar menjadi lebih halus dan santun. Umpamakan, kamu bekerja sebagai seorang desain grafis. Suatu hari, kamu dan seorang rekan kerja lain mendapatkan tugas membuat desain poster. Kamu mengerjakan halaman pertama. Rekan kamu mengerjakan halaman kedua.  

Kamu lalu melihat pekerjaan rekan kamu di bawah ekspektasi yang diharapkan. Nah, kamu lebih baik berkata “Kualitas desainnya perlu ditingkatkan agar sesuai ekspektasi bos,” kepadanya, daripada berkata “Ini desainnya kok jelek banget sih? Gimana sih? Bisa mendesain nggak sih?” Dengan berkata “Kualitas desainnya perlu ditingkatkan agar sesuai ekspektasi bos,” akan mendorongnya untuk mendorongnya untuk memperbaiki pekerjaan desainnya.  

Apa yang akan terjadi bila kita berkata “Ini desainnya kok jelek banget sih? Gimana sih?  Bisa mendesain nggak sih?” kepadanya? Bisa saja, perkataan ini malah memancing emosi rekan kerja kamu hingga berujung baku hantam dengannya. Hal tersebut tentunya harus kamu hindari. Nah, tips pertama ini bisa diterapkan baik dalam komunikasi lisan maupun tertulis. 

Agar tone hal yang kita tuturkan tetap positif, kita pun harus memperhatikan pace dan volume. Bila kita kurang memperhatikannya, bisa saja tone menjadi negatif.  Tone memang dipengaruhi oleh dua hal tersebut. Pace adalah seberapa cepat kita mengutarakan suatu hal. Volume adalah seberapa keras suara yang kita keluarkan. Nah, bila kita mengutarakan suatu hal dengan cepat dan volumenya begitu keras, memunculkan tone yang negatif.  Sebabnya,  terkesan seperti orang yang sedang marah. Penuturan yang seperti ini pun rawan memancing emosi lawan bicara. Usahakan agar menuturkan suatu hal dalam pace dan volume yang sedang. 

KEDUA:  HINDARI MENAMPILKAN BAHASA NONVERBAL YANG NEGATIF 

Dalam dunia kerja, kita harus berusaha menampilkan bahasa nonverbal yang positif apa pun yang terjadi.  Bahasa nonverbal, pada dasarnya, komunikasi yang tak menggunakan diksi. Dalam buku berjudul Guide To Managerial Communicationkarya Mary Munter, bahasa nonverbal mencakup postur tubuh, gerak tubuh, gestur tangan dan lengan, ekspresi wajah, dan kontak mata.  

Sebagai contoh prakteknya, umpamakan lagi kita bekerja sebagai seorang desain grafis. Kita dan rekan kerja ditugaskan menyelesaikan poster. Kita tak puas dengan kualitas desain rekan kerja kita. Penyebabnya, kualitas desainnya sangat jauh di bawah ekspektasi. Nah, dalam situasi seperti ini, kita biasanya akan menampilkan bahasa nonverbal yang negatif untuk mengekspresikan ketidakpuasan terhadap kualitas pekerjaannya.  Misalnya, menampilkan raut muka yang ingin marah atau gestur membuka kedua tangan dan lengan sebagai ekspresi rasa kecewa terhadap kualitas pekerjaannya. Bahasa nonverbal yang seperti itu pun rawan memancing emosi rekan kerja kita.  

Sebaiknya, kita usahakan tetap tampilkan bahasa nonverbal yang positif. Seperti apa yang sudah saya sebutkan sebelumnya, kita harus berusaha menampilkan bahasa nonverbal yang positif apapun yang terjadi di dalam lingkungan kerja. Misalnya, kita menunjukkan raut muka yang optimis sambil berkata “Coba deh tingkatkan lagi kualitas desainnya, agar sesuai ekspektasi bos.” Hal ini pun akan mendorongnya untuk memperbaiki pekerjaan desainnya. 

Itulah,  beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk membangun tone komunikasi yang positif dalam lingkungan dunia kerja.  Dalam dunia kerja, memang wajar bila ada hal-hal negatif yang ingin kita sampaikan kepada rekan kerja kita. Namun, dalam dunia kerja, kita harus bisa menyampaikannya secara baik-baik.  Pada titik inilah pentingnya memahami tone.

Dengan mengutamakan tone yang positif dalam berkomunikasi di lingkungan kerja, membuat rekan kerja kita merasa nyaman sehingga menghindari konflik. Meskipun kita menyampaikan hal yang negatif terkait dirinya. Kita tentunya merasa tak begitu nyaman menyelesaikan pekerjaan bila berkonflik dengan karyawan lain. Sebaliknya, bila kita memiliki hubungan yang baik dengan setiap karyawan, tentunya membuat kita merasa lebih nyaman menyelesaikan pekerjaan. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Rahadian

Sarjana hubungan internasional yang kecanduan menulis artikel dan berbisnis kreatif.