
dr. Tirta dikenal sebagai sosok pebisnis, kreator konten sekaligus dokter yang telah melewati banyak ‘asam garam’ kehidupan baik di kehidupan nyata maupun di sosial media.
FROYONION.COM - Tokoh dr. Tirta adalah seorang dokter yang terbilang masih muda yang merupakan seorang dokter lulusan UGM yang namanya mulai naik sebab beliau vokal banget perihal masalah Covid-19 yang terjadi di Indonesia waktu itu.
Nama lengkapnya sendiri adalah Tirta Mandira Hudhi. Ia sering juga dipanggil Cipeng alias “Cino Gepeng” tanpa bermaksud menyinggung ras tertentu ditambah perawakannya yang dulu kurus.
Tirta dulunya adalah sosok yang vokal sekali perihal Covid, bahkan pernah berdebat sama bung JRX alias Jerinx selaku drummer Superman Is Dead waktu itu perihal konspirasi Covid-19.
dr. Tirta adalah sosok yang suka ‘nge-gas’ dan keras di setiap pembawaan kontennya. Dan anehnya saya suka dengan pembawaan yang seperti itu. Sangat blak-blakan tapi tetap berwibawa. Mungkin karena ia seorang perantau, pebisnis, dan dokter pula mungkin dari itulah ia mendapatkan pembawaan ciri khasnya.
Bisnisnya adalah jasa cuci sepatu dan itu sudah dirintisnya di Yogyakarta sejak 12 Oktober 2013. Bisnis itu bermula karena dia kehabisan uang karena ditipu. Lalu dia menyelesaikan masalahnya dengan mencuci sepatu.
Pernah dr. Tirta berujar, kalau ingin memperluas market kita harus buka market di ibu kota daripada di daerah. Katanya kalau minder dengan kompetitor simpel saja. “Cukup bandingkan dirimu beberapa tahun yang lalu dengan versi dirimu yang sekarang,” tukasnya saat diwawancara di satu episode Frodcast oleh Haris Franky.
Ia pernah berada di fase mencari validasi terus-menerus dengan memanfaatkan sebuah isu yang beredar di Internet dan mengambil dari sudut pandang yang berbeda sehingga membuat dirinya dibicarakan dan viral. Tapi ternyata hal itu malah membuatnya banyak haters dan berdampak pada kerabat dekatnya tak terkecuali bisnisnya.
Dia sendiri mengakui bahwa dirinya dulu terlalu banyak gimmick, akhirnya membuat orang lain malas karena tidak berkualitas.
Ia pun mengubah brandingnya. Dia lebih fokus dengan satu niche dan lebih fokus menulis. Boleh ceplas-ceplos tapi harus di-filter mana yang baik dan buruk. Baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Bahkan dia pernah baku hantam dengan kawannya hanya perkara brand lokal sampai debat antara netizen dengannya yang berujung debat kusir.
Menurutnya, medsos adalah sebuah alat membangun personal branding buat diri sendiri. Caranya adalah dengan mengisi kontennya dengan variatif sekali mulai dari edukasi kesehatan, skena, dunia fesyen terutama sepatu dan yang paling sering saat ini adalah tentang olahraga.
dr. Tirta melampiaskan emosinya dengan musik, olahraga bahkan sesimpel mengobrol dengan orang yang satu frekuensi dengan hal yang digelutinya. Atas tujuan menghilangkan stres. “Perkara rezeki datang sendiri” katanya.
Orang butuh wadah sebenarnya untuk meluapkan emosinya. Kata dia, “Yang penting jangan destruktif/ merusak ke dalam diri”. Contoh ke dalam, merusak diri sendiri dengan alkohol, rokok, narkoba, dll. Ini disebutnya sebagai “Anger Management Issues”.
Ada orang marah mukul apapun itu, entah dengan memukul hewan, istrinya, barang, dsb. Itu anger management-nya belum matang tapi untuk yang sudah dewasa mereka juga lebih kalem meski sedang marah juga.
Mau tak mau rasa marah harus dilepaskan dan dilampiaskan. Semua itu yang berperan adalah hormon dan itu harus berada di kadar normal.
dr. Tirta menyarankan untuk lepaskan marah kita dengan berolahraga, naik motor, menikmati musik. Apapun itu pokoknya dengan hal yang positif.
Menurutnya saat ada orang marah-marah dengan fake account itu bisa jadi adalah sebuah bentuk penyaluran kemarahannya. Itu sangat wajar dan orang akan belajar dengan hal itu.
Satu momen yang pernah menguji kemampuan dr. Tirta mengelola amarahnya ialah saat ia terlibat dalam video Siniar. Videographernya melakukan kesalahan dengan tak sengaja menghilangkan video yang sudah diambilnya.
Dan dr. Tirta langsung to the point dengan masalahnya dan menyuruh pada anak buahnya untuk shooting ulang dengan format yang berbeda. Dan si anak buahnya (Daniel) itu tampak terheran-heran dengan keputusan yang diambil oleh beliau.
Katanya, saat kita marah, lebih baik fokus ke solusi. Ia lebih respek kepada pemuda yang bisa melampiaskan kemarahan pada hal-hal positif daripada melakukan hal yang buruk.
“Orang Indonesia harus lebih aware dengan anger management-nya masing-masing,” pesannya.
Simak lebih lanjut obrolan mereka tentang dunia bisnis, amarah dan menjaga reputasi di episode Frodcast yang berjudul dr. Tirta : Orang Indonesia Itu Perlu Belajar Mengelola Amarahnya. Bisa di YouTube Froyonion ataupun kanal Frodcast di Spotify. (*/)