Lebih untung mana ya dalam membuat konten. Mending bikin konten evergreen atau konten trending?
FROYONION.COM – Dalam dunia konten digital, terutama di platform seperti media sosial dan situs berbagi video, terdapat perbedaan antara konten viral dan konten evergreen.
Konten viral biasanya mencapai popularitas tinggi dalam waktu singkat, seringkali karena kontennya kontroversial, lucu, atau mencengangkan.
Namun, kepopuleran tersebut juga cenderung meredup dengan cepat. Sementara itu, konten evergreen adalah konten yang tetap relevan dan dapat menarik pemirsa dalam jangka waktu yang lebih lama.
Sebelum membahas lebih dalam lebih mana yang lebih okay konten viral atau konten evergreen, yuk kita selami lebih dalam definisi keduanya.
Di platform sosial seperti Twitter, Instagram, atau TikTok trending topik (TT) merujuk pada kata kunci atau hashtag utama yang sedang menjadi pembicaraan di kalangan pengguna media sosial secara real-time.
Tren-tren ini biasanya memberikan cara efektif dan mudah untuk melihat isu-isu terkini di dunia atau di wilayah tertentu, serta mengetahui siapa yang sedang membahasnya.
Dikutip dari Arimetrics, topik atau tema yang tengah tren saat ini adalah kata, frasa, atau topik yang disebutkan di platform sosial dengan frekuensi lebih tinggi dibandingkan yang lain. Popularitas topik ini bisa muncul secara spontan, melalui usaha bersama pengguna, atau karena peristiwa tertentu yang memicu percakapan massal. Topik yang mencuat dalam konteks ini membantu platform media sosial dan penggunanya memahami perkembangan terkini di dunia dan opini masyarakat terkait hal tersebut.
Namun, tak jarang popularitas ini dapat dihasilkan melalui strategi kelompok pengguna atau manipulasi oleh aktor terkait politik.
BACA JUGA: 8 METODE SINEMATOGRAFI YANG BIKIN FILM KALIAN JADI LEBIH BAGUS
Dalam konteks yang lebih ringan, penggemar remaja selebriti atau fenomena budaya tertentu, terutama musisi atau film, juga dapat ikut mempengaruhi trending topik.
Meskipun saat ini banyak media-media sosial yang telah melakukan modifikasi pada algoritma tren untuk mencegah manipulasi semacam itu, keberhasilannya tetap terbatas dan tidak bisa membendung sepenuhnya diatur.
Dr Jonah Berger dalam bukunya "Contagious" memperkenalkan kerangka STEPPS (Social Currency, Trigger, Emotion, Public, Practical Values, Stories) yang menjelaskan elemen-elemen yang membuat konten menjadi viral disadur dari Pressboardmedia oleh Froyonion.com. Berikut adalah elemen-elemen tersebut:
Setiap orang peduli dengan citra yang mereka proyeksikan. Konten harus mempertimbangkan bagaimana pembaca ingin terlihat di mata orang lain.
Contoh saja soal bisnis kecantikan dapat berbagi informasi tentang perawatan kulit atau cara membuat produk alami yang halal dan terjangkau.
Gunakan materi konten yang memicu ingatan, terutama yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Gunakan juga kata-kata yang mudah diingat dan menarik.
Contohnya frasa "Kerja Lembur" yang memicu ingatan lagu iklan Ramayana.
Konten perlu menyertakan unsur emosi untuk terhubung dengan pembaca. Emosi bisa disampaikan melalui teks dengan kata sifat atau video yang menggugah emosi.
Contohnya yaitu konten tentang kesehatan mental dengan pesan seperti "mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain."
BACA JUGA: HUAWEI RILIS TWS BERBENTUK ANTING, DIJUAL DI INDONESIA SEHARGA 2,7 JUTA
Konten yang bersifat umum atau memperkenalkan sesuatu yang baru dapat menjadi viral.
Contohnya yaitu inovasi pada iPhone X dari Apple yang viral dan diikuti oleh kompetitor.
Pastikan konten bermanfaat dan dapat diaplikasikan oleh semua orang.
Contohnya yakni konten Instagram tentang kadar kebahagiaan dengan takaran sendok dari Riliv.
Kemas konten dalam narasi yang menarik untuk membuatnya viral. Ubah deskripsi yang membosankan menjadi cerita yang mudah dipahami.
Contohnya saja narasi tentang belajar online yang lebih mudah dan murah dengan bantuan internet.
Membuat konten viral melibatkan ide yang dituangkan dalam bentuk teks, gambar, atau video, dan bisa diinspirasi oleh berbagai sumber serta berkomunikasi langsung dengan para profesional di bidangnya.
Kira-kira darimana kita bisa mendapat konten trending atau viral dan apa faktor penyebab konten tersebut viral? Beberapa faktor dapat menyebabkan konten menjadi tren sebagai berikut:
Konten evergreen adalah jenis konten yang tetap bermanfaat dan relevan dalam jangka waktu lama, bahkan bertahun-tahun setelah dipublikasikan.
Berbeda dengan konten berjangka waktu atau yang mengikuti tren cepat berubah, konten evergreen seringkali memberikan solusi atas pertanyaan umum, menawarkan jawaban atas masalah rutin, dan menyajikan informasi dasar yang tetap relevan sepanjang waktu.
BACA JUGA: PEMILIK KULIT SENSITIF MERAPAT! INI 3 TIPS YANG HARUS KAMU TAHU
SEMrush mencatat bahwa konten evergreen memiliki nilai strategis karena mampu terus menghasilkan traffic organik. Konten ini menjadi dasar penting dalam strategi SEO, membantu meningkatkan peringkat dalam hasil pencarian Google dan meningkatkan otoritas domain bisnis.
Konten evergreen menjadi kunci sukses website atau blog karena efektif meningkatkan traffic organik. Meningkatkan traffic memerlukan strategi tepat untuk mencapai halaman pertama mesin pencarian. Salah satu strategi content marketing yang dapat digunakan adalah dengan menyajikan konten evergreen.
Konten evergreen, seperti yang dilaporkan oleh Search Engine Journal, adalah konten yang tetap relevan sepanjang waktu.
Sebaliknya, konten yang sedang tren, viral, atau berita mungkin cepat dilupakan dan tidak selalu dicari oleh pembaca. Artikel yang mengikuti tren dapat membawa traffic yang besar dalam waktu singkat, namun kemudian kehilangan relevansi dan dilupakan, berbeda dengan konten evergreen yang selalu dicari oleh pembaca dalam jangka waktu yang lebih lama.
Setidaknya ada dua perbedaan tipe konten evergreen, yaitu evergreen topics dan evergreen content.
Evergreen topics dan evergreen content merupakan konsep yang terkait dalam strategi pemasaran konten. Namun, ada perbedaan antara keduanya:
Evergreen Topics (Tema Evergreen), merujuk pada topik atau tema yang tetap relevan dan berkelanjutan sepanjang waktu.
Topik ini tidak terbatas pada tren atau peristiwa tertentu. Bisa berupa subjek umum, konsep dasar, atau pertanyaan yang sering muncul. Tetap relevan bagi audiens dalam jangka waktu yang lama.
Contoh konten evergreen topics adalah cara menanam tomat, teknik dasar fotografi, panduan keuangan pribadi.
Evergreen Content (Konten Evergreen), jenis konten yang dibuat berdasarkan evergreen topics, yang tetap relevan dan bermanfaat sepanjang waktu.
Konten ini biasanya dirancang untuk tetap relevan meskipun waktu berlalu. Bisa berupa artikel, panduan, tutorial, atau infografik. Biasanya memberikan jawaban atas pertanyaan umum atau solusi untuk masalah yang konsisten.
Contoh dari evergreen content adalah panduan langkah demi langkah tentang cara menanam tomat, artikel tentang dasar-dasar fotografi, video tutorial mengenai pengelolaan keuangan pribadi.
Nah itu dia sedikit informasi mengenai konten trending dan juga konten evergreen, lalu kira-kira lebih worth it mana ya?
Sebenarnya keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Konten trending memiliki kekurangan, antara lain sifat sementara yang membuatnya cepat meredup, kurangnya keberlanjutan dan fokus pada popularitas instan yang dapat mengabaikan pembangunan audiens jangka panjang. Persaingan tinggi dan risiko manipulasi juga menjadi tantangan, sedangkan tidak semua audiens merasa tertarik atau relevan dengan setiap tren.
Selain itu, konten trending juga terlalu tergantung pada konten trending juga dapat mengabaikan variasi dalam jenis konten dan tidak selalu menjamin kualitas tinggi, terutama jika popularitas didasarkan pada kontroversi atau sensasi. Terakhir, ketergantungan pada algoritma platform dapat membuat konten trending rentan terhadap perubahan visibilitas yang tidak terduga.
BACA JUGA: RAJIN SKINCARE MALAH KULIT TAMBAH KUSAM? COBA SKIN MINIMALISM
Sementara itu, kekurangan konten evergreen terletak pada potensi kurangnya daya tarik instan dan kurangnya respon cepat terhadap tren atau peristiwa terkini. Meskipun memberikan nilai jangka panjang, konten evergreen mungkin tidak secepat konten trending dalam menarik perhatian pembaca.
Menentukan apakah konten evergreen atau konten trending lebih berharga tergantung pada strategi dan tujuan pemasaran. Konten evergreen memberikan nilai jangka panjang, mendukung SEO, dan membangun audiens setia.
Sementara itu, konten trending dapat memberikan perhatian instan, meningkatkan brand awareness, dan terlibat dalam percakapan terkini.
Maka dari itu, keduanya bisa digunakan beriringan, konten evergreen bisa digunakan untuk branding diri dan mendapatkan keuntungan jangka panjang dari audiens setia. Sedangkan konten trending bisa digunakan untuk menggaet audiens lebih banyak lagi.
Penggabungan keduanya dalam strategi pemasaran dapat menjadi pendekatan yang seimbang untuk mencapai hasil yang optimal.(/*)