
Biarpun kreator konten itu belum jadi profesi umum di Indonesia, profesionalisme kreator konten itu nggak main-main, loh! Yuk cari tau kreator konten seperti apa yang diminati oleh brand dan juga marketing agency.
FROYONION.COM - Civs, aku mau tanya deh, saat ini ada yang tertarik buat jadi kreator konten khususnya kayak jadi KOL gitu nggak, sih?
Nggak bisa dipungkiri kalau profesi yang satu ini lagi banyak banget diminati oleh anak-anak muda, bahkan nggak jarang aku ketemu sama kreator konten yang masih sekolah!
Tapi… walaupun profesi ini dimulai dari usia yang sangat muda, bukan berarti profesionalisme di profesi ini main-main. Buat jawab rasa penasaranku soal gimana sih kondisi profesionalisme para kreator konten di Indonesia khususnya di Malang, aku akan membagikan ceritaku ngobrol bareng salah satu kawan yang kerjaannya nyari kreator konten untuk diajak kolaborasi bareng brand.
Silahkan dibaca sampai habis, Civs!
Sebelum ngomongin soal kreator konten, aku bakal ajak kamu kenalan sama satu profesi yang bisa dibilang sebagai jembatan antara KOL dan brand, namanya KOL Manager.
Sebelum mulai, mending kita kenalan dulu lah ya sama Kak Anita,
“Aku Anita, saat ini aku bekerja sebagai KOL Manager di salah satu marketing agency di Kota Malang. Tugasku sehari-hari biasanya riset KOL dan bikin brief yang dipakai KOL untuk bikin video sesuai dengan permintaan brand yang kerjasama sama agency-ku sekarang.”
Sebagai seorang KOL Manager, Kak Anita udah pernah kerjasama dengan puluhan KOL yang ada di Malang, mulai dari yang masih baru mulai sampai yang udah punya jumlah followers cukup besar.
“Biasanya, untuk riset dan cari KOL yang pas, aku akan cari dari circle KOL yang udah pernah kerjasama dengan agency-ku. Kalau nggak gitu aku biasanya minta rekomendasi dari temen-temen dan lihat-lihat lewat media sosial brand ataupun media yang industrinya sama dengan klien yang lagi aku handle.” Jawab Kak Anita menjelaskan bagaimana cara dia untuk cari KOL yang akan diajak kerjasama.
BACA JUGA: 3 POIN PENTING DALAM MENENTUKAN KOL (KEY OPINION LEADER) DALAM INDUSTRI KREATIF
“Kalau ngomongin soal cara milih KOL, ini akan ada 2 sudut pandang, dari brand owner dan juga dari aku sebagai KOL Manager. Brand owner tuh yang penting soal angka, mereka biasanya cuma peduli dengan aku harus keluar berapa dan aku akan dapet exposure sebesar apa kalau pakai KOL itu.” Jawab Kak Anita.
“Tapi, sebagai KOL Manager, selain angka tadi, aku pribadi punya pertimbangan lain seperti, gimana sih attitude dari kreator itu, audience dia cocok nggak sama produknya, kreator konten ini punya kreativitas yang bagus nggak sih dalam pembuatan kontennya. Biasanya ini sih yang akan jadi pertimbangan pertamaku sebelum ngajuin list kreator konten ke brand owner. Angka itu penting, tapi dari sisi KOL Manager, ngeribetin atau enggaknya kreator ini juga jadi pertimbangan penting.” Tambah Kak Anita.
Ngerangkum dari jawaban Kak Anita, sebagai seorang kreator konten kita harus bisa ngasih bukti berupa angka engagement agar orang yang mau ngasih kerjaan juga ada semacam “jaminan” kalau cost yang dia keluarin itu emang worth it -walaupun performa sebuah konten itu masih jadi misteri ilahi, seenggaknya history konten-konten kita sebelumnya bisa jadi acuan performa konten kita saat kerjasama bareng brand-.
Tapi selain itu, banyak faktor lain yang akan jadi pertimbangan. Karena menurut Kak Anita, kreator saat ini masih punya beberapa masalah terkait teknis, antara lain:
Selain masalah teknis, Kak Anita lebih concern terkait masalah attitude dari kreator itu sendiri, profesionalisme para kreator konten masih sering “mengganggu” kerjaan Kak Anita. Kasus yang sering dialami biasanya:
Dari cerita Kak Anita ini, bisa jadi pegangan kita kreator konten seperti apa yang disukai oleh agency dan brand. Inget baik-baik ya, Civs!
Selain poin-poin sebelumnya, Kak Anita juga sharing beberapa hal yang bisa kita lakukan agar kita bisa keliatan beda dan lebih menarik di mata agency dan brand.
Kenapa perlu jadi beda?
Dari keterangan Kak Anita, saat ini udah banyak banget kreator konten baru yang muncul, jadi kalau kita mau bersaing harus punya sesuatu yang beda untuk ditawarkan.
“Kalau ditanya soal tips, menurutku sih ada beberapa hal yang sebaiknya dimiliki oleh kreator-kreator yang baru muncul. Misalnya nih, aku lebih tertarik dengan kreator yang mau ikut diskusi terkait ide video, jadi bukan kreator yang pasif dan nunggu brief aja, itu bakal jadi poin plus.
Selain itu, harapanku kalau emang ada yang mau jadi kreator profesional sebaiknya siapin rate card yang proper. Kalau bisa jangan cuma harga aja, tapi juga angka ER, tipe followers kalian, portofolio video yang pernah kalian bikin, dan brand mana aja yang pernah kerjasama bareng kalian.
Kalau ada yang nyiapin ini, udah pasti bakal aku pilih sih untuk kerjasama, kerjaku jadi makin gampang soalnya, hahaha.” Jawab Kak Anita ngejelasin tips dan trik buat kreator konten.
“Oh iya, tambahan nih buat yang baru mau mulai jadi kreator konten. Sama kayak profesi lainnya di industri kreatif, kita di agency butuh bukti kalau kalian bisa. Kalian bisa mulai dengan bikin dummy project, agar kita bisa nilai seberapa jauh kemampuan kalian di content creation dan bikin kita tertarik.” Tambah Kak Anita.
Jadi gimana, nh, Civs? Udah nemu pencerahan belum gimana cara jadi kreator konten yang lebih profesional?
Walaupun kelihatannya kerja seneng-seneng, sebagai seorang kreator konten kita tetap harus menjaga profesionalisme saat bekerja, apalagi kalau udah urusan sama brand.
Jangan sampai kita harus kena blacklist karena dinilai tidak profesional, itu bisa menghalangi jalan kita ke brand-brand berikutnya. (*/)