Anak muda Gen Z sarat dengan masalah jati diri atau identitas. Nah, konsep Ikigai dari negeri sakura konon bisa dipakai memecahkan masalah ini. Bagaimana caranya? Simak di sini.
FROYONION.COM - Bisa enggak sih kita menentukan pekerjaan bukan pakai passion, tapi pakai konsep Ikigai?
Sebelum kita bahas bisa atau enggaknya, pertama-tama kita samain persepsi dulu mengenai konsep Ikigai. Konsep Ikigai adalah cara memahami makna kehidupan yang berasal dari Jepang.
Konsep Ikigai memiliki 4 unsur utama:
1. Apa yang lo sukai?
2. Apa yang bisa lo lakuin dengan baik?
3. Apakah kemampuan lo layak mendapat bayaran?
4. Apa yang dibutuhkan dunia dari diri lo?
Lo harus menjawab keempat pertanyaan di atas. Dengan begitu, lo jadi tahu kalau diri lo itu bernilai; lo jadi tahu cara bersenang-senang; pekerjaan yang cocok buat lo; dan arti hidup lo di dunia ini.
Unsur ke-2 dan ke-3 dalam konsep Ikigai sedikit banyak bisa menjawab pertanyaan lo perihal memilih pekerjaan. Enggak bekerja sesuai passion sama sekali enggak apa-apa. Lo bisa memilih pekerjaan yang menurut lo bisa lo kerjain dan menjadikan passion cukup menjadi hobi lo.
Lo pasti pernah ngalamin yang namanya krisis identitas. Mencari pekerjaan apa yang cocok dan untuk apa lo menjalani hidup bisa termasuk ke dalam krisis identitas. Istilah yang lebih familiarnya, yaitu quarter life crisis.
Krisis identitas atau quarter life crisis kerap terjadi pada orang berusia 18-30 tahun, biasanya terjadi pada anak muda yang baru lulus SMA, kuliah, dan baru mulai bekerja. Pada masa krisis ini, lo tentu mempertanyakan “pekerjaan apa yang cocok buat gue?” atau “buat apa selama ini lo bekerja?”.
Konsep Ikigai yang berasal dari Jepang dinilai bisa mengatasi krisis tersebut, sekaligus bikin lo memahami pekerjaan yang cocok buat lo. Kalau dari buku Positive Psychology, Ikigai membawa makna, tujuan, dan kepuasan dalam hidup lo, sekaligus berkontribusi pada kebaikan orang lain.
Setiap orang, termasuk lo memiliki yang namanya Ikigai. Dalam hal ini, Ikigai adalah titik temu antara hasrat, bakat, dan potensi mereka untuk memberi manfaat bagi orang lain. Ini hanya masalah menemukannya.
Perjalanan lo buat menemukan Ikigai mungkin membutuhkan waktu, refleksi diri yang mendalam, dan usaha. Namun, seiring berjalannya waktu sambil lo berusaha dan berdoa, tentu lo bakal menemukannya sendiri.
Apa aja usaha yang bisa lo lakuin? Lo bisa mencoba berbagai psikotes yang diadain sekolah atau kampus lo. Dengan begitu, lo bisa tahu model pekerjaan apa aja yang cocok sama kepribadian dan kemampuan lo.
Mungkin begitu lo mencemplung ke dalam pekerjaan yang disebutkan oleh hasil psikotes tersebut, lo masih belum merasakan sisi yang mana dalam pekerjaan ini yang cocok sama lo.
Namun, seiring lo menjalankan pekerjaan tersebut, misalnya lo jadi penyiar, lo bakal mengetahui bahwa lingkup pekerjaan tersebut sangatlah luas. Lo bisa menjadi MC event, pengisi suara dalam film, dan pekerjaan lainnya.
Nyatanya, banyak banget kok orang yang sudah bekerja, tetapi baru menemukan bakat dan caranya menikmati pekerjaan tersebut begitu sudah mulai bekerja.
Orang-orang seharusnya mulai menormalisasi bahwa tujuan bekerja adalah sekadar menyambung hidup. Anak muda udah enggak perlu lagi menjunjung persepsi bahwa bekerja harus sesuai dengan passion.
Buat lo yang mendapat pekerjaan sesuai passion, itu bagus buat lo. Lalu buat lo yang mendapat pekerjaan tidak sesuai dengan passion, itu juga bagus buat lo. Bekerja di kantor itu bagus. Bekerja di lapangan sebagai freelancer juga bagus.
Pada akhirnya, diri lo sendiri yang tahu pekerjaan apa yang cocok buat lo dan bisa lo kerjain. Konsep Ikigai ini pun bisa bikin lo merasa cukup atas hal apa yang lo miliki, termasuk pekerjaan lo saat ini. (*/)
BACA JUGA: EMANGNYA ‘PEKERJAAN IDEAL’ CUMA TENTANG GAJI YANG GEDE?