Viralnya kebakaran hutan di Gunung Bromo dan aksi balita yang diajak mendaki gunung oleh ayahnya, mengharuskan kita jadi pendaki yang cerdas tanpa merusak alam serta meniru hal yang tidak benar.
FROYONION.COM - Apakah kalian sudah mendengar berita tentang sepasang kekasih yang menggelar foto prewedding sambil menyalakan flare berujung kebakaran di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS)? Atau video viral yang memperlihatkan seorang ayah—nekat mengajak balitanya mendaki ke puncak gunung?
Akibat insiden yang terjadi di kawasan Gunung Bromo, kurang lebih ratusan hektare area hutan terbakar habis dilahap si jago merah. Sedangkan, aksi nekat sang ayah yang membawa balitanya mendaki gunung–menuai tanggapan tidak sedap dari warganet.
Hingga Selasa (12/9) kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan Gunung Bromo masih berusaha dipadamkan dan dilakukan penutupan secara total hingga batas waktu yang belum dapat ditentukan. Begitu pula aspek keamanan yang perlu dipertanyakan saat mengajak anak di bawah umur untuk mendaki gunung, mengingatkan kita untuk jangan asal mendaki.
Untuk itu, bagi kalian yang hendak terjun sebagai pendaki pemula. Ada beberapa peraturan, norma-norma, dan tata cara mendaki gunung yang wajib ditaati agar tidak kembali terjadi kejadian serupa.
Evi Rahmawati, seorang ibu dengan 3 anak yang juga memiliki hobi mendaki gunung selama 7 tahun terakhir–berbagi cerita kepada Tim Froyonion.com. Menurutnya, kedua insiden di atas berdampak buruk bagi kelestarian alam dan keselamatan anak.
“Sebagai pencinta alam, melihat Gunung Bromo terbakar, jujur, sedih banget. Awalnya indah dipandang malah berubah jadi gersang. Lalu, tentang seorang ayah ajak balitanya mendaki gunung, menurutku, sudah saatnya kita sebagai orang tua menahan ego mengajak anak di bawah umur untuk mendaki,” tutur Evi saat diwawancara secara daring, Selasa (12/9).
Daripada mengorbankan keselamatan anak, perempuan asal Tangerang ini lebih memilih untuk menunda aktivitas menantang tersebut khususnya bagi keselamatan 3 buah hatinya, meski pernah terlintas di pikiran untuk mengajak mendaki gunung.
“Sewaktu lahir anak pertama, aku pun sempat kepikiran begini. Tapi dipikir-pikir egois juga, ya, ajak anak di bawah umur untuk mendaki. Akhirnya, sekadar berani ajak camping pun saat usia anakku 6 bulan, apalagi sampai berani ajak anak-anak ke puncak,” imbuhnya.
Lantas, apa saja peraturan yang perlu kalian ketahui saat hendak mendaki gunung, seperti halnya Gunung Bromo?
Melansir akun Instagram resmi Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru @bbtnbromotenggersemeru, terdapat beberapa aturan yang harus ditaati pengunjung terutama pendaki di sekitar Gunung Bromo sebagai berikut:
Selain beberapa peraturan di atas, Evi menambahkan soal peraturan umum yang seringkali luput diperhatikan oleh pengunjung dan pendaki gunung. Di antaranya adalah surat keterangan sehat dan membuang sampah pada tempat yang tepat.
“Yang paling umum, sih, harus ada surat keterangan sehat. Setiap kita mau mendaki, surat itu jadi barang yang wajib dibawa. Namun, namanya kesehatan fisik dan mental nggak ada yang bisa tebak. Saat di bawah sehat wal afiat, begitu naik ke puncak tiba-tiba kelelahan atau kedinginan,” tulisnya.
“Dan, kemana pun kita berada–entah itu di gunung atau di mana pun, sampah jangan dibuang sembarangan. Kalau nggak ada tempat sampah, minimal dibawa dulu sampai kita kembali di bawah atau dataran rendah,” timpalnya.
Aktivitas mendaki gunung bukanlah kegiatan yang biasa. Setiap tanah yang kalian pijak, atau belantara hutan yang kalian lewati bisa saja dianggap istimewa oleh masyarakat setempat. Begitu pun berkaitan dengan norma-norma yang berlaku.
Sesuai definisinya, norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat. Umumnya, norma dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai dan diyerima oleh masyarakat lokal. Seperti norma hukum, norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan.
Menurut pengalaman Evi yang sudah malang melintang mendaki Gunung Gede, Gunung Pangrango, dan Gunung Semeru, salah satu norma yang ia yakini setiap saat adalah jangan berperilaku keras kepala atau ngeyel dan sombong.
“Jangan ngeyel. Jangan sekali-kali melanggar aturan atau peringatan yang ada di gunung. Ingat, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Kita juga jangan sombong karena alam punya misterinya sendiri. Tahu maksudnya, ‘kan?” ujar Evi.
Evi kemudian menjelaskan norma-norma lainnya yang harap dipatuhi oleh siapa pun. Di antaranya adalah menjaga tutur kata dan lisan, serta kepercayaan untuk mengucapkan “permisi” saat hendak menuntaskan kebutuhan buang hajat.
“Setelah itu, ya, kita jangan ngomong sembarangan apalagi bicara kasar. Pokoknya tetap berpikiran dan berperilaku positif. Konon, kalau kita berpikiran aneh bisa berdampak pada hal yang tidak baik. Makanya, ada aturan “permisi” saat hendak BAB/BAK,” tambahnya.
Ketika kami menanyakan alasan mentaati keseluruhan norma itu, satu jawaban dari Evi adalah hamparan alam luas seperti gunung sejatinya bukan tempat tinggal bagi masyarakat awam.
“Ya karena itu bukan rumah kita. Oleh karena itu, kita perlu permisi, walaupun sekadar ingin BAB atau BAK,” terangnya.
Terlepas dari kepercayaan mistis yang menyelimuti norma-norma saat berada di gunung. Hal tersebut sejatinya menghindari para pendaki dari ancaman kedatangan binatang buas, jalan pendakian yang rawan longsor, hingga kejadian tidak diinginkan lainnya agar kegiatan mendaki gunung dapat berjalan aman dan lancar.
Pertama kali mendaki gunung? Cara yang tepat saja belum cukup. Sebagai pendaki pemula, kalian perlu melakukan cara yang cerdas agar pendakian berjalan lancar dan pentingnya menghindari perilaku-perilaku tidak baik yang dapat merusak alam sekitar. Sebagai contoh, berikut adalah cara mendaki gunung di Gunung Bromo.
Seperti di kawasan wisata Gunung Bromo, ada banyak destinasi wisata yang dapat dipilih. Mulai dari laut pasir, Kawah Bromo, Penanjakan, sunrise view point, dan Savana Lembah Watangan. Dengan menyiapkan sedari dini apa saja destinasi yang akan dikunjungi, petualangan dijamin lebih seru.
2. PILIHLAH RUTE PENDAKIAN YANG SESUAI
Di Gunung Bromo, kalian dapat memilih beragam rute pendakian yang sesuai. Seperti dapat diakses dari Malang, Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang. Pastikan kalian memilih rute pendakian yang palin dekat dan jangan lupa memanfaatkan aplikasi peta di smartphone untuk melihat medan jalan serta penunjuk arah agar pendakian lebih efektif.
3. CEK STATUS AKTIF GUNUNG DAN PRAKIRAAN CUACA
Gunung Bromo merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia, sehingga kamu wajib mengecek status gunung ini dengan menggunakan aplikasi pemantau status kegunungapian, seperti aplikasi Magma Indonesia. Ketahui pula informasi yang dikeluarkan secara resmi oleh pihak pengelola kawasan gunung. Sedangkan, untuk mengetahui prakiraan cuaca, kalian dapat memanfaatkan informasi terbaru dari situs BMKG.
4. CARI TAHU SISTEM PEMBELIAN TIKET MASUK
Seperti di Gunung Bromo, pengelola menyarankan pengunjung untuk membeli tiket masuk secara daring yang dapat dilakukan melalui situs resmi TNBTS. Pastikan kalian memiliki virtual account aktif, agar proses pembelian tiket masuk dapat berjalan lancar. Selain itu, jangan lupa perhatikan peraturan yang ada melalui akun media sosial dan situs resmi pihak pengelola.
Terakhir, Evi juga menyarankan kalian menyewa jasa penyedia open trip saat pertama kali mendaki gunung agar perjalanan lebih aman dan tidak sendirian. Ditemani dengan pendaki profesional dan peserta lainnya, kalian akan mendapatkan fasilitas berupa transportasi hingga akomodasi.
Tapi, jika kalian berani untuk solo hiking alias pendakian mandiri, usahakan terlebih dahulu memahami medan jalur pendakian dengan belajar dari pendaki profesional. Setelahnya, jangan lupa siapkan fisik dan mental yang sehat.
“Kalau mau solo hiking, usahakan ada teman yang sudah berpengalaman mendaki gunung. Yang paham medan jalur pendakian. Selain itu, awali dengan olahraga ringan, seperti peregangan badan karena melihat medan yang curam, ya,”
“Intinya, jangan maksa solo hiking bareng orang-orang yang ternyata belum pernah sama sekali mendaki gunung. Bisa jadi saling egois dan berujung berantem, sih, sepengalamanku,” pungkasnya. (*/)
BACA JUGA: BELAJAR MEMAHAMI ALAM DARI NAIK GUNUNG