Di WhatsApp, tersedia fitur voice message. Tapi tak semua orang memahami momen yang tepat untuk menggunakan voice message.
FROYONION.COM – Kita tentunya sudah tak asing lagi dengan aplikasi whatsapp. Pada aplikasi ini, kita bisa mengirimkan pesan dengan menggunakan text message atau voice message.
Text message adalah pesan yang dikemas dalam bentuk teks. Sedangkan voice message adalah pesan yang dikemas dalam bentuk suara. Fitur ini ada juga di beberapa aplikasi yang sejenis. Apakah kamu belum pernah menggunakan fitur tersebut?
Nah, bila dicermati secara mendalam, sebenarnya ada momen-momen tertentu dimana kita perlu menggunakan voice message untuk menyampaikan pesan kepada orang yang kita tuju. Lalu, apa saja sih momen-momen tersebut? Berikut beberapa momen yang tepat untuk menggunakan voice message.
Nah, dibandingkan pesan dalam bentuk teks, pesan yang berbentuk voice message sebenarnya lebih komunikatif. Sebabnya, mengandung bahasa nonverbal. Bahasa nonverbal dalam voice message mencakup intonasi (irama naik dan turun bicara serta penekanannya), pace(kecepatan bicara), dan volume (seberapa keras suara).
Karena mengandung bahasa nonverbal, kita bisa menggunakan voice message untuk menyampaikan hal penting. Umpamakan kamu baru pulang dari luar kota. Sesuai jadwal, kamu tiba pada pukul 9 malam.
Namun, kamu sudah tiba pada pukul 8 malam. Setibanya di stasiun, kamu menelpon kakakmu untuk menjemputmu. Namun, tak diangkat olehnya. Nah, dalam momen ini, kamu bisa bisa menggunakan voice message.
Kamu mengucapkan, “Kak, aku sudah sampai nih di stasiun. Lebih cepat dari perkiraan.Jam 8 ternyata sudah sampai. Tolong dijemput ya.” pada microphone smartphone dengan kecepatan bicara yang agak cepat. Kamu pun menekankan kata “sampai”. dan “dijemput”. Dengan menunjukkan bahasa nonverbal ini, memberitahu kamu bahwa kamu ingin cepat-cepat pulang. Karenanya, ingin cepat-cepat lekas dijemput.
Umpamakan, kamu melamar kerja ke Google. Kamu memang bercita-cita bekerja di perusahaan tersebut. Karena kamu diterima, kamu ingin mengabarkan orang tuamu. Kamu menelpon ayahmu, namun tak diangkat. Nah, pada momen ini, kamu bisa menggunakan voice message.
Kamu mengucapkan “Ayah, aku diterima di Google! Ayah, cita-citaku akhirnya terwujud!” pada microphone smartphone dengan intonasi bicara yang gembira. Bahasa nonverbal yang kamu tunjukkan ini membuat orang tuamu memahami bahwa kamu benar-benar gembira.
Selain untuk menyampaikan kegembiraan, voice message pun bisa juga digunakan untuk menyampaikan kesedihan. Umpamakan, kamu baru saja kena jambret. Kamu ingin mengabarkan orang tuamu. Kamu bisa berkata “Pak, tadi aku kena jambret. Uangku sebanyak 3 juta hilang.
Smartphone-ku juga hilang. Sekarang sudah lapor ke polisi”, dengan volume yang pelan dan kecepatan bicara yang juga pelan. Bahasa nonverbal ini membuat orang tua kamu memahami situasi kesedihan yang kamu alami. Agar kamu merasa tenang, kamu bisa merekamnya terlebih dahulu. Lalu, mengirimkannya melalui fitur voice message.
Umpamakan, kamu adalah seorang kepala proyek. Suatu hari di tempat kamu bekerja, kamu melihat pekerjaan seorang anak buahmu benar-benar tak sesuai ekspektasi. Sebagai seorang kepala proyek, kamu memang berhak untuk memarahinya. Kamu pun lekas memarahinya.
Namun, anak buahmu ini sedang berada di lapangan. Kamu menelponnya namun tak diangkat. Penyebabnya, anak buahmu ini sedang bekerja di lapangan. Bila menggunakan text message untuk memarahinya, teks yang kita tulis cenderung tak seperti sedang memarahi.
Nah, pada situasi ini, kita bisa menggunakan voice message untuk memarahinya. Dengan menggunakan voice message, kita bisa menunjukkan bahasa nonverbal orang yang marah. Misalnya, volume bicara yang keras, kecepatan bicara yang cepat, dan intonasi yang menekan mental lawan bicara.
Voice message bisa juga digunakan untuk menolak permintaan orang lain secara lebih halus. Umpama, kamu punya tetangga baru. Suatu hari, dia ingin. mengirimkan pesan yang berisi meminjam mobilmu untuk digunakan ke luar kota.
Kamu tak ingin meminjamkannya. Sebabnya, kamu tahu bahwa tetanggamu ini tak memiliki kemampuan mengemudi yang baik. Kamu tak ingin mobilmu mengalami kerusakan.
Kamu lalu menolak permintaannya secara halus. Agar penolakan menjadi lebih halus, kita bisa menggunakan voice message. Misalnya, dengan berkata “Maaf ya, Pak. Mobilnya dipakai untuk kegiatan saya sehari-hari. Saya pun harus mengantar dan menjemput anak ke sekolah setiap hari,” dengan nada bicara pelan dan mohon maklum.
Dibandingkan menggunakan teks, menolak halus menggunakan suara terasa lebih halus. Sebabnya, mengandung bahasa nonverbal. Dalam perkataan tersebut, nada bicara pelan dan mohon maklum menjadi bahasa nonverbal.
Itulah, beberapa momen yang tepat untuk menggunakan voice message whatsapp. Dengan menggunakannya, lawan bicara lebih memahami situasi yang kita rasakan. Hal-hal krusial pun menjadi lebih komunikatif sehingga mudah dicerna lawan bicara.
Nah, perlu diketahui juga, sebelum mengirimkan voice message pada whatsapp, sebaiknya awali dengan teks ringkas yang berisi inti pesan. Umpamakan, kita berada di dalam situasi yang diilustrasikan pada point pertama. Kita bisa menuliskan “Kak, jemput. Sudah Sampai.”.
Tujuannya, agar kakakmu mengetahui inti pesan voice message sehingga lekas membacanya. Fitur voice message WhatsApp tak bisa menggunakan title atau judul. Bila tak mengawalinya dengan teks ringkas, bisa saja voice message tak akan dibaca.
Perlu diketahui juga, kita pun harus memperhatikan kondisi lingkungan sekitar saat sedang merekam suara pada fitur voice message, Bila kurang memperhatikannya, bisa saja suara di sekitar kita akan ikut terekam. Bila hal ini terjadi, lawan bicara tentunya kesulitan mencerna suara voice message. Selain itu, bisa saja akan terjadi miscommunication atau salah memahaminya. (*/)