Sebaiknya lo semua baca ini tentang kamera analog daripada nyesel seumur hidup.
FROYONION.COM - Kamera analog masih eksis sampai sekarang walaupun sudah berumur panjang. Bersaing dengan kamera digital, kamera analog menawarkan sensasi untuk menikmati jepretan kamera dengan cara beda, yakni mengandalkan roll film sebagai wadah jepretan dan tuas pengokang untuk mengganti frame. Melihat hasil fotonya yang antik dengan nuansa vintage membuat banyak orang makin demen sama kamera analog.
Banyak muda-mudi sekarang pengen banget punya kamera analog biar kelihatan ngetren dan nggak dicap FOMO. Memang sih kalau kita pakai sesuatu yang beda itu kelihatan keren banget. Cuma nih Civs, kalau kalian cuma cari tenarnya doang, mending ga usah main deh! Karena alasan-alasan di bawah ini bikin kalian mikir dua kali buat beli kamera analog.
1. RIBET
Jujur saja, kamera analog nggak cocok buat kalian yang orangnya serba instan. Bahkan kalau dibilang mana yang lebih praktis, gua lebih milih kamera digital ketimbang pakai analog.
Mulai dari amunisi. Kamera analog mengandalkan roll film untuk mengabadikan sebuah momen. Nah, saat memasang roll film juga gak bisa sembarangan. Perlu ekstra hati-hati ketika memasang agar pas dan film tetap aman tanpa robek. Oiya, tentang roll film, kalian juga harus tau tentang bedanya film remjet dan biasa. Kenapa? Karena ga semua kamera analog bisa memakai film remjet. Contoh kamera analog murah berbahan plastik. Sekali-dua kali gak masalah. Tapi kalau keterusan, kasihan kameramu. Ini karena tarikan film remjet lebih berat dari biasa sehingga membuat tuas pengokang kesiksa dan cepat rusak. Gua pernah bahas bedanya roll film remjet dan biasa di bawah ini
BACA JUGA: APA ITU FILM REMJET? APA BENAR MERUSAK KAMERA ANALOG?
Keribetan kamera analog lainnya adalah kita harus memperkirakan foto yang akan diambil supaya hasilnya bagus. Kita cuma bisa ngandelin viewfinder kecil selama memotret. Kenapa bisa begitu? Karena selama memotret, jangan pernah membuka bagian belakang kamera! Sekali aja dibuka, foto-foto yang sebelumnya lo jepret bakal kebakar nggak kelihatan hasilnya. Rugi banget kan padahal kita udah capek-capek motret seperti momen yang cuma datang sekali setahun? Karena nggak dilengkapi layar LCD seperti kamera digital, mau nggak mau kalian harus mikir dulu sebelum memotret supaya hasilnya bagus tanpa membuka tempat penyimpan film.
Keribetan lainnya adalah tentang penyimpanan. Stok foto yang dimiliki analog nggak sebanyak kamera digital. Analog cuma punya penyimpanan paling banyak 36 exposure, sedangkan digital bisa menyimpan sampai ratusan lebih tergantung seberapa besar kartu SD yang dipakai. Ada banyak momen yang gagal diambil karena jatah filmnya habis akibat keasyikan memotret tanpa perhitungan.
2. ‘BAKAR DUIT’
Nggak cuma ribet. Main kamera analog juga bisa bikin lengah sampai dompet boncos. Secara rutin, uang kalian bakal habis karena dua hal, yakni beli dan scan/develop roll film. Dan menghabiskan dua hal tersebut juga gak murah. Harga roll film standar sekarang seperti Kodak Colorplus kini sudah naik sampai lebih dari 150 ribu. Sedangkan untuk scan/develop satu roll film sekarang rata-rata dikenakan biaya 50 ribu.
Mari kita hitung pengeluaran dalam sebulan untuk bermain analog dengan berpatokan roll film Kodak seharga 150 ribuan dan scan/develop seharga 50 ribu. Andai sering dipakai, mungkin dalam seminggu roll film sudah habis. Jika dihitung selama empat minggu, maka kalian sudah habis duit sebanyak 600 ribuan cuma buat roll film. Belum lagi biaya untuk scan/develop yang jika ditotal seluruhnya, kalian telah menghabiskan duit sebanyak 800 ribuan. Apa uang jajan kalian cukup?
Belum selesai. Semakin langka sebuah barang, semakin mahal nilai barang tersebut. Harga roll serta scan/develop nya akan semakin meroket mengikuti perkembangan zaman. Dua tahun lalu, satu roll film Kodak Colorplus hanya dikenakan 50-75 ribu. Kini memasuki tahun 2023, Kodak Colorplus sudah mencapai sekitar 150 ribuan. Faktor inflasi sangat berpengaruh dalam menilai suatu barang sehingga harga roll film menjadi ga pasti. Maka dari itu, jika finansial kalian belum mapan, mending skip dulu deh beli barang ginian.
3. SUSAH CARI SERVIS
Sudah ribet, bakar uang, barangnya langka lagi. Inilah yang dialami pengguna kamera analog saat kameranya rusak. Sebagai barang antik, tentu kamera analog harus dirawat sebaik mungkin. Karena jika rusak, kepala bakal dibikin pusing akibat minimnya tempat servis kamera analog sekarang. Kalaupun ada, belum pasti juga bisa diservis.
Maksudnya nggak bisa diservis itu saat sparepart kamera sedang habis atau sudah gak diproduksi lagi sama pabrik. Kegagalan kamera analog bersaing dengan digital membuat pabrik membatasi barang produksi akibat minimnya permintaan pasar. Ini berdampak pada keberadaan tempat servis kamera analog sekarang karena terbatasnya persediaan barang dari pabrik sehingga bikin pusing pengguna karena gak semua tempat melayani.
Contohnya kayak gua sendiri yang besar di Gresik. Semisal kamera analog gua error, gua harus pergi ke Surabaya yang waktu tempuhnya sama kayak dari kantor Froyonion ke Kalibata. Lo bayangin capek-capek sampai tua di jalan. Pas sampai di tempat servis malah nggak bisa diperbaiki entah itu karena faktor teknis atau sparepart yang dicari kayak backdoor, kokang, maupun flash masih kosong. Udah kayak nyari jarum di tengah jerami.
Kamera analog makin diminati Gen Z sekarang biar bisa ngerasain gimana rasanya memotret dengan cara klasik setelah bosan dimanjakan kamera digital. Cuma kalau ngejar FOMO semata, gua jamin lo bakal banyak kena ruginya berdasarkan alasan yang gua tulis di atas. Masih ada yang lebih berharga selain bermain analog kecuali kalau lo emang punya passion serta didukung finansial yang kuat. (*/)