Tips

ILMU YANG BISA KAMU AMBIL DARI MEKDI DAN KFC, SUPAYA BISNIS KULINERMU TAHAN BANTING

Fenomena banyaknya kedai kopi dadakan dan gerai Warunk Upnormal yang tutup, mengingatkan kita kalau Mekdi dan KFC tetap jagonya bisnis kuliner. Apa saja sih yang bikin mereka tahan banting?

title

FROYONION.COM - Pamor kopi sempat naik beberapa tahun lalu, terlebih lagi setelah film Filosofi Kopi naik ke layar lebar. Hadirnya, Chicco Jerikho sebagai seorang filsuf yang menyamar menjadi barista, bikin banyak anak muda memandang profesi barista sebagai profesi keren. Ini jelas bagus, ketimbang saya dulu yang memandang profesi pembunuh bayaran sebagai profesi yang keren.

Maka nggak heran, kemudian bermunculan kafe dan kedai kopi di mana-mana seperti fungi di musim hujan. Mereka muncul dengan merek dagang yang terdengar puitis, seperti: Rintik Hujan, Cerita Kita, Titik Temu, bahkan Kopi Senja. 

Semua itu nggak lain karena banyak anak muda ingin menjajal profesi sebagai barista. Demi mewujudkan cita-cita mereka. Coba bayangkan kamu jadi barista dan bilang ke pelanggan yang datang, begini:

“Setiap karakter dan arti kehidupan dapat kita temukan dalam secangkir kopi. Selama ada yang namanya kopi, orang-orang dapat menemukan dirinya disini.”

Suangarrr kan yo, rek?

Tapi keren saja nggak cukup, Civs. Kafe dan kedai kopi tetaplah sebuah bisnis. Dan yang namanya bisnis, ia mesti menghasilkan cuan. Kalo nggak bisa menghasilkan keuntungan, yang ada yaa bubar jalan.

Itulah yang kemudian bikin banyaknya kedai-kedai kopi itu tutup. Banyaknya kedai kopi berarti banyak produk yang ditawarkan, tapi masalahnya adalah yang beli sedikit, atau paling nggak yaa yang beli itu-itu aja. Membeludaknya kedai kopi harusnya dibarengi peningkatan pelanggan. Tapi sayangnya kan nggak gitu.

Ini jugalah yang terjadi pada Warunk Upnormal yang kabarnya mulai banyak menutup gerainya di mana-mana. Banyaknya gerai yang buka, nggak dibarengi peningkatan jumlah pelanggan, bahkan makin menyusut. Alhasil sepinya parkiran di Warunk Upnormal menjadi pemandangan yang akrab kita lihat sekarang ini.

Fenomena seperti ini sebetulnya banyak terjadi pada bisnis kuliner yang memanfaatkan viral sebagai jualan mereka. Dan sebagaimana kita tahu, segalanya yang viral sifatnya sementara.

Ramai di awal buka, bukan berarti bakal terus-menerus ramai. Kuliner yang viral sangat bergantung pada rasa penasaran pelanggan. Dan yang sering terjadi, setelah rasa penasaran terpuaskan, jarang sekali pelanggan mau balik lagi.

Sebelum Warunk Upnormal dan kedai-kedai kopi senja dadakan itu, kasus seperti ini pernah terjadi pada Mie Kober, Es Kepal Milo, Pisang Keju, Chatime dan banyak lagi lainnya. Maka jangan heran, jika nanti banyak gerai Mie Gacoan dan Mixue mengalami hal serupa. Ya karena itu tadi. Cuma bergantung pada viral yang sifatnya momentum saja.

Oleh karena itu, supaya nggak mengalami nasib serupa, bisnis kuliner viral ini perlu banyak belajar pada kompetitor mereka yang sudah mengecap pahit-manisnya jualan makanan. Yaa siapa lagi kalau bukan Mekdi dan KFC.

Banyak ilmu yang bisa dipelajari dari gerai ayam goreng asal negeri Paman Sam itu yang seenggaknya mampu bikin bisnis kuliner kamu sustain lebih lama bahkan selamanya. Apa saja?

1. JUALAN KULINER YANG DIMINATI BANYAK ORANG

Saran ini datang dari Mekdi. Awal kedatangan Mekdi di Indonesia, mereka dikenal jualan burger. Namun karena tahu kalo masyarakat sini sukanya makan ayam goreng, pada akhirnya mereka pun ikutan jualan ayam goreng, supaya bisa bertahan di pasar Indonesia.

Langkah ini juga ditiru oleh Burger King yang ikutan jualan ayam goreng meski dari awal jualan utamanya tetap burger.  Bahkan KFC yang sedari awal jualan ayam goreng juga harus menyesuaikan diri dengan pasar, yaitu dengan menyertakan nasi dalam paket penjualannya, padahal aslinya cuma jualan ayam goreng doang.

Intinya, kamu bisa menjual produk lainnya yang diminati banyak orang tapi tanpa menghilangkan ciri khas brand-mu.

2. GERAINYA NGGAK BUKA BERDEKATAN

Ekspansi yang terlalu gila-gilaan di awal–seperti yang dilakukan Mixue saat ini–sebetulnya punya manfaat. Misalnya, banyak orang jadi mudah mengakses produk kamu. Namun hal ini juga bisa jadi bumerang, alias senjata makan tuan, karena akhirnya tiap gerai harus berbagi pelanggan.

Bayangin aja, 100 pelanggan yang seharusnya bisa jadi milik satu gerai, gara-gara geraimu bertebaran di mana-mana, misalnya 10 gerai dengan jarak berdekatan, tiap gerai jadi hanya dapat 10 pelanggan saja.

Inilah yang dilakukan Mekdi dan KFC. Jarak gerai mereka nggak berdekatan, sehingga para pelanggan dalam radius tertentu bakal mencari gerai terdekat dengan rumah mereka. Sebab jumlah pelanggan yang stabil akan sangat berguna membuat tiap gerai bertahan lama.

Terlebih lagi ekspansi gila-gilaan juga cenderung mengabaikan analisis pasar. Rentan sekali terjadi asal taruh gerai tanpa ada pertimbangan, apakah di wilayah itu target pasarnya ada atau nggak.

3. TERUS BERINOVASI

Kamu mungkin sering menjumpai, banyak produsen ponsel, hampir tiap bulan selalu merilis produk baru dengan upgrade yang gitu-gitu aja. Bahkan spek ponselnya juga mirip-mirip, cuman beda namanya doang.

Atau mungkin kamu juga sering menjumpai, penyanyi atau band yang tiap tahun selalu merilis album baru atau paling nggak single baru.

Yang mereka lakukan adalah inovasi agar brand mereka itu nggak tenggelam. Sebab kita tahu ingatan publik itu pendek, dan supaya publik ingat terus dengan brand mereka, mereka merilis produk yang mungkin nggak penting-penting amat.

Inovasi semacam ini juga dilakukan Mekdi dan KFC.  Mereka misalnya pernah bikin ayam goreng dilumuri dengan coklat cair. Atau bikin pukis aneka toping. Atau bikin burger dengan isi ikan tuna.

Pizza Hut juga misalnya pernah berinovasi bikin Limo Pizza yang panjang banget itu. Atau bikin inovasi pizza toping apalah itu.

Semua inovasi produk baru itu sebetulnya guna buat ngingetin publik: "Eh, kami masih ada loh, kami masih jualan loh di Indonesia." Gitu kira-kira.

Ya meskipun mungkin produk mereka kesannya nggak penting-penting amat, tapi nyatanya itu berhasil bikin mereka bertahan sampai sekarang.

4. HARGA YANG BERSAING

Salah satu kesalahan Warunk Upnormal adalah menjual produk mereka dengan harga selangit. Padahal jualan mereka bisa dibeli di warmindo dengan harga miring.

Yaa, paham sih, mereka menyediakan tempat nongkrong yang cozy abis. Tapi bagi kaum mendang-mending berkantong cekak, kalau makannya sama-sama indomie, yaa mending beli di warmindo atau bikin sendiri di rumah.

Harga yang bersaing juga menjadi penentu, apakah bisnis kulinermu akan bertahan lama atau nggak. Jangan sampai nih, harga produk kamu jauh lebih mahal dibanding milik kompetitor.

Hal inilah yang dilakukan Mekdi dan KFC. Keduanya sama-sama jualan fast food, jualan ayam goreng, tapi harga produk mereka mirip-mirip. Dan buat kaum mendang-mending, ini bisa jadi pilihan sulit.

Itulah ilmu dari Mekdi dan KFC yang bisa kamu terapin di bisnis kuliner yang lagi kamu rintis. Semoga bisa bikin bisnis kamu bertahan lama, selamanya, dan sepanjang masa kayak kasih ibu. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Shofyan Kurniawan

Shofyan Kurniawan. Arek Suroboyo. Penggemar filmnya Quentin Tarantino. Bisa dihubungi di IG: @shofyankurniawan