Tips

GENERALIS VS SPESIALIS: MANA YANG LEBIH BAIK?

Buat lo, Civs! Yang masih bingung atau tejebak dan overthingking tentang lebih baik mana jadi specialist atau genaralist? Coba deh simak artikel berikut

title

FROYONION.COM - Bagi generasi millennial maupun gen Z sekarang ini pasti udah nggak asing lagi kan tentang dilema memilih lebih baik mana menjadi seorang generalist atau specialist dalam dunia karier maupun pendidikan even di dalam seluruh kehidupan. 

Memang pada akhirnya kita akan dituntut untuk bisa memilih menjadi seorang yang tau dan menekuni banyak hal atau menjadi seorang yang fokus dan ahli pada salah satu bidang.

Namun sebelum itu, mungkin ada beberapa orang yang kurang memahami tentang kedua konsep ini, atau masih bingung dengan istilah generalist dan specialist. 

Nah, penjelasan singkat dari kedua konsep tersebut ialah, baik seorang generalist maupun specialist sebenarnya merupakan suatu kemampuan atau skill yang dimiliki oleh seseorang dengan beberapa perbedaan.

Seseorang dengan konsep generalis cenderung memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang banyak hal serta bisa memahami segala sesuatu dari sudut pandang atau point of view yang lebih luas sebab seorang generalis merupakan orang yang cepat belajar dan cenderung multitask. Namun, kekurangan dari seorang generalis ialah hanya memahami secara fundamental atau cenderung memahami bagian dasar saja tetapi tidak secara spesifik dan mendalam alias multitask but not to be an expert.

Sedangkan seorang specialist, ia akan memiliki keahlian atau skill yang expert di dalam satu bidang. Seseorang yang memiliki kemampuan specialist akan selalu dibutuhkan dalam suatu bidangnya, contoh dalam pekerjaan yaitu seperti dokter, designer, dan beberapa pekerjaan lain. Kekurangan dari seorang specialist ialah hanya pandai pada satu bidang keahlian saja.

Satu contoh tentang seorang dengan tipe generalist, yaitu seorang tokoh pemimpin yang namanya cukup terkenal yaitu bapak Luhut Binsar Pandjaitan, M.P.A. Yang merupakan seorang Menko Maritim dan Investasi. Mengapa dia sering ditunjuk oleh bapak presiden untuk menangani beberapa kebijakan-kebijakan maupun proyek atau kasus di indonesia, meskipun memang tupoksi beliau sebagai menteri dan semua menteri adalah untuk membantu presiden? Namun, kenapa beliau? Yang sebenarnya base beliau adalah sebagai Menko Maritim dan Investasi. 

Kebijakan yang pernah dia atasi dari mulai kasus Covid-19, PPKM, hingga beberapa case di indonesia, mengapa beliau? Sampai bahkan beliau dijuluki sebagai menteri ‘spesialis darurat’ sebab memang dalam beberapa kasus track record beliau dalam menangani dan menyelesaikan tugas bisa terlaksana dengan sukses. 

Namun, apakah beliau mengerjakan semua itu sendirian tanpa seorang yang expert di bidangnya? Semisal dalam kasus Covid-19, beliau pasti membutuhkan seorang yang lebih paham di bidangnya seperti menteri kesehatan, dokter, maupun pakar-pakar lain. Meskipun, mungkin sebelumnya beliau sudah paham secara fundamental serta memiliki metode atau caranya untuk menangani dengan kebijakan-kebijakan yang di ambil dari informasi atau data-data dari seorang expert (specialist) serta bisa melihat dari kacamata yang lebih luas lagi, mungkin dari segi manajemen, regulasi, dan lain sebagainya. 

Begitupun sebaliknya seorang specialist juga suatu saat akan membutuhkan seorang generalist untuk membantunya atau mengembangkan sesuatu yang kurang ia pahami.

Adapun contoh seorang tokoh besar yang memiliki tipe specialist di indonesia yaitu seorang Menteri Keuangan RI saat ini, yaitu ibu Sri Mulyani Indrawati, S.E., M.Sc., Ph.D. Beliau termasuk seseorang yang specialist dalam bidang Keuangan bahkan beliau sempat menjadi orang indonesia pertama yang yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia, pada periode 2010-2016.

Contoh lain mungkin seorang mantan Menteri Kelautan dan Perikanan yaitu ibu Dr. Susi Pudjiastuti, beliau juga termasuk dalam tipe specialist yang expert dalam bidang kelautan dan perikanan. Dan beliau-pun memiliki banyak sekali pencapaian dan penghargaan dalam karir-nya. 

Sebenarnya baik itu menjadi seorang generalist maupun specialist adalah sesuatu yang nggak ada salahnya. Jika kita saling memberikan manfaat satu sama lain. Namun, memang dari keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri.

Fyi di negara-negara di Eropa ada dua jenis konsep yang sering ditanemin pada anak-anak muda mereka, yaitu tentang menjadi seorang Early specializer atau Late Specializer. Dan mungkin hal itu bisa kita terapkan kepada anak-anak muda di indonesia saat ini maupun kedepanya. Namun, 

Apa itu Early specializer dan Late Specializer?

Early specializer merupakan seseorang yang serba bisa namun nggak begitu ahli dan setelahnya menentukan tujuannya untuk menjadi seorang yang specialist di salah satu bidang saja sejak awal. 

Nah, sedangkan tipe late specializer ialah mereka yang menjadi generalist terlebih dahulu atau mengeksplor semua terlebih dahulu sebelum mereka memutuskan untuk menjadi seorang yang ahli di bidang-nya atau specialist.

Perbedaannya terletak pada tujuan awal dan akhirnya, kalo early specializer dari awal memang sudah memutuskan untuk menjadi seorang specialist. Sedangkan, late specializer dari awal akan lebih menjadi generalist dan eksplor terlebih dahulu kemudian ketika siap baru specialist.

Tapi dari keduanya lebih baik mana?

Again, dari keduanya pasti memiliki plus minus-nya masing-masing. Tapi saran gue buat kalian yang masih umur 20an atau masih muda dan nggak terlalu memiliki tanggung jawab beban yang besar bagi keluarga maupun bagi diri lo sendiri. 

Lebih baik lo memilih jalan untuk lebih eksplor terlebih dahulu atau menjadi seorang tipe late specializer. Serta,

Tanyakan ke diri lo sendiri, di fase hidup lo saat ini, apa yang sedang lo butuhin, apakah diri lo harus cepat-cepat jadi specialist?

Sebab untuk menjadi seorang yang specialist atau ahli dalam satu bidang yang terpenting ialah kenyamanan. That’s why kita harus selalu explore tentang hal-hal baru, sampai kita menemukan kenyamanan dan jati diri kita yang sebenarnya.

Cobain apa yang ingin lo cobain selagi masih muda. Misalkan output-nya kurang baik atau gagal ya it’s fine, hasil hanya sebuah bonus yang terpenting ialah proses yang lo jalani, Civs!

Ibaratkan lo seperti secarik kertas putih yang belum memiliki coretan alias pengalaman, maka dari itu yang sebenarnya lo butuhkan yaitu pengalaman atau coretan yang sebanyak-banyaknya. Jadi, mumpung masih muda nggak ada salahnya menjajal segala hal yang pengen lo mau sampai di titik lo nemu keahlian dari semua hal yang pernah lo lakuin, kemudian setelah itu tekuni keahlian tersebut hingga jadi seorang yang specialist/expert di bidang-nya. Dan, jangan takut untuk mencari mentor untuk membantu lo jika lo merasa stuck dan kehilangan arah.

Nah, jika lo udah specialist dalam satu bidang, usahain untuk melebarkan dan mencari keahlian-keahlian baru untuk lo pelajari. Sebab meskipun ada beberapa orang sudah berhasil dengan satu keahlianya dan akhirnya mereka terlalu nyaman dalam satu bidang tersebut tanpa mempelajari hal-hal baru, hal tersebut cepat atau lambat mereka juga bisa tergantikan, sedangkan dunia terus berubah dan sistem juga akan terus berubah. 

Jadi kesimpulanya baik itu menjadi generalist ataupun specialist ialah sama baiknya, masing-masing tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, akan jauh lebih baik jika kita bisa menkombinasikan keduanya. 

Maksudnya ketika lo sudah perdalam dan ahli di dalam satu bidang alias specialist, kemudian lo bisa nih kembali lagi menjadi seorang yang generalist untuk memperluas keahlian-keahlian atau skill lain dan setelahnya lo bisa asah skill baru yang lo pelajari hingga menjadi seorang specialist. Begitu seterusnya hingga akhir. 

Sebab pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang terus belajar. Mereka yang memiliki self learning yang baik akan terus bisa survive dengan kehidupan yang penuh perubahan. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Tegar Widodo

Freelancer