Begadang demi menyelesaikan pekerjaan atau sekadar marathon series kadang bikin kita memutuskan untuk menukar jam tidur dari malam ke pagi. Secara medis, seperti apa efeknya bagi tubuh?
FROYONION.COM - Juli lalu, netizen dibuat geger oleh berita meninggalnya seorang desainer grafis asal Bantul, Yogyakarta di dalam kamar kosnya. Penyebabnya diduga akibat dari terlalu sering begadang dan naiknya asam lambung akibat kebanyakan mengonsumsi kopi.
Jauh sebelum ini tepatnya pada 2013, seorang copywriter juga dikabarkan meninggal dunia setelah bekerja non-stop selama 30 jam dibarengi dengan konsumsi minuman berenergi dalam jumlah banyak. Beritanya sempat jadi trending topic dan cukup mengguncang dunia peragensian kala itu.
Bukan rahasia lagi kalau bekerja di industri kreatif memang seringkali menyita banyak waktu di luar jam kerja. Kewajiban memenuhi target, menyelesaikan tugas-tugas dari atasan hingga permintaan revisi dari klien di jam-jam nggak terduga bisa dibilang sudah jadi makanan sehari-hari.
Alhasil, jam tidur dikorbankan demi mengejar target dan revisi. Makan jadi nggak teratur dan minuman berkafein pun jadi jalan pintas supaya tetap terjaga di tengah menyelesaikan pekerjaan.
Demi mengganti jam tidur di malam hari yang berantakan, seringkali seseorang baru akan tidur di pagi harinya sampai siang. Yang penting kan sama-sama tujuh jam durasi tidurnya. Tapi, apakah hal ini diperbolehkan secara medis?
Idealnya, durasi tidur orang dewasa ada di kisaran tujuh hingga delapan jam per hari. Namun, kapan kita tidur juga akan mempengaruhi kualitasnya. Tidur bukan cuma soal durasi, tapi juga kualitas. Secara singkat, menukar jam tidur dari malam ke pagi hari itu sangat nggak disarankan. Kok bisa?
BACA JUGA:
Hal ini terkait dengan jam biologis tubuh kita, yaitu di jam berapa saja organ-organ tubuh akan mencapai batas maksimalnya dalam bekerja. Jam biologis tubuh ini nggak akan mengikuti rencana kita, melainkan mengikuti perubahan siang dan malam hari.
Secara normal, berkas cahaya matahari yang sampai di mata akan turun ketika malam tiba. Ini akan memberi sinyal pada otak untuk melepas hormon melatonin. Hormon ini sendiri lazimnya dilepas sewaktu malam alias di jam seseorang seharusnya sedang beristirahat.
Masalahnya adalah, saat kalian memutuskan untuk begadang dan melek semalaman, akan ada berkas cahaya tambahan yang turut masuk. Sumbernya bisa dari lampu atau sinar gawai. Nah, hal ini akan membingungkan otak.
Otak akan kaget karena mata memberi kabar adanya penambahan berkas cahaya masuk tanpa permisi di jam yang nggak seharusnya. Padahal, hormon melatonin sudah keburu disebar di tubuh. Saat ada interupsi semacam ini, otak nggak punya pilihan lain selain melepas hormon kortisol.
Hormon kortisol sendiri adalah hormon stres. Adanya kortisol di waktu seseorang seharusnya sedang beristirahat akan membuat organ-organ tubuh lainnya turut menjadi stres.
Sel di jantung akan gelisah karena kortisol tiba-tiba meningkat. Pelipis akan mulai mengucurkan keringat dingin sebagai akibatnya. Nggak hanya itu, kortisol juga akan membingungkan sel imun. Aktivitas peradangan akan turut terpicu sebagai hasil reaktivasi stres dari hormon kortisol.
Inilah mengapa kebiasaan switch waktu tidur akan membuat sistem tubuh menjadi kacau karena jam biologis bingung. Jika kebiasaan ini diteruskan dalam waktu lama, tubuh akan rusak secara perlahan.
Resiko penyakit jantung serta pembuluh darah akan meningkat, demikian juga dengan diabetes karena hormon kortisol memiliki kemampuan untuk mengaktifkan glukoneogenesis dengan cara memecah protein dalam liver yang akan meningkatkan kadar glukosa dalam darah.
Ini belum termasuk resiko mengonsumsi kafein secara berlebihan dan nggak dibarengi pula dengan makan makanan sehat secara teratur. Intinya, menukar waktu tidur saja sudah cukup merugikan, apalagi jika ditambah dengan pola makan yang kurang sehat.
BACA JUGA: BEGADANG BAKAL SETERUSNYA BURUK BUAT LO
Sudah tahu resikonya, tapi tetap merasa susah mengganti kebiasaan? Walaupun nggak bisa sepenuhnya dibenarkan, namun hal ini bisa sedikit dimaklumi. Pekerjaan harus selesai demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan marathon nonton series sudah bukan kegiatan yang asing lagi.
Tipsnya, jangan marathon sampai begadang ketemu pagi. Lebih baik tukar besoknya, misalnya pagi ketemu sore, bukan dari malam ke pagi. Ini berlaku juga buat kalian yang bekerja sampai begadang.
Usahakan untuk berhenti menatap layar gawai tiap empat jam sekali. Bergeraklah walau sedikit, misalnya stretching, makan, buang air ke toilet, minum, dan lain-lain. Lakukan selama 20 - 30 menit, baru lanjut lagi.
Selalu bawa botol minum di dekat kita yang berada di jangkauan tangan. Jangan sampai lupa minum dan dehidrasi! Kalau merasa lapar atau sudah masuk jam makan, usahakan berhenti dulu kerjanya atau marathon series-nya dan makan dulu.
Untuk cemilan, usahakan makan buah saja. Hindari juga makan sambil nonton karena distraksi saat makan seperti ini akan membuat kalian nggak sadar penuh ketika makan. Hal ini akan meningkatkan resiko kenaikan berat badan, sama halnya dengan makan yang terlalu cepat atau tergesa-gesa.
Akan lebih baik untuk mengurangi porsi begadang dengan terapkan metode early bed, early wake. Misalnya, tidur di jam 9 malam lalu bangun di jam 3 pagi harinya untuk lanjut kerja. Saat bangun, nyalakan semua lampu sebagai cara memanipulasi lingkungan supaya seolah-olah sudah pagi. Dengan begini, hormon melatonin serta kortisol dalam tubuh nggak akan kacau.
Kalau dirasa tidur di jam 9 malam masih terlalu sore untuk sebagian orang, coba mundurkan ke jam 10 malam. Metode ini akan mencegah kalian begadang dengan tidur lebih dulu dan mulai kerja lagi di awal pagi. Ini lebih baik daripada begadang lalu lanjut tidur paginya.
Durasi tidur ideal memang di angka tujuh hingga delapan jam. Kalau beban pekerjaan mengharuskan untuk terus bekerja sampai larut malam dan susah menemukan waktu tidur, akan lebih baik untuk menjauhi begadang dan bangun awal seperti cara di atas.
Pastikan untuk tidur cukup dan jangan sampai kurang dari lima jam sehari. Patuhi jam makan dan kurangi konsumsi minuman berkafein terutama dalam keadaan perut kosong.
Ingat kalimat sakti ini, “kerja sewajarnya saja, kalau kalian sakit atau meninggal yang sedih itu keluarga. Kantor tinggal cari gantinya”. (*/)