Di kolom yang tayang tiap Senin ini, siapa aja bisa nanya dan bakal dijawab langsung oleh Bang Roy sendiri. Kamu bisa nanya segala macem tema pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan muda-mudi zaman sekarang. Untuk kirim pertanyaan kamu, bisa kirim DM langsung via Instagram @froyonion.
Pertanyaan: “Contoh-contoh passive income itu seperti apa?” (@akmalhasugian)
Jawaban:
Hai, Civs, pertanyaan yang menarik nih buat diulas. Zaman sekarang, anak-anak muda udah mulai pada sadar sama pentingnya menjaga kesehatan finansial yak. Meskipun ngatur keuangan apalagi naikin penghasilan itu sama sekali nggak mudah, tapi seenggaknya lo udah punya rasa penasaran sama hal kayak ginian, dan itu bagus cuy.
Tapi pertama, apa sih passive income itu?
Buat yang belom tau, menurut Wikipedia, passive income adalah penghasilan yang lo dapatkan secara otomatis dengan tenaga yang minim atau bahkan tanpa tenaga sama sekali, Civs.
Kalo di Amerika, IRS (Internal Revenue Service) menggolongkan passive income ke dalam 2 kategori, yaitu rental activities dan trade or business activities.
Kalo rental activities, artinya penghasilannya didapatkan dengan cara menyewakan suatu aset yang kita punya ke orang lain. Kegiatan ini butuh tenaga atau usaha yang minim dari si owner, contohnya kayak penyewaan properti (rumah, gedung, apartemen).
Dan trade or business activities artinya penghasilan pasif yang didapatkan dengan membangun sebuah bisnis yang manajemennya dijalankan orang lain, si owner pun nggak perlu ‘tenaga’ khusus untuk menjalankan bisnis ini, bener-bener pasif.
Nah, dari sini udah jadi lebih paham kan yak tentang passive income?
Terkadang, masih banyak juga nih yang nggak bisa bedain antara passive income dan side hustle / kerja sampingan, Civs. Masih ada orang-orang yang beranggapan bahwa kerja sampingan itu tergolong passive income. Padahal, kerja sampingan masih perlu alokasi tenaga buat menjalankannya, ibarat lo udah kerja full-time di suatu perusahaan, terus lo kerja sampingan jadi desainer grafis, itu masih termasuk side hustle, bukan passive income.
Gampangnya, passive income itu penghasilan yang seenggaknya bisa membantu menutupi kebutuhan pokok lo sehari-hari tanpa perlu tenaga dan usaha apapun buat menjalani. Terdengar gampang kan hidup kita? Ibarat main game tapi tingkat kesulitannya pilih yang easy, siapa yang nggak pengen.
Tapi jangan salah, buat mencapai kondisi finansial yang kayak gitu nggak mudah sama sekali.
Buat mencapai passive income, lo butuh menjalankan active income terlebih dulu, kecuali lo lahir di keluarga konglomerat, jadi lo nggak butuh nyari modal sendiri.
‘Jalan’ untuk mendapatkan penghasilan yang pasif ibarat bapak kost yang hari-hari cuma nongkrong di deket pagar kostan tapi duitnya miliaran itu panjang banget.
Mungkin dia dulunya perlu kerja berpuluh-puluh tahun dulu di perusahaan tertentu, ngumpulin modal biar bisa ngebangun kost-kostan, baru deh dia dapet passive income dari nyewain kamar kost. Nggak perlu ngapa-ngapain, duit dateng sendiri.
Nah, buat anak-anak muda, bukan berarti lo harus nunggu umur 50 tahun dulu baru bisa punya passive income, ada beberapa contoh passive income yang mungkin bisa lo lakoni, Civs.
Menurut gue pribadi, passive income bisa digolongkan jadi 2 versi, yaitu teknis dan non-teknis.
Pertama, untuk yang teknis, jenis passive income yang bisa lo coba contohnya:
Nah, jenis yang pertama ini kebanyakan tersedia di platform digital, Civs. Contohnya bikin E-Book atau video tutorial di YouTube. Dua kegiatan ini bisa jadi passive income karena keuntungannya bisa selalu mengalir meskipun lo udah nggak ngerjain hal itu lagi. E-Book yang bisa menjawab sebuah permasalahan pasti bakal laku di pasaran, cukup sekali kerja, lo bisa terus dapetin royalti atas penjualan itu.
Bikin stock photo juga sama halnya, cukup tenaga di awal prosesnya aja, sisanya bisa lo coba untuk jual di beberapa platform kayak iStock dan ShutterStock. Meskipun mungkin ada kriteria tertentu untuk bisa berjualan di sana, tapi yang jelas patut dicoba, Civs.
Dan untuk NFT, lo memang butuh tenaga dan usaha yang lebih ekstra dibandingkan beberapa cara sebelumnya. Pertama, lo harus bisa bikin digital art, atau lo bisa cari orang yang bisa bikin art sesuai yang lo mau, ibaratnya lo bisa jadi founder dari sebuah proyek NFT. Kedua, lo harus cari orang yang bisa me-maintain komunitas, bikin grup di Discord, atau Twitter, dan perlahan-lahan lo terus shilling deh NFT yang lo punya, lengkapnya lo bisa baca di artikel ini:
Kedua, ada passive income yang non-teknis, contohnya ada:
Kenapa non-teknis? Tentunya karena lo nggak perlu tenaga sama sekali untuk bisa dapetin penghasilan pasif.
Dengan investasi saham contohnya, kalo lo cermat dan mempelajari sisi fundamental perusahaan yang lo invest, lo bisa dapet dividen atau bagi hasil perusahaan, biasanya diadakan per tahun untuk para pemegang saham.
Angka dividennya juga tergantung, Civs, ada perusahaan yang rela bagi-bagi dividen besar per tahun, dan ada juga yang nggak begitu besar. Passive income jenis ini meskipun nggak perlu tenaga, tapi butuh pengetahuan yang mendalam dan jangka waktu yang lebih panjang dibandingkan passive income jenis teknis.
Investasi properti dan investasi komoditi juga sama. Resiko cukup besar, terus likuiditasnya kecil (asetnya lebih susah diperjual-belikan – jangka waktu lebih lama). Tapi, kalo lo berhasil di sini, udah pasti kebutuhan pokok lo bisa ter-cover, Civs.
Jujur sih, untuk passive income non-teknis ini emang lebih cocok buat lo yang punya modal yang lebih besar. Buat punya passive income yang bisa nutupin kebutuhan pokok bulanan lo, butuh kalkulasi yang tepat.
Contohnya, ada investasi di reksadana yang mungkin punya return atau keuntungan sekitar 5–8% per tahun. Untuk nutupin kebutuhan pokok bulanan yang let’s say 5 juta per bulan artinya lo butuh dapet penghasilan sebesar 60 juta per tahun. Passive income sebesar 60 juta per tahun ini cuma bisa lo dapatkan dari investasi di reksadana dengan nominal sebesar 1.2 miliar rupiah, Civs.
Buset, millennials butuh berapa tahun kerja buat ngumpulin duit sebanyak itu?
Memang, untuk mencapai situasi di mana passive income lo bisa nutupin kebutuhan pokok sehari-hari emang nggak gampang sama sekali. Tapi, bukan berarti lo nggak bisa, karena lebih baik mulai sesuatu se-dini mungkin biar nggak nyesel di hari tua, Civs, terutama karena nggak mulai investasi dari umur 20-an ini.
Yak, mungkin segitu dulu yang bisa gue share ke lo tentang passive income. Semoga lo jadi makin paham dan makin melek finansial. Salam sejahtera, Civs! (*/)
BACA JUGA: SANDWICH GENERATION: SAAT KELUARGA JADI TANGGUNGAN SAMPE NGGAK ADA JATAH ‘ME TIME’