Tips

4 HAL TERLARANG YANG WAJIB DIHINDARI PENULIS KONTEN

Dalam menulis, sebenarnya ada sejumlah aturan yang diikuti. Salah satunya, hal-hal terlarang yang tentunya wajib dijauhi. Nah, apa sajakah hal-hal tersebut?

title

FROYONION.COM - Apakah kamu memiliki blog? Di media blog, kita memang bisa mem-publish konten tulisan apapun dan untuk tujuan apapun. Dari mulai menuliskan serba-serbi pengalaman pribadi hingga untuk berjualan berbagai produk Perlu diketahui juga, dilansir dari situs Techjury, diketahui sebanyak 77% pengguna internet saat ini rutin membaca blog. Bahkan, beberapa perusahaan pun ada juga yang menggunakan blog untuk tujuan komersial. 

Nah, sebagai orang Indonesia, kita tentunya sudah tak asing dengan pepatah dimana bumi dipijak maka disitu langit dijunjung.. Maknanya, di mana pun kita berada, ada etika yang harus selalu ditaati. Terkait konten tulisan, pepatah ini sebenarnya berlaku juga saat kita menulis di media maya. Dengan kata lain, ada beberapa hal terlarang yang wajib dihindari oleh penulis konten. Berikut 4 hal terlarang yang wajib dihindari penulis konten. 

HAL 1: MEMINTA PEMBACA MENGUNJUNGI LINK YANG DICANTUMKAN DALAM TULISAN

Dalam tulisan, kita sebenarnya boleh mencantumkan link. Namun, dengan catatan, kita mencantumkan sebagai sumber referensi. Misalnya, seperti ini: ”Dilansir dari Aimultipletraffic blog yang berisi artikel how-to lebih diminati.. Pada tahun 2022, traffic-nya mencapai 1,5 kali lebih besar daripada blog yang berisi informasi lainnya.” 

Nah, sedangkan bila kita mencantumkan link dan meminta pembaca membukanya, tentunya sangat tak etis. Hal ini tentunya akan merepotkan karena mereka mesti membukanya. Misalnya, menulis seperti ini: “Pada tahun 2022, Aimultiple membuat laporan tentang perkembangan dunia konten di dunia maya. Dalam laporan tersebut, artikel how-to menjadi tulisan yang diminati banyak orang Terkait laporan data-datanya, bisa Anda lihat di situs Aimultiple.” 

Nah, meminta pembaca untuk membuka link tersebut sebenarnya sangat tak etis. Menjadi tugas penulis untuk menuliskan data-data tersebut untuk diberitahukan kepada pembaca. Nah, di internet, saya lumayan sering menemukan artikel yang seperti itu. 

HAL 2: MEMBUAT TULISAN YANG BERTELE-TELE

Di media internet, saya pun cukup sering menemukan tulisan yang bertele-tele.  Tentu saja, saya sulit mengikuti tulisan yang seperti itu. Nah, ada beberapa hal yang menyebabkan tulisan menjadi bertele-tele  Penyebab tulisan menjadi demikian yang sering ditemui yaitu penulisan kalimat yang tak efektif. Agar efektif menulis kalimat, maka terapkan prinsip KISS (Keep It Simple and Short). Di internet, ada banyak situs yang membahas bagaimana menerapkan prinsip tersebut dalam menulis  

Penyebab lainnya yang paling sering ditemui yaitu penulis tak paham bagaimana menyusun paragraf secara baik dan benar.  Misalnya, satu paragraf yang terdiri dari 10 kalimat. Setiap kalimatnya pun begitu panjang. Padahal, paragraf yang mudah dicerna pembaca itu biasanya kurang dari 5 kalimat. Setiap kalimatnya pun tak terlalu panjang.  Di internet pun ada banyak situs yang membahas bagaimana menyusun paragraf secara baik dan benar. 

Tulisan yang bertele-tele biasanya dibuat oleh penulis yang masih pemula. Mereka pun biasanya tak menyadari bahwa tulisannya sebenarnya bertele-tele. Nah, bila kamu merasa masih pemula dalam menulis, saran saya sebaiknya meminta beberapa teman kamu membacanya sebelum  di-publish. Bila mereka menilai tulisan kamu bertele-tele atau sulit diikuti bahkan sulit dicerna, maka sudah tentu kamu wajib memperbaikinya.  

HAL 3: MEMBUAT BAGIAN TULISAN YANG BERNADA KASAR

Menulis itu sesungguhnya ibarat berbicara. Bila seseorang berbicara santun, maka sudah tentu akan disukai banyak orang. Sebaliknya, bila kasar, maka biasanya banyak orang tak menyukainya. Dengan demikian, sebelum artikel how-to dipublish, baca kembali dari awal hingga akhir. Carilah apakah ada bagian tulisan yang bernada kasar.  Bila ada, sebaiknya diperhalus. 

Misalnya, kita menemukan kalimat seperti ini :Agus satpam perumahan yang berbadan kurus. Nah, kalimat tersebut bernada kasar. Sebabnya, kata kurus identik dengan kurang gizi, mudah sakit, dan fisik lemah. Nah, kita bisa mengganti kata kurus dengan berat badannya 55 kg. Kalimat menjadi Agus satpam perumahan yang berat badannya 55 kg. 

Simak juga contoh kalimat berikut: Karena harganya murah, kemampuan smartphone ini di bawah rata-rata. Nah, kalimat ini sebenarnya bernada kasar. Sebabnya, diksi di bawah rata-rata memunculkan kesan bahwa kualitas smartphone tersebut sangat rendah. Kalimat tersebut sebaiknya diperhalus menjadi Karena harganya murah, kemampuan smartphone ini tentunya terbatas. Kalimat ini lebih halus daripada yang sebelumnya.  

Simak juga contoh berikut  Untuk meningkatkan kepedulian pemerintah daerah, maka pemerintah pusat berencana menggelar pertemuan rutin antara warga dengan pejabat setempat. 

Nah, kalimat ini sebenarnya bernada kasar. Sebabnya, cenderung memunculkan kesan bahwa pemerintah tak peduli dengan warga. Muncul juga kesan bahwa tingkat kepedulian pemerintah daerah sangat rendah. 

Untuk menghindari kesan tersebut, ganti kalimat menjadi Untuk lebih meningkatkan kepedulian pemerintah daerah, maka pemerintah pusat berencana menggelar pertemuan rutin antara warga dengan pejabat setempat.  

HAL 4: MENULIS HAL YANG SEBENARNYA TAK PENTING

Saat menulis, terkadang kita tak menyadari menuliskan hal yang sebenarnya tak penting. Misalnya, menulis seperti ini: “Untuk mendapatkan penghasilan, kita harus bekerja.” 

Nah, kalimat tersebut sebenarnya tak berguna atau sia-sia. Sebabnya, semua orang sudah tahu bahwa untuk mendapatkan penghasilan memang harus dengan cara bekerja. Jadi, untuk apa kalimat itu dituliskan? 

Adanya kalimat ini pun membuang waktu pembaca. Dengan demikian, sebelum mem-publish tulisan, tak ada salahnya kita membacanya kembali dari awal hingga akhir. Bila ada hal yang sebenarnya tak penting namun ditulis, maka sebaiknya menghilangkannya.  

Itulah, beberapa hal sebenarnya yang wajib dihindari oleh penulis konten. Dengan menghindarinya, konten tulisan yang kita buat menjadi lebih bersahabat dengan pembaca, menjadi lebih mudah santun, menjadi lebih mudah diikuti. Karenanya, menjadikan konten tulisan lebih berkualitas.  Akhir kata, selamat menulis. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Rahadian

Sarjana hubungan internasional yang kecanduan menulis artikel dan berbisnis kreatif.