Salah satu solusi mengatasi banyaknya pengangguran yang terjadi di Generasi Z adalah menemukan pekerjaan yang cocok untuk mereka. Berikut adalah 3 rekomendasi pekerjaan yang cocok untuk Generasi Z.
FROYONION.COM - Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, generasi Z, atau yang sering disebut Gen Z, justru menghadapi tantangan yang unik dalam memasuki dunia kerja. Meskipun tumbuh di era digital dengan akses informasi yang luas, banyak anak muda dari generasi ini lebih memilih menganggur.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengidentifikasi beberapa faktor yang menyebabkan banyak anak muda, khususnya Gen Z, menganggur. Salah satu faktor utamanya adalah salah memilih sekolah dan jurusan.
Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bappenas, Maliki, menyatakan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan seseorang yang baru lulus untuk mencari kerja adalah sekitar enam bulan.
BACA JUGA: GEN Z DAN PENGARUHNYA PADA TREN DUNIA KERJA TAHUN 2024
Namun, jika seseorang salah memilih jurusan, waktu tunggu untuk mendapatkan pekerjaan bisa memanjang hingga satu tahun.
Faktor salah jurusan ini menyebabkan banyak anak muda Indonesia masuk ke dalam golongan pengangguran tanpa kegiatan atau yang dikenal sebagai youth not in education, employment, and training (NEET).
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan fakta yang mengkhawatirkan terkait kondisi penduduk muda Indonesia. Pada tahun 2023, terdapat sekitar 9,9 juta penduduk usia muda (15-24 tahun) yang tidak memiliki kegiatan.
Dari jumlah tersebut, 5,73 juta orang merupakan perempuan muda, sedangkan 4,17 juta orang adalah laki-laki muda. Sebagian besar dari mereka adalah Gen Z yang seharusnya berada di masa produktif.
Gen Z, yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, sekarang berusia antara 12 hingga 27 tahun. Persentase penduduk usia 15-24 tahun yang berstatus NEET di Indonesia mencapai 22,25% dari total penduduk usia tersebut secara nasional.
Ini adalah angka yang signifikan dan menunjukkan bahwa banyak dari generasi ini yang tidak terlibat dalam pendidikan, pekerjaan, atau pelatihan apa pun.
Salah satu penyebab utama pengangguran di kalangan Gen Z adalah kesalahan dalam memilih jurusan pendidikan.
Keputusan yang kurang tepat ini menyebabkan ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki dengan kebutuhan pasar kerja.
Akibatnya, lulusan baru sering kali menghadapi kesulitan dalam menemukan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka.
Terdapat pergeseran makna bekerja di kalangan Gen Z. Generasi ini cenderung mencari pekerjaan yang memberikan makna dan fleksibilitas. Mereka lebih memilih model kerja yang tidak mengharuskan mereka berada di kantor fisik sepanjang waktu.
Work From Anywhere (WFA) dan Work From Home (WFH) adalah konsep yang sangat diminati oleh Gen Z. Fleksibilitas semacam ini lebih mudah ditemukan di industri kreatif, yang menjadi salah satu pilihan karir populer bagi generasi ini.
Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, ada beberapa jenis pekerjaan yang cocok untuk Gen Z yang tidak perlu mengkhawatirkan tentang kesalahan memilih jurusan. Berikut adalah tiga pekerjaan yang sesuai dengan karakteristik dan preferensi Gen Z:
Gen Z dikenal dengan kreativitas mereka yang tinggi. Banyak dari mereka berlomba-lomba menjadi konten kreator dengan membagikan ide-ide cemerlang dan aktivitas mereka melalui berbagai platform media sosial.
Menjadi konten kreator memungkinkan Gen Z untuk mengekspresikan diri, berbagi pengalaman, dan bahkan menghasilkan uang dari apresiasi konten yang mereka buat.
Dengan kemampuan untuk bekerja dari mana saja, profesi ini menawarkan fleksibilitas yang diinginkan oleh banyak anak muda.
Dengan semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan media sosial sebagai sumber informasi dan platform untuk berbagi, profesi Social Media Specialist menjadi sangat dibutuhkan.
Peran ini membantu para calon konten kreator dan perusahaan untuk meningkatkan visibilitas mereka di media sosial, mencapai target audiens yang tepat, dan mengoptimalkan strategi pemasaran digital.
Pekerjaan ini sangat cocok untuk Gen Z yang memiliki pemahaman mendalam tentang tren media sosial dan keterampilan analitis.
Banyak dari Gen Z lebih suka menjadi bos bagi diri mereka sendiri dengan memulai bisnis mereka sendiri. Mereka dominan tidak suka dipimpin dan diatur seperti bekerja bersama orang lain atau di sebuah perusahaan.
Hal ini mendorong munculnya banyak perusahaan startup yang dibangun oleh Gen Z. Mereka mencoba berbagai jenis bisnis dan berusaha membangun usaha dari nol.
Menjadi entrepreneur memungkinkan mereka untuk mengimplementasikan ide-ide inovatif mereka dan bekerja dengan cara yang mereka inginkan.
Untuk mengatasi masalah pengangguran di kalangan Gen Z, perlu adanya upaya kolaboratif dari berbagai pihak. Institusi pendidikan perlu menyesuaikan kurikulum agar lebih relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
Memberikan bimbingan karir yang efektif dan kesempatan magang yang memadai dapat membantu siswa membuat keputusan yang lebih tepat mengenai jurusan dan karir mereka.
Pemerintah memiliki peran penting dalam menciptakan kebijakan yang mendukung pengurangan angka NEET.
Program pelatihan vokasional dan inisiatif kewirausahaan dapat memberikan alternatif bagi mereka yang tidak tertarik atau tidak mampu melanjutkan pendidikan formal.
Dengan memberikan dukungan yang tepat, pemerintah dapat membantu Gen Z mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan dan menemukan peluang kerja yang sesuai. (*/)