Nggak banyak kita tau kalo Ukraina adalah ‘sarang’ entrepreneur dan startup teknologi. Banyak startup global yang muncul dari sini, kayak WhatsApp sampai Grammarly. Simak perjuangan startup-startup Ukraina bertahan di tengah bombardir Rusia.
FROYONION.COM - Di banyak berita kita tau Rusia mulai meluncurkan rudal ke Ukraina yang menghancurkan gedung dan menimbulkan kematian sejak Rabu (23/2) lalu. Mereka juga meluncurkan serangan siber dengan mengirimkan malware penghapus data ke pemerintah Ukraina. Penyerangan yang dilakukan oleh Rusia berdampak pada seluruh ekosistem teknologi Ukraina, yang mencakup perusahaan teknologi, startup, serta kantor penelitian dan pengembangan.
Kantor berita di Ukraina melaporkan udah terjadi pemadaman karena banyak serangan siber, yang menurut pemerintah Ukraina, h jelas berkaitan dengan Rusia. Penyerangan yang dilakukan oleh Rusia pastinya dapet teguran keras dari Amerika Serikat, Uni Eropa dan sekutu mereka NATO. Mereka bakal kasih sanksi keuangan dan diplomatik kepada Rusia yang akan mempengaruhi bisnis, perdagangan dan keuangan di seluruh dunia.
Dikutip dari TechCrunch, seorang direktur di salah satu perusahaan teknologi besar (yang meminta untuk tidak menyebutkan nama perusahaan demi keselamatan karyawannya) mengonfirmasi bahwa mereka sedang dalam proses mencari cara untuk evakuasi semua stafnya di Ukraina. Direktur tersebut berencana untuk mengungsikan staf melintasi perbatasan baik ke Hongaria atau Polandia.
Sebuah startup di Ukraina yang bernama Readdle bergerak dalam bidang produktivitas seperti pembuatan email dan PDF, melalui juru bicaranya, Denys Zhadanov, mengatakan bahwa pihaknya yakin nggak mengevakuasi para karyawannya.
“Ukraina adalah rumah bagi para insinyur, desainer, dan profesional teknologi terbaik lainnya,” kata Zhadanov. “Saya tahu bahwa banyak CEO teknologi telah membuat keputusan untuk tetap tinggal di Ukraina. Banyak dari mereka membantu dan menyumbang untuk membantu daerah dan rakyatnya.”
Banyak startup yang berasal dari Ukraina yang turut memberikan bantuan dan dukungan pada negara yang sedang diserang tentara Putin. Beberapa di antaranya adalah Grammarly, mesin penulisan berbasis AI; lalu Ajax, perusahaan keamanan nirkabel rumah; juga Petcube, sistem kamera hewan peliharaan. Startup lainnya juga memberikan bantuan dengan caranya masing-masing.
Yang menarik CEO Grammarly Brad Hoover menuliskan di akun LinkedIn miliknya soal bagaimana pentingnya arti Ukraina di matanya.
“Ukraina memiliki tempat istimewa di hati saya. Grammarly didirikan di sana dan saya merasa terhormat untuk menyelami budayanya yang berwarna dan masyarakatnya yang ramah selama 10 tahun terakhir - termasuk banyak dari anggota tim kami yang tangguh dan pantang menyerah yang sekarang menghadapi tekanan dan ketidakpastian. Saya berduka dengan eskalasi yang berkepanjangan di Ukraina dan berharap keadaan akan membaik,” tulisnya.
Di saat yang sama, CEO JustAnswer Andy Kurtzig mengatakan perusahaannya merekrut 252 karyawan di Ukraina sejak 2010 dan sudah merasakan ketegangan saat krisis Krimea terjadi tahun 2014 saat Rusia mencaplok sebagian wilayah Ukraina di selatan itu.
Kurtzig tak mau mundur dari Ukraina. Ia menyatakan: “Banyak perusahaan menarik diri dari Ukraina karena perang ini, dan itulah yang diinginkan Putin. Kami tak akan lari dari sini. Pekerjaan karyawan kami di sini aman dan terkendali. Kami berkomitmen untuk tetap setia dengan Ukraina.”
Di dalam keadaan seperti ini, selain startup dari Ukraina sendiri, perusahaan teknologi seperti Uber, TikTok dan Twitter turut mengadakan kebijakan yang dapat membantu warga Ukraina. Dalam keadaan seperti ini, TikTok memprioritaskan keamanan bagi karyawan dan komunitasnya.
“Keamanan komunitas dan karyawan kami adalah prioritas utama kami,” kata juru bicara TikTok kepada TechCrunch. “Kami mengambil tindakan terhadap konten atau perilaku yang mengancam keamanan platform kami, termasuk menghapus konten yang mengandung misinformasi yang berbahaya, dan akan terus memantau situasi yang berkembang.”
Uber telah beroperasi di Ukraina sejak 2016 dan hadir di sembilan kota di Ukraina. Saat ini, Uber menawarkan karyawan mereka yang berbasis di Kyiv dan keluarga dekat mereka untuk melakukan relokasi sementara. Uber memberikan saran kepada pengemudi yang sedang ‘narik’ dan calon penumpang untuk tetap di rumah.
“Fokus kami saat ini adalah dengan terus melakukan apa yang kami bisa untuk melindungi keselamatan pengendara, pengemudi, dan karyawan Uber. Kami memiliki tim lintas fungsi yang memantau situasi dengan sangat cermat, dan akan melakukan pemulihan layanan secepatnya setelah kondisi sudah dirasa aman,” kata Uber kepada TechCrunch.
Twitter memperingatkan penggunanya yang berada di Ukraina untuk melindungi akun Twitter mereka, seperti menggunakan autentikasi multi-faktor dan menonaktifkan fitur lokasi. Sebelumnya, Twitter melakukan penangguhan kepada akun-akun yang membagikan detail tentang kegiatan militer Rusia sebelum invasi. Namun, pembatasan informasi semacam ini dirasa keliru.
Warga dunia berharap kekacauan yang disebabkan oleh Rusia ini tidak menimbulkan Perang Dunia III. (*/Photo credit: Max Kukurudziak)
BACA JUGA: KONFLIK RUSIA VS UKRAINA: BAGAIMANA NASIB INDONESIA?"