Game online yang seharusnya jadi bentuk hiburan tanpa ada batasan gender, justru seringkali menjadi tempat yang bikin para perempuan merasa tertekan.
FROYONION.COM - Game online, siapa di sini yang pernah belain-belain ambil paket malem di warnet cuma buat mainin game online favorit kalian? Pasti banyak di antara kita yang ngelakuin hal tersebut. Selain itu juga, banyak dari kita yang pernah berada di periode di mana kita bener-bener lagi gila-gilaan main game favorite kita. Mulai dari grinding tiap hari, beli cash, sampe ikut turnamen buat nunjukin skill yang kita punya.
Tapi, ga bisa dipungkiri kalau game online sering kali masih dianggap sebagai game yang cuma dimainin sama lak-laki doang. Padahal nyatanya, banyak dari para perempuan juga main game online juga. Meskipun banyak perempuan yang main juga, nyatanya para perempuan ini seringkali mendapat perlakuan yang ga mengenakan ketika mereka bermain game online.
Bahkan, dalam penyebutannya masih terasa memisahkan dengan gamers pada umumnya. Para perempuan yang sering bermain game online mendapat sebutan gamer girl. Meskipun terdapat kata gamer juga, dengan adanya embel-embel kata “girl” seakan-akan membuat perbedaan antara gamers pada umumnya dengan gamer girls.
Dari adanya perbedaan penyebutan istilah tersebut, bikin gua berpikir. Kalau ternyata, masih banyak para perempuan yang mendapatkan perlakuan sangat ga mengenakan dari lawan jenisnya di game online.
Para gamer girls ini seringkali dianggap remeh, banyak banget embel-embel atau hinaan yang dikeluarin ketika ada cewek yang main game online. Dari hinaan macam beban, bot, boosted, sampai hinaan sexist macem “go back clean some dishes”. Dan berbagai hinaan merendahkan lainnya.
Hinaan kaya gitu sering banget gua temuin. Para gamer girls seringkali dianggap sebagai sosok yang lemah, numpang menang, dan cuma bisa di-carry doang. Berbagai stereotype terhadap perempuan yang terjadi di dunia nyata, nyatanya dipraktekan oleh banyak orang dan dibawa sampai dunia maya, dalam hal ini adalah game online.
Banyak dari laki-laki yang menganggap keberadaan cewek di game online cuma untuk caper doang. Padahal, game online pada dasarnya diperuntukan untuk semua orang. Ga ada batasan gender yang melarang suatu gender untuk bermain game online tersebut. Pun tujuan dari bermain game pada dasarnya adalah untuk mencari hiburan, apa salahnya kalau para perempuan mencari hiburan yang sama kaya para laki-laki?
Adanya anggapan ini lahir karena masih melekatnya anggapan bahwa laki-laki masih memiliki posisi di atas perempuan. Sehingga ketika ada sesuatu yang lebih erat dengan laki-laki dilakukan oleh perempuan, banyak dari laki-laki tersebut yang merasa ga terima dan melakukan pembelaan dengan cara memberikan hinaan ke para perempuan.
Selain itu, banyak juga para gamer girls ini yang memulai peruntungannya di dunia streaming. Tapi, sayangnya mereka masih mendapatkan berbagai stigma, mulai dari modal fisik buat dapetin views. Seakan-akan fisik cuma menjadi modal utama para gamer girl ini memulai streaming. Nyatanya, banyak kesulitan yang mereka alami, mulai dari harus nyari viewers, setup yang kompatibel dan masih banyak lainnya.
BACA JUGA: BAGAIMANA ‘GAMES’ MENCERMINKAN BUDAYA MASYARAKAT
Pada dasarnya game merupakan bentuk hiburan yang bisa dinikmati oleh semua orang tanpa ada batasan gender di dalamnya. Dan beberapa tahun belakangan ini, tampaknya para developer games mulai sadar akan hal tersebut. Sebagai upaya penyetaraan gender di dunia E-Sports. Berbagai industri E-Sports mulai menyelenggarakan kompetisi untuk para perempuan dalam bidang game online.
Adanya kompetisi ini secara langsung memberikan dampak positif dalam menghilangkan stereotype dan kesenjangan terhadap perempuan di dunia game online. Setidaknya, dengan adanya kompetisi tersebut kita bisa ngeliat bahwa para gamer girl ini ga cuma caper atau modal fisik doang buat main game. Tapi, mereka juga bisa sampe di tahap kompetitif baik taraf nasional maupun internasional.
Banyak prestasi yang dikasih sama tim-tim E-Sport perempuan di Indonesia. Misal, Tim Valorant Perempuan Alter Ego yang sukses jadi juara 1 di kompetisi VCT Game Changers SEA: FSL Open 2021.
Valorant sendiri merupakan game First Person Shooter yang notabenenya erat dengan para laki-laki. Tapi dengan adanya fakta bahwa, para gamer girls ini bisa jadi juara di taraf internasional. Rasanya, bisa bikin orang yang suka ngerendahin perempuan di game online gigit jari.
Dengan adanya kompetisi dan pengembangan industri E-Sport untuk komunitas perempuan, gua rasa bakal jadi salah satu cara untuk mengubah pola pikir kolot yang nganggep perempuan cuma jadi beban di setiap game online yang ada. Setidaknya, orang-orang yang masih ngatain gamer girls ini jadi sadar, disaat mereka masih “ngang-ngong” ngatain orang. Orang yang mereka katain udah pernah jadi juara.
Pada akhirnya, untuk menutup tulisan ini. Gua sebagai penulis sekaligus orang yang suka main game online cuma pengen ngasih pesan. Game online pada dasarnya merupakan bentuk pelarian kita dari dunia nyata. Entah pelarian ketika kita lagi merasa cape, bosen, dan juga butuh hiburan.
Gak adil rasanya kita ngelarang gender tertentu buat dapetin hiburan buat ngilangin stres atau rasa penat yang udah mereka dapetin di dunia nyata. Dengan ngata-ngatain mereka justru malah mereka jadi ngerasa lebih tertekan dan stres. Niat mereka nyari hiburan malah dapet perasaan tertekan. Kalo kita ngerasa cara main mereka salah ya cukup ingetin aja, jangan malah toxic sampe ngasih ucapan sexist ke mereka. Itu ga bikin lu keliatan jago sama sekali.
Nyatanya banyak dari para gamer girl ini sukses dengan game yang mereka mainin. Dan kesuksesan tersebut pastinya bukan karena modal fisik aja. Mereka juga pastinya melakukan hal yang sama kaya para gamers lainnya untuk bisa jadi jago di game yang mereka mainin. Jadi, buat lu pada yang masih ngatain para perempuan ini beban, tanyain ke diri lu sendiri, lu udah jago belum? (*/)
BACA JUGA: GAME DEVELOPERS TANAH AIR JADI PRIORITAS PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF INDONESIA