Tech

REVOLUSI DIGITAL, BAGAIMANA KACAMATA PINTAR AKAN MENGGANTIKAN SMARTPHONE

Dengan kemajuan teknologi dan penemuan baru yang dihasilkan, mungkin akan ada hari ketika semua orang akan menggunakan kacamata pintar sebagai perangkat utama.

title

FROYONION.COM Bayangkan, pada tahun 2030, alih-alih meraih smartphone saat bangun tidur, kita hanya perlu memakai sepasang kacamata pintar (smart glasses). 

Kacamata ini akan terhubung dengan asisten cerdas yang selalu aktif, menggabungkan dunia nyata dan digital dengan sangat nyata. 

Lantas, bisakah kacamata pintar benar-benar menggantikan smartphone?

KILAS BALIK KE MASA DEPAN, EVOLUSI KACAMATA PINTAR

Pada tahun 1990, ponsel hanya digunakan untuk menelepon dan berkirim pesan, sedangkan komputer digunakan untuk email, browsing internet, atau bermain game.

Sepuluh tahun kemudian, smartphone muncul dan menggabungkan semuanya, mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia.

Kini, kacamata pintar dengan komputasi pribadi, AI, dan augmented reality (AR) mungkin menjadi perangkat revolusioner berikutnya.

Mari kita telusuri sejarah kacamata pintar dan tren yang mengarah ke masa depan di mana teknologi mengubah cara kita melihat dunia. 

Pada tahun 1901, penulis "The Wizard of Oz," L. Frank Baum, menerbitkan novel "The Master Key" yang menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang menerima sepasang kacamata yang dapat menampilkan data di dahi orang-orang yang dilihatnya. 

Cerita di atas merupakan contoh pertama augmented reality dalam fiksi ilmiah.

Pada tahun 1940-an, para peneliti militer mengembangkan sistem yang memproyeksikan informasi navigasi langsung ke kaca depan pesawat jet, memungkinkan pilot untuk melihat informasi tersebut tanpa harus mengalihkan pandangan dari jalur penerbangan mereka. 

Sistem ini dikenal sebagai "Heads Up Display" (HUD), yang dianggap sebagai pendahulu augmented reality.

BACA JUGA: GLUTARA, DEVICE PENDETEKSI GULA DARAH DARI INDONESIA JADI TOP 10 PADA GSC 2024

Pada tahun 1968, ilmuwan komputer Ivan Sutherland menciptakan Head Mounted Display (HMD) yang mampu menampilkan grafik komputer dasar ke dalam bidang pandang pengguna. 

Perangkat ini terhubung ke komputer dan hanya berfungsi jika pengguna berdiri di bawah sistem sensor berat yang digantung di langit-langit.

Kemudian, pada tahun 1984, insinyur Kanada Steve Mann memperkenalkan EyeTap, kacamata digital pertama di dunia. 

Teknologi ini menampilkan data yang dihasilkan komputer ke dunia nyata serta merekam video dari sudut pandang pengguna. 

Meskipun inovatif, perangkat ini cukup besar dan terdiri dari helm yang terhubung ke komputer dalam ransel, dan penggunaan yang lama menyebabkan sakit kepala dan mual.

Pada tahun 1990, ilmuwan Boeing Thomas Caudell dan David Mizell mengusulkan pembuatan headset yang dapat menampilkan grafik di dunia nyata untuk membantu proses perakitan pesawat jetliner. 

Meskipun mereka gagal dalam membuat headset tersebut, Caudell berhasil menciptakan istilah untuk konsep ini, yaitu augmented reality.

BACA JUGA: ASUS HADIRKAN ZENFONE 11 ULTRA, SMARTPHONE FLAGSHIP DENGAN FITUR AI

Pada tahun 2001, Dyson membuat prototipe kacamata pintar yang disebut Dyson Halo. Kacamata ini dapat menampilkan grafik warna di dunia nyata atau menghasilkan layar virtual untuk komputer. 

Asisten digital juga dikembangkan untuk merespons perintah suara pengguna, namun proyek ini dihentikan setelah tiga tahun pengembangan.

Pada tahun 2011, perusahaan elektronik Epson merilis Moverio BT-100, kacamata pintar konsumen pertama di dunia. 

Perangkat ini terhubung ke pengendali tangan dan menampilkan layar mengambang dalam bidang pandang pengguna, memberikan cara baru untuk menonton film, menjelajah internet, dan lainnya.

Pada tahun 2013, Google mulai menjual prototipe augmented reality HMD yang disebut Google Glass dengan harga $1.500. 

Meskipun mendapatkan berbagai ulasan, beberapa bar dan restoran melarang penggunaan kacamata ini karena kekhawatiran tentang privasi. Google akhirnya menghentikan produksi Glass pada Januari 2015.

Pada tahun 2021, Meta mengumumkan kacamata pintar pertamanya yang disebut Ray-Ban Stories, yang kemudian diubah menjadi Ray-Ban Meta Smart Glasses. Perangkat seharga $299 ini tampak lebih seperti kacamata biasa dibandingkan Google Glass. 

Lampu LED bawaan memberi tahu orang lain saat pengguna merekam video atau mengambil gambar, dan Meta juga menerbitkan panduan tentang penggunaan kacamata ini.

Pada tahun 2024, meskipun belum sepenuhnya mainstream, pasar kacamata pintar tumbuh dengan pesat. Ada puluhan perangkat dengan berbagai fitur dan harga yang berbeda, menunjukkan potensi besar dalam perkembangan teknologi ini di masa depan.

KECERDASAN BUATAN, JADI KUNCI KACAMATA PINTAR INI

Asisten digital di Google Glass versi awal masih jauh dari sempurna. Namun, berkat kemajuan dalam AI generatif, asisten AI kini jauh lebih mumpuni. 

Sejak kemunculan ChatGPT di tahun 2022, perusahaan teknologi berlomba-lomba menerapkan AI generatif dalam berbagai produk.

Pada tahun 2011, Epson mengumumkan kacamata pintar mereka sebagai "hiburan media pribadi", memungkinkan pengguna menonton film atau browsing internet.

Video konsep Google Glass tahun 2012 menunjukkan potensi kacamata pintar yang lebih luas, yaitu sebagai asisten digital yang membantu pengguna dalam berbagai aktivitas. 

Namun, asisten digital di Google Glass masih belum sempurna dan sering kali salah paham atau tidak dapat memberikan informasi yang akurat.

Asisten AI modern jauh lebih andal berkat AI generatif. Meta, salah satu perusahaan teknologi terdepan, telah mengintegrasikan AI generatif ke dalam kacamata pintar mereka. 

Dilansir dari Freethink, "Kacamata pintar sangat penting untuk AI karena berbeda dengan AI di ponsel, kacamata dapat melihat dan mendengar apa yang dilihat dan didengar penggunanya," kata Mark Zuckerberg, CEO Meta, kepada The Verge pada tahun 2023.

Google DeepMind belum meluncurkan versi final asisten AI mereka dalam Project Astra, namun video demo di mana asisten AI yang sedang dikembangkan pada tahun 2024 menunjukkan potensinya. 

"AI Generatif akan memberikan dampak positif pada berbagai aspek kehidupan, mulai dari membantu orang tunanetra hingga menerjemahkan bahasa," kata Wayne, direktur riset Google DeepMind.

Namun, asisten AI canggih ini belum tersedia untuk umum. Asisten AI yang ada saat ini, seperti Meta AI,  memang bisa memberikan jawaban yang tepat untuk pertanyaan pengguna, namun terkadang juga salah dan memberikan informasi yang tidak akurat. 

Hal ini menjadi salah satu tantangan utama yang harus diatasi dalam pengembangan AI generatif.

Terlepas dari keterbatasan AI saat ini, kacamata pintar dengan AI memiliki potensi untuk menggantikan smartphone di masa depan.

MELIHAT MASA DEPAN KACAMATA PINTAR

Kacamata pintar memiliki potensi besar untuk menggantikan smartphone di masa depan, terutama dengan kemajuan AI. Namun, masih banyak tantangan yang harus diatasi, seperti masalah privasi dan pengembangan teknologi pendukung.

"Desain terbaik untuk asisten AI canggih pada akhirnya akan ditentukan saat peneliti, desainer, pengguna, dan berbagai pihak lainnya mengeksplorasi berbagai kasus penggunaannya," kata Wayne. 

"Masih terlalu dini untuk memprediksi seperti apa perangkat kerasnya, namun ini adalah waktu yang tepat untuk berinovasi, berkolaborasi, dan berkreativitas," tambahnya.

Walaupun AI saat ini belum mampu menghasilkan asisten digital yang sempurna, para pengembang kacamata pintar terus mencari solusi alternatif yang bermanfaat bagi pengguna.

Salah satu contohnya adalah Epson yang memfokuskan kacamata pintar mereka untuk hiburan dan pekerjaan.

Kacamata pintar dari Epson, meskipun canggih pada masanya, namun memiliki layar virtual yang kecil, gambar yang buram, dan kemampuan yang terbatas. 

Kacamata pintar yang beredar di pasaran saat ini jauh lebih ramping, memiliki layar virtual yang lebih besar, gambar yang lebih jelas, dan kemampuan yang lebih banyak.

Namun, kacamata pintar ini masih membutuhkan perangkat pendamping seperti laptop atau smartphone, serta mouse dan keyboard Bluetooth. 

Untuk mengatasi keterbatasan ini, Sightful, sebuah perusahaan teknologi, menciptakan Spacetop, laptop tanpa layar yang terhubung dengan sepasang kacamata pintar Xreal Air 2 Pro yang dimodifikasi.

"Kami membuat kacamata 84 gram yang lebih ringan, memperbarui tampilannya agar lebih mirip kacamata hitam standar, memberinya kontur pada profilnya; memperbarui tampilan kacamata untuk lebih mirip kacamata hitam standar; dan menambahkan peredupan otomatis," kata Tamir Berliner, CEO dan salah satu pendiri Sightful, kepada Freethink.

"Kami juga bekerja sama dengan Xreal pada beberapa penyesuaian dalam rendering teks sehingga teks lebih mudah dibaca dan mata tidak mudah lelah, demi menunjang produktivitas tanpa henti”.

Kacamata, yang dihargai sekitar $1900, sekarang hanya tersedia untuk pre order (pengiriman diperkirakan akan dimulai pada Oktober 2024). 

Jadi tidak banyak informasi yang ada pada saat ini tentang sejauh mana produk tersebut akan berkembang dan mendorong tren kacamata pintar pada dasarnya sebagai sistem komputasi all-in-one

Tapi, Berliner berpendapat bahwa kebijakan bisnisnya mungkin akan membuat orang merasa nyaman melihat dunia melalui kacamata teknologi tinggi.

Agar headset AR/VR dapat menggantikan perangkat kita sehari-hari, transisi yang mudah sangatlah penting. 

Oleh karena itu, merka yakin bahwa desain keyboard laptop Spacetop dengan 'layar' spasial merupakan langkah evolusi alami untuk laptop dan komputer di masa depan.

Kacamata pintar memiliki potensi dalam hal menggantikan smartphone, terutama dengan kemajuan AI yang semakin pesat. 

Meskipun ada banyak hal yang harus dipecahkan, seperti isu-isu privasi dan kebutuhan akan teknologi pendukung yang kuat, nantinya masa depan dari kacamata pintar akan memiliki potensi yang menjanjikan. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muhamad Hendra Prasetya

Budak startup nyambi freelance