Seiring dengan meningkatnya minat masyarakat sama mobil listrik, kali ini peneliti Sistem Ketenagalistrikan IESR, Faris Adnan, memberikan tips untuk memilih mobil listrik yang nggak sekedar murah–tapi juga worth to buy.
FROYONION.COM - Sejak mencuatnya popularitas mobil listrik murah di tahun 2022 lalu, minat masyarakat Indonesia sama mobil listrik juga makin menjadi-jadi nih.
Apalagi sejak beredarnya beberapa isu kayak kenaikan tarif tol dan harga bensin. Otomatis, masyarakat Indonesia mulai nyari-nyari alternatif lain untuk commute.
Pilihan untuk naik transportasi umum atau pindah tempat tinggal yang deket sama kantor bisa aja kita ambil. Tapi buat lo yang pengen nyoba pilihan lain yang nyentrik, boleh mempertimbangkan untuk beli mobil listrik nih, Civs.
Nah, biar nggak salah pilih coba deh lo simak dulu beberapa tips memilih mobil listrik yang dibagikan sama seorang peneliti Sistem Ketenagalistrikan di Institute for Essential Services Reform (IESR), Faris Adnan.
Teknologi yang ada dalam mobil listrik memang diciptakan untuk dikendarai di dalam kota. Bisa dilihat dari beberapa desain mobil listrik dengan harga terjangkau–kayak Wuling Air EV misalnya–yang berbentuk kotak.
Ternyata desain itu bukan tanpa alasan, Civs. Dengan desain seperti itu, mobil listrik jadi nggak bisa ngebut-ngebut amat. Otomatis, jadi lebih aman juga untuk dipakai berkendara di dalam kota.
Tapi, emangnya nggak bisa dipake buat ke luar kota?
“Bisa-bisa aja. Tapi ada faktor psikologis bernama Kecemasan Akan Jarak yang muncul di masyarakat dan pengguna mobil listrik. Maksudnya, mereka jadi cemas kalo mobil listrik akan kehabisan baterai di tengah jalan sehingga nggak sampai di tujuan,” tutur Faris saat diwawancara tim Froyonion.com secara virtual pada Kamis lalu (23/2).
Faktor psikologis ini juga menambah pertimbangan kita nih yang nyambung sama tips selanjutnya.
Alesannya satu, karena Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Indonesia mayoritas ada di Pulau Jawa.
“Di tahun 2022, 88% dari total SPKLU yang ada di Indonesia ada di Pulau Jawa dan Bali. Dengan target kita untuk membangun 6.400 SPKLU di seluruh Indonesia, penempatan SPKLU saat ini baru sebagian kecil saja. Efektivitas penempatannya pun perlu tinjauan lebih lanjut,” sambung peneliti muda yang mengawali kariernya sebagai mahasiswa Teknik Elektro di Universitas Indonesia ini.
Kalo ngecas di rumah gimana?
Bisa sih, tapi harus punya izin resmi dari PLN dulu supaya bisa ngecas mobil listrik dari rumah. Karena kebutuhan listriknya pun harus disesuaikan dengan jenis kendaraan listriknya.
Jadi untuk saat ini, mobil listrik cocok dibeli buat lo yang tinggak di Pulau Jawa dan Bali aja. Nggak menutup kemungkinan buat kalian yang di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, atau Papua buat beli juga.
Tapi nggak sekarang. Percuma kan punya mobil listrik tapi nggak bisa ngecas?
Perawatan mobil listrik ternyata lebih gampang daripada mobil konvensional.
Karena nggak perlu ganti oli berkala–karena nggak pake oli–dan hal utama yang perlu diperhatikan adalah cara ngecasnya aja.
“Sama kayak ngecas HP, ngecas mobil listrik juga lebih baik nggak dari 0%. Battery health mobil listrik akan lebih awet kalau dicas dari 20% ke 80% misal. Semakin sedikit jarak persentase low battery ke full charged-nya, maka baterainya akan semakin awet,” kata Faris memberikan tips ngecas mobil listrik.
Selain cara ngecas, nggak ada hal khusus yang harus diperhatikan dalam merawat mobil listrik kok, Civs. Sehingga mobil listrik cocok buat lo yang males bolak-balik servis.
Biaya perawatannya juga bisa dibilang lebih ekonomis dibanding mobil konvensional. Tapi kembali lagi sama penggunaan dan total jarak tempuhnya.
Karena kalau jarak tempuh mobil listrik kurang dari 20.000km per tahun, maka mobil listrik belum tentu efektif untuk mengurangi emisi karbon. Alhasil, mobil listrik yang digadang-gadang ramah lingkungan jadi nggak bisa membuktikan klaimnya sendiri.
Kok bisa gitu?
Bakal gue bahas lebih lanjut di artikel selanjutnya Civs, masih dari hasil obrolan mobil listrik sama Faris Adnan. (*/)