Sebelum munculnya Threads, ada Mastodon yang sempat menjadi pesaing dari Twitter. Seperti apa platform media sosial berlogo gajah ini?
FROYONION.COM - Ada banyak keputusan kontroversial Elon Musk yang mendapat kecaman dari para pengguna Twitter. Mulai dari rencana penghapusan besar-besaran terhadap akun yang tidak aktif, akun centang biru yang mesti berbayar, hingga mengubah logo Twitter menjadi X.
Langkah-langkah yang diambil oleh Elon Musk bisa dibilang keputusan gila bahkan mungkin genius, untuk tidak menyebutnya sebagai blunder. Kenapa genius?
Hal ini terlihat misalnya dengan bagaimana kemudian Instagram dan Facebook juga ikut menjual akun centang birunya kepada para pengguna. Terlebih lagi tujuan akun centang biru berbayar memang berguna salah satunya untuk mengurangi akun bot secara drastis. Ya, meskipun cara ini masih perlu dikaji kembali.
Kiranya tinggal tunggu saja keputusan-keputusan revolusioner Elon Musk selanjutnya bakal dicontek oleh platform media sosial lainnya. Entah apa?
Meski begitu, segala keputusan kontroversial itu juga menimbulkan migrasi besar-besaran menuju media sosial alternatif Twitter. Yang teranyar adalah Threads punya Mark Zuckerberg.
Di awal kemunculannya, Threads berhasil mencetak 100 juta pengguna dalam hitungan hari saja. Namun layaknya semua kepopuleran yang didapatkan dari sebuah trend atau viral, apapun yang cepat datang akan cepat juga pergi. Kini tercatat hanya ada sekitar 20 jutaan pengguna aktif tersisa dari media sosial saingan Twitter. Bahkan rata-rata menit penggunaan media sosial itu hanya berkisar 6 menitan.
Jauh sebelum munculnya Threads, Twitter sebetulnya punya saingan bernama Mastodon yang lahir di tahun lalu. Media sosial ini juga sempat diminati tahun lalu. Setidaknya hingga awal tahun ini, media sosial ini masih diminati sebelum akhirnya jumlah pengguna aktifnya turun kembali. Namun dengan kontroversi Elon Musk yang mengubah logo Twitter dengan X. Juga menurunnya kepopuleran Threads, Mastodon kembali menjadi incaran pengguna yang sudah putus asa dengan Twitter.
Mastodon sempat dilirik sebagai alternatif Twitter tahun lalu dan berhasil meraih peningkatan jumlah pengguna aktif secara signifikan. Meski begitu, Twitter seperti pacar lama yang kenangannya kerap menghantui. Ia menuntut kita kembali menengok ke belakang dan kita bakal selalu tergoda buat kembali.
Sebetulnya cukup banyak alternatif untuk Twitter, seperti: Post, BlueSky, Tumblr dan lain sebagainya. Mastodon menjadi salah satunya yang cukup banyak mencuri perhatian pengguna Twitter.
Mastodon sendiri adalah sebuah platform media sosial yang mengambil konsep sama seperti milik Twitter. Platform ini sendiri dibangun oleh seorang programmer bernama Eugen Rochko. Ide untuk membangun platform media sosial tandingan Twitter ini muncul saat ia tahu Elon Musk mengakuisisi Twitter.
Saat itu Eugen Rochko beranggapan bahwa tak seharusnya platform media sosial dikuasai oleh satu pihak atau satu perusahaan saja. Karenanya, ia akhirnya memutuskan membangun media sosial tandingan yang lebih independen dan bebas dari monopoli satu pihak saja.
Hal inilah yang pada akhirnya diwujudkannya lewat konsep yang diusungnya dalam Mastodon. Untuk bergabung ke Mastodon, pengguna dibebaskan memilih salah satu dari sekian banyak server yang telah tersedia.
Setiap server punya aturannya sendiri. Selain dilarangnya segala postingan yang mengandung rasisme dan ujaran kebencian, pemilik server juga dapat menentukan berapa jumlah kata di setiap postingan.
Meski mengharuskan penggunanya memilih satu server saja, pengguna masih dapat berinteraksi dengan pengguna dari server lainnya. Sebab semua server saling terhubung dan terpusat di satu induk.
Adanya kebebasan untuk menciptakan aturan sendiri dan kebebasan untuk memilih server mana yang mau diikuti, membuat pamor Mastodon meroket. Namun pada akhirnya Mastodon juga punya beberapa kelemahan yang bikin penggunanya tak betah berlama-lama di sana.
Pada akhir tahun lalu, pamor Mastodon sempat meroket dengan naiknya jumlah pengguna aktif. Namun dalam beberapa bulan saja, pada awal tahun 2023, jumlah pengguna aktifnya langsung menyusut secara drastis. Bahkan tercatat rata-rata pengguna hanya aktif selama kurang dari 10 menit di media sosial berlambang gajah itu.
Hal serupa juga dialami oleh Threads yang masih seumur jagung. Di tengah keributan diubahnya logo Twitter dari 'burung biru' menjadi 'X', Threads tampil sebagai platform media sosial pengganti Twitter. Namun lonjakan pengguna aktif di awal tidak menjanjikan kalau mereka semua bakal aktif seterusnya di sana. Terbukti hanya dalam hitungan hari saja, jumlah pengguna aktifnya langsung anjlok.
Ada banyak faktor yang membuat migrasi pengguna Twitter ke platform media sosial tandingannya mengalami nasib serupa, antara lain:
1. EKOSISTEM PENGGUNA YANG BELUM BENAR-BENAR TERBENTUK
Kebanyakan orang bermain media sosial untuk bisa berinteraksi dengan teman-teman mereka. Mereka akan tetap aktif selama teman-teman mereka juga aktif di sana.
Hal inilah yang kemudian menjadi kelemahan dari platform media sosial tandingan Twitter seperti Mastodon dan Threads. Tak banyak orang yang menggunakannya. Jikapun mereka telah memiliki akun di sana, mereka pun bahkan jarang aktif.
Yang terjadi akhirnya adalah minimnya interaksi. Inilah yang kemudian membuat pengguna baru malas menghabiskan waktu berlama-lama di sana. Akhirnya mereka lebih memilih kembali ke Twitter yang sudah terbentuk ekosistemnya, ke tempat teman-teman mereka berada.
Ya, masa kamu mau update status sendiri dan kamu komen sendiri juga. Kan lucu.
2. TIDAK ADANYA KEBARUAN DI SANA
Selain ekosistem yang belum terbentuk, tidak adanya sesuatu yang baru buat ditawarkan juga menjadi alasannya. Baik Mastodon maupun Threads keduanya benar-benar seperti mencontek Twitter. Buat platform media sosial anyar yang belum punya banyak pengguna setia, hal ini jelas menjadi kelemahan.
3. SULITNYA MEMBUAT AKUN DI MASTODON
Konsep server independen yang diusung oleh Mastodon bisa dibilang ide yang sangat menarik. Namun keunggulan ini justru berbalik menjadi senjata yang justru menyerang mereka.
Alasannya, banyak pengguna mengeluhkan betapa sulitnya mereka untuk membuat akun di Mastodon. Hal ini dikarenakan beberapa server justru tidak aktif dan membuat para pengguna baru kesulitan untuk mendaftar. Akhirnya banyak orang pun jadi malas untuk mendaftar.
4. ORANG-ORANG MALAS MEMBANGUN AKUN DARI NOL LAGI
Dibutuhkan komitmen yang tinggi untuk membangun sebuah akun baru. Kamu perlu mencurahkan waktu dan tenaga buat membangun imej lewat postingan yang kamu bagikan. Belum lagi kamu juga perlu mengumpulkan teman-teman atau followers.
Hal inilah yang kemudian membuat orang merasa malas untuk berpindah ke Mastodon dan sejenisnya. Daripada membangun akun yang baru di platform media sosial yang belum tentu laku, mereka jelas lebih memilih merawat akun media sosial lama mereka. Toh sekarang ini banyak platform media sosial yang lebih populer seperti TikTok dan Instagram.
Namun, meski tak terlalu menjanjikan, kehadiran platform media sosial yang baru memang perlu dirayakan. Tidak ada salahnya buat mencoba-coba bermain di sana, toh pada awalnya semua media sosial melalui fase ketika jumlah penggunanya masih minim. Siapa tahu suatu saat media sosial itu menjadi populer dan kita jadi 'bintang' di sana. Atau setidaknya mendapat centang biru secara cuma-cuma. (*/)