Sekarang udah nggak jaman yang namanya TV analog, yang ada hanya TV digital/smart TV. Nih, gue kasih beberapa wejangan sebelum membeli.
FROYONION.COM - "Kok TV-nya semut doang sih?"
Itu yang dikatakan kakak gue ketika nyari kartun Upin & Ipin sama anaknya di pagi hari tanggal 3 Desember kemarin. Gue yang mendengar hal tersebut seketika langsung menjawab, "Dimatikan pemerintah, beli digital atau smart TV aja."
Yep, TV di rumah gue emang masih analog. Ini dikarenakan orang rumah jarang nonton TV. TV di rumah cuma dipakai keponakan buat nonton Upin & Ipin di pagi hari. Malamnya digunakan nonton sinetron sama orang tua, itu aja juga jarang, seringnya mereka nonton lewat smartphone. Selebihnya TV di rumah cuma buat pajangan doang.
Lalu orang tua gue menyarankan untuk beli yang murah aja, toh jarang terpakai. Sontak gue berpikir kalau beli murah, nanti cepat rusak, percuma dong. Akhirnya gue cari tau seluk beluk TV digital/smart TV dan menemukan kesimpulan seperti di bawah ini.
1. PERHATIKAN UKURAN TV DENGAN SPACE YANG LO PUNYA
Yep, ini adalah hal yang pertama kalinya harus lo perhatikan untuk membeli alat elektronik ini. Lo harus mengukur tempat atau space yang lo punya untuk meletakkan TV tersebut. Kenapa harus diukur dulu? Bukannya enak ya kalau layarnya besar? Nope.
Yang diukur di sini bukan sekedar seberapa lebar tempat untuk meletakkan sebuah TV, tapi juga seberapa jauh jarak pandang yang lo miliki antara letak TV dan letak sofa buat lo nonton. Logikanya bisa diartikan seperti ketika lo menonton bioskop. Semisal lo suka duduk di depan ketika nonton bioskop, lo nggak akan masalah beli layar TV yang sangat lebar dengan jarak pandang yang tidak terlalu jauh. Namun, ini akan berbeda jika lo suka nonton bioskop di bagian tengah, apalagi bagian belakang.
Semisal lo punya ruangan buat nonton TV ukuran 3x3x3, lo bisa beli di ukuran 40-50 inch. Kok bisa seperti itu? Caranya adalah menghitung ⅓ dari jarak pandang dengan satuan inch. Semisal jarak pandang dengan TV sebesar 2,5 meter atau 98,4 inch, lo tinggal bagi 3 aja yaitu 32,8 inch. Nah lo cari aja TV yang ukuran 33-43 inch.
Lo juga harus mengatur estetikanya agar enak dipandang dari sudut manapun. Kalau memungkinkan, sisihkan sedikit tempat untuk meletakkan properti atau hiasan lainnya di sekitar jika perlu agar lo betah nonton TV, seperti tanaman, figura, atau mainan kesukaan.
BACA JUGA: TV ANALOG RESMI DIMATIKAN, BAGAIMANA NASIB GENERASI TUA YANG JADI PENIKMATNYA?
2. PERHATIKAN SPESIFIKASI
Setelah lo udah menentukan ukuran berapa TV yang lo butuhin, lo harus memperhatikan juga spesifikasinya. Kalau gue sendiri lebih memprioritaskan display dan audio. Gue suka layar yang model OLED dengan audio Dolby. Itu udah memanjakan banget menurut gue.
Selain itu, resolusi juga sangat penting untuk kenyamanan mata. Minimal resolusinya full HD lah ya, kalau budget memungkinkan bisa beli yang 4K atau 8K sekalian. Tidak lupa juga masalah konektivitas yang dimiliki, karena smart TV beda dengan TV digital. Smart TV konektivitas nya menggunakan internet, jadi perlu yang namanya DVB-T2 atau Set Top Box untuk melihat siaran TV digital, sedangkan TV digital tidak perlu DVB-T2.
Namun, smart TV sekarang sudah banyak yang didukung fitur DVB-T2. Jadi lo nggak perlu lagi tuh beli printilan Set Top Box lagi. Gue merekomendasikan buat smart TV yang didukung DVB-T2 sih, karena selain bisa buat nonton aplikasi video on demand atau streaming, kita juga bisa nonton siaran digital.
BACA JUGA: DIGICAM: ALTERNATIF BAGI YANG SUKA KAMERA ANALOG TAPI PUSING DENGAN HARGA ROLL FILM
3. PERHATIKAN GARANSI
Biasakan beli barang elektronik yang ada garansinya, minimal setahun. Buat jaga-jaga semisal kalau ada error di suatu hari nanti. Garansi ini nggak hanya berfungsi sebagai proteksi aja, tapi juga sebagai jaminan service ketika ada human error.
Contoh, belum ada setahun layar TV-nya sudah retak akibat tidak sengaja terpentok kaki kursi yang mau dipindahkan. Nah, ini kan namanya human error yah, jadi garansi ini bisa dijadikan jaminan service ke tempat lo beli tadi buat dibenerin layarnya yang retak. Pastinya akan mengeluarkan biaya service, tapi setidaknya lo udah tau ke mana tempat yang lo tuju ketika ada human error kayak gini.
4. SEBISA MUNGKIN BELI SECARA OFFLINE
Akhir bulan lalu, gue nemu salah satu cuitan di Twitter dengan nama akun @txtfrombrand yang nge-share kelakuan buruk salah satu ekspedisi. Di cuitan tersebut, ekspedisi X tidak mau bertanggung jawab penuh terhadap barang yang diduga sudah dibongkar oleh pihak kurir, bahkan kerugiannya mencapai 50 juta.
Gue juga sering ngalamin beberapa paket gue ada yang berlubang seperti disobek menggunakan tangan atau dilubangi dengan benda tumpul, padahal di bawah alamat sudah tertera isi paketnya apa aja. Dari sini gue agak ngeri kalau mau beli barang elektronik secara online. Paket yang sudah ada tulisan isi barangnya aja sering diintip, apalagi paket yang nggak ada daftar isi barangnya.
Walaupun tidak tertera di tulisan apa isi paketnya, tapi pasti bakal ke-scanning apa aja isi di dalamnya. Kita nggak pernah tau mana kurir yang baik dan mana yang enggak. Tapi kan ada asuransinya? Bro, biasanya yang ngasih asuransi itu ekspedisinya, tapi beberapa waktu belakangan banyak banget yang mengeluh karena klaim asuransinya tidak kembali 100%, bahkan ada juga yang asuransi refund-nya Rp 0.
Jadi sebisa mungkin beli di toko elektronik yang terpercaya atau kalau bisa di offline store resminya. Biasanya beberapa merk terkenal dan terpercaya punya offline store di beberapa tempat yang tersebar di seluruh indonesia. Tinggal cari deh, di mana offline store yang paling dekat dengan rumah
5. SESUAIKAN BUDGET YANG DIMILIKI
Barang elektronik apalagi TV emang harganya lumayan menguras kantong. Jadi lo bisa nyari dulu harga dan spesifikasi yang sesuai dengan isi dompet lo di website. Nantinya itu bisa jadi patokan lo buat beli barang di offline store.
Kadang ada juga offline store yang menawarkan kredit, tergantung tokonya. Ya, tapi lo tau sendiri harga kredit sama beli cash emang beda jauh. Namun, ada beberapa orang yang suka kredit barang agar lebih semangat bekerja, ya itu tergantung masing-masing orang juga.
Jadi itulah beberapa pertimbangan yang gue simpulkan selama beberapa hari belakang, lebih tepatnya cuma sehari sih. Namun, ada hal yang membagongkan setelah gue mempertimbangkan hal ini, yaitu stok smart TV yang gue pengen udah kosong semua. Yah, akhirnya cuma beli Set Top Box buat TV analog gue, wkwkwk. (*/)