Pada awalnya TikTok seringkali dianggap sebagai aplikasi problematik dan norak. Namun sekarang, TikTok sukses menjadi kiblat dari berbagai aplikasi sosial media lainnya.
FROYONION.COM - Sebelum memasuki era TikTok, Instagram merupakan platform sosial media yang paling populer dan paling sering digunakan. Namun perlahan, kepopuleran Instagram pun mulai tergantikan dengan hadirnya aplikasi TikTok. TikTok sendiri merupakan platform sosial media lain yang pada awal kemunculannya di Indonesia, banyak menimbulkan kontroversi dan hujatan.
Sebelum sepopuler sekarang, TikTok adalah aplikasi yang bisa dikatakan sebagai aplikasi yang paling dibenci di Indonesia pada awal kemunculannya. Sebagai buktinya, pada awal kemunculan TikTok, ketika lo mensearch “aplikasi norak” di Google Play akan muncul aplikasi TikTok. Tapi sekarang, TikTok sukses menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh.
Kesuksesan TikTok pun bukan hanya dari segi banyaknya orang yang mendownload aja. Lebih dari itu, TikTok setidaknya sukses menjadi “kiblat” bagi sosial media lain untuk menciptakan “TikTok” versi aplikasi mereka. Mulai dari Instagram yang mulai mengembangkan Instagram Reels, Youtube dengan Youtube Shorts, dan bahkan Twitter pun mulai menggunakan format yang sama dengan TikTok.
Suksesnya TikTok dalam menjadi aplikasi terpopuler dan kiblat dari aplikasi sosial media lain pun bukan tanpa sebab. Gua pun mencoba mencari apa yang akhirnya menjadikan TikTok sebesar sekarang. Berikut alasan - alasan yang akhirnya menjadikan TikTok sebagai aplikasi terpopuler dan menjadi kiblat bagi sosial media lainnya.
FYP HADIR MEMBERIKAN APA YANG KITA “INGINKAN”
For your page atau lebih dikenal dengan FYP adalah halaman pertama yang bakalan lo liat ketika pertama kali membuka TikTok. Dan sesuai dengan namanya, FYP menghadirkan konten - konten sesuai dengan apa yang kita “inginkan”. Tapi, bagaimana cara TikTok tau apa yang sebenarnya kita “inginkan”?
Sama seperti sosial media lain, TikTok punya punya yang namanya algoritma. Sebenarnya, algoritma yang ada di FYP ga jauh beda dengan algoritma Explore Instagram atau algoritma Home Youtube. Cara kerja algoritma FYP TikTok umumnya memfokuskan terhadap tiga hal. Interaksi pengguna, informasi video, dan pengaturan dari akun pengguna.
TikTok akan mengambil data dari interaksi yang lo lakukan di TikTok, mulai dari creator apa yang lo follow, jenis video apa yang biasanya lo like atau comment, sampai ke jenis video apa yang biasa lo share. Dari berbagai jenis interaksi ini TikTok akan menggabungkannya dengan kategori kedua, yaitu informasi video. Misalnya, lagu apa yang digunakan dalam video, hastag apa yang digunakan, filter apa yang digunakan dalam video, dan hal - hal lain yang menjadi elemen dalam video tersebut.
Dari gabungan dua komponen tersebut, TikTok kemudian menyesuaikan dengan pengaturan akun yang ada di smartphone lo. Mulai dari preferensi bahasa, negara, dan lain - lainnya. Dari sinilah akhirnya lo bisa mendapatkan konten yang lo “inginkan” di FYP lo. Jadi ketika lo nemu konten - konten aneh seperti orang bersihin komedo atau live mandi lumpur, berarti setidaknya lo pernah menikmati konten tersebut sehingga TikTok pun otomatis menganggap konten tersebut adalah jenis konten yang lo mau.
Sehingga, sebenarnya konsep dari FYP ini bukan memberikan user hal - hal yang sedang trend atau viral. Melainkan hal- hal yang memang kita “inginkan”. Dari sinilah akhirnya TikTok bisa dikatakan menjadi sosial media yang hadir memberikan apa yang kita mau nikmati, bukan hanya memberikan konten berdasarkan trend saja.
TIKTOK PUNYA SEGALA FITUR YANG DAPAT DIMAKSIMALKAN
Gua merasa TikTok adalah aplikasi yang semua fiturnya sukses dimaksimalkan oleh seluruh penggunanya. Dan ini yang akhirnya membedakan TikTok dengan sosial media lainnya. TikTok khas dengan keseluruhan fiturnya, mulai dari fitur ngedit video yang simple dan ramah bagi user, fitur FYP yang tentunya menjadi andalan mereka, fitur live yang hampir selalu melahirkan figur -figur baru, filter yang sering viral, sampai fitur - fitur lainnya.
Jika kita bandingkan dengan Instagram sebagai kompetitornya, gua rasa fitur -fitur di Instagram ga lebih dimaksimalkan dibandingkan dengan fitur - fitur di TikTok. Sebagai perbandingannya, gua akan membandingkan fitur - fitur yang mempunyai tujuan yang sama. Sebagai contoh, Instagram Live dengan TikTok Live.
TikTok dan Instagram sama - sama punya fitur live, tapi TikTok Live jauh lebih sukses dibandingkan Instagram Live. TikTok Live jauh lebih sukses karena adanya FYP sebagai modal utama, dan fitur - fitur lain seperti lo bisa memberikan gift kepada orang yang sedang live, filter yang beraneka ragam, duet, dan lainnya. Dan fitur - fitur ini pun hadir dengan tujuan memberikan interaksi langsung antara orang yang live dengan penontonnya, sehingga orang yang nonton pun ga akan merasa bosan buat nonton live tersebut. Hal ini berbeda dengan Instagram Live, di mana cara untuk berinteraksi dengan orang yang sedang live hanya via komen saja, ga ada fitur lain yang mendukung interaksi antara orang yang live dengan orang yang sedang menonton live tersebut.
Selain itu dalam penggunaannya, live di TikTok pun memiliki variasi yang jauh lebih luas dibandingkan dengan live di Instagram. Di live TikTok lo bisa ngelakuin aja, mulai dari ngobrol - ngobrol biasa, curhat, jualan, webinar, sampai ke hal - hal nyeleneh seperti mandi lumpur, bikin orang ketawa, atau hal - hal lainnya. Berbeda dengan Instagram live yang penggunaannya monoton di hal yang itu - itu aja.
SIAPAPUN BISA VIRAL DAN TERKENAL
Satu kelebihan yang akhirnya menjadikan TikTok menjadi aplikasi yang paling populer dan “down to earth” adalah semua orang bisa terkenal lewat aplikasi ini. Berbeda dengan Instagram, di mana setidaknya lo harus udah punya nama di aplikasi lain baru bisa punya followers banyak. Di TikTok, siapapun lo asal punya konten yang menarik dan unik, lo bisa terkenal.
Dan dari adanya konsep “siapapun bisa terkenal” ini, variasi konten dan creator pun makin beragam. Mulai dari yang awalnya hanya berisikan konten - konten dance, kini TikTok punya banyak variasi konten yang yang dapat menghibur lo. Mulai dari dance, sketsa komedi, konten informatif, sampai orang mandi lumpur pun bisa lo jumpai di aplikasi ini.
Dari adanya konten - konten yang beragam tersebut, akhirnya lo bisa menemukan figur - figur baru yang viral dan dikenal banyak orang. Dan figur - figur tersebut pun bisa lahir dari berbagai kalangan. Mulai dari Dilan Cepmek, Bunda Corla, dan lainnya yang sebenarnya berasal dari orang biasa yang bukan siapa - siapa. Tapi, mereka sukses memanfaatkan Tik Tok sebagai platform yang dapat merubah hidup mereka.
So, tiga alasan tersebutlah yang menurut gua menjadikan TikTok sebagai kiblat dari aplikasi sosial media bagi aplikasi sosial media lainnya. Mulai dari fitur, pemaksimalan fitur, dan beragamnya konten, menjadi alasan akhirnya TikTok menjadi aplikasi yang populer. Jadi, masihkah lo menganggap TikTok sebagai aplikasi norak? (*/)