Deepfake, teknologi yang awalnya digunakan hanya sebagai hiburan kini membawa kekhawatirannya sendiri. Menciptakan dan menyebarkan konten palsu yang dapat menipu mata kini terasa sangat mudah dilakukan oleh siapa saja.
FROYONION.COM - Kecanggihan teknologi di era digital saat ini selalu berhasil membuat kita tercengang-cengang. Munculnya teknologi-teknologi baru membuat kita setuju kalau kalau era modernisasi saat ini masih belum berakhir.
Kehadiran berbagai macam teknologi baru tentunya menimbulkan pro dan kontranya masing-masing. Ada yang setuju kalau kemajuan teknologi saat ini sangat membantu meringankan pekerjaan mereka, namun tidak sedikit juga yang berpendapat kalau kemajuan teknologi saat ini justru membawa ancaman baru.
Pendapat mengenai teknologi yang mengancam timbul bukanlah tanpa sebab. Ada berbagai faktor yang akhirnya menimbulkan rasa ketidakpercayaan pada kemampuan teknologi saat ini.
Perlahan tapi pasti, banyak orang mengkhawatirkan kalau suatu saat nanti teknologi akan menembus batas moral manusia. Salah satu teknologi dikhawatirkan adalah deepfake, sebuah teknologi yang akhir-akhir ini sedang hangat diperbincangkan banyak media.
Deepfake dengan cepat mendapatkan perhatian publik karena kemampuannya yang cukup menakjubkan. Menggunakan deepfake kita bisa dengan mudah mengubah wajah seseorang dalam video menjadi wajah orang lain dalam sekejap.
Efek CGI (Computer Generated Imagery) yang sering digunakan pada proyek film besar rasanya tidak lagi diperlukan dengan adanya teknologi ini.
Menghadirkan seseorang yang mustahil kita jumpai ke dalam video dapat dilakukan dengan mudah berkat bantuan deepfake.
Jadi, kenapa kemampuan deepfake dirasa dapat mengancam standar batasan moral manusia? Sebelum itu, mari kita berkenalan terlebih dahulu dengan yang namanya deepfake.
BACA JUGA: ADOBE FIREFLY: TEKNOLOGI GENERATIVE AI BISA UBAH TEKS MENJADI GAMBAR REALISTIS
Deepfake adalah istilah yang berasal dari dua hal, yaitu ‘Deep Learning’ dan ‘Fake’. Bila diterjemahkan, deepfake bisa diartikan sebagai teknologi yang dapat menghasilkan konten palsu menggunakan kemampuan deep learning dari AI.
Salah satu contoh konten palsu yang dihasilkan oleh teknologi ini berupa video deepfake. Video yang berisikan wajah seseorang yang diubah menjadi wajah orang lain, seperti selebriti, tokoh publik, pejabat, atau siapa pun itu dalam sekejap.
Teknologi deepfake sebenarnya bukanlah teknologi yang baru muncul akhir-akhir ini. Teknologi deepfake sudah lama dikembangkan sejak tahun 1990-an. Serta, istilah deepfake sendiri baru ada sejak akhir tahun 2017 melalui forum internet bernama Reddit.
Agar bisa mengubah wajah seseorang dalam video tanpa bantuan CGI, Deepfake menggunakan metode komputasi AI bernama neural networks yang memungkinkan komputer mendeteksi bentuk dan rupa wajah manusia melalui sebuah gambar. Metode inilah yang memudahkan deepfake menggonta-ganti wajah seseorang dengan mudah.
Populernya deepfake di internet berawal dari video yang diunggah oleh akun Reddit bernama Deepfakes. Video itu berisikan konten porno dengan pemeran yang sudah diubah wajahnya menjadi wajah selebriti terkenal menggunakan deepfake.
Diunggahnya video porno itu ke internet, sontak membuat banyak orang terkejut. Wajar saja, banyak yang mengira kalau pemeran dalam video porno itu merupakan selebriti sungguhan.
Pada akhirnya, tidak sedikit juga yang melihat dan menyadari adanya kejanggalan dalam video porno tersebut. Seperti mulut pemeran yang terlihat tidak teratur, warna kulit yang sedikit tidak menyatu dengan badan, dan ekspresi wajah yang begitu kaku.
Namun, setelah video itu viral dan tersebar luas, justru semakin banyak video porno serupa bermunculan di internet.
Video porno dengan efek deepfake menciptakan fantasi seksual baru. Banyak orang yang justru berminat untuk menyaksikan konten porno dengan efek serupa.
Khayalan fantasi seksual yang selama ini terhalang oleh tembok imajinasi kini dapat ditembus dengan bantuan deepfake.
Setelah mendapatkan popularitasnya melalui video-video porno di internet, teknologi deepfake menjadi perbincangan serius ketika beberapa orang mengaku telah menjadi korban atas konten palsu yang dibuat menggunakan deepfake.
Konten-konten palsu yang dibuat menggunakan deepfake sangat mudah untuk digunakan sebagai alat berita bohong dan juga provokasi.
Orang-orang yang tidak bertanggung jawab bisa dengan mudah membuat video menggunakan wajah tokoh publik dan menciptakan kebohongan yang dapat menipu banyak orang.
Kasus ini mirip seperti halusinasi yang dilakukan AI chatbot. Bedanya ini lebih parah, karena kesesatan informasi dapat dibuat dan direncanakan sesuka hati, serta tidak memiliki batasan.
Salah satu video dari BuzzFeed yang sempat viral juga menunjukkan betapa mengancamnya teknologi deepfake ini.
Video di atas memperlihatkan betapa mudahnya seorang komedian Jordan Peele meniru dan membuat informasi palsu yang mengatasnamakan Presiden Barack Obama.
Hal serupa juga dapat dilakukan oleh siapa saja yang memiliki niat buruk dan ingin merugikan suatu pihak.
Yang juga dikhawatirkan, deepfake dapat disalahgunakan sebagai alat propaganda. Menjatuhkan lawan politik menggunakan konten palsu untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Seiring berjalannya waktu, konten deepfake juga semakin sulit untuk dibedakan.
Beberapa kekurangan seperti warna kulit yang kurang menyatu, bentuk mulut yang tidak teratur, batang hidung yang terlihat aneh, hingga ekspresi wajah yang begitu kaku kini sudah diperbaiki.
Semakin sedikit celah yang dapat ditemukan dari konten palsu deepfake, semakin sulit juga orang awam membedakan mana konten sungguhan dan tidak.
Kekhawatiran justru semakin menjadi-jadi karena adanya peningkatan pada teknologi deepfake.
Siapa saja dapat menjadi korban dari kecanggihan teknologi ini. Beberapa orang juga mengkhawatirkan wajah mereka sewaktu-waktu dapat digunakan untuk konten kejahatan.
Rasanya akan semakin sulit untuk mempercayai informasi yang didapat dari internet atau bahkan media siaran lainnya. Kecanggihan teknologi semakin membuat kita bingung membedakan mana yang palsu dan juga yang asli.
Hal yang paling mudah dan bisa dilakukan oleh semua orang adalah mengecek sumber kontennya. Sumber konten dapat menjadi penentu yang kuat apakah informasi yang diterima dapat dipercaya atau tidak.
Platform-platform media sosial seperti YouTube, Instagram, Twitter, dan TikTok juga selalu memberikan perlindungan dari konten-konten palsu.
Melaporkan konten-konten yang dirasa palsu dan berisi kesesatan informasi juga dapat membantu orang lain terhindar dari ancaman konten palsu, salah satunya konten deepfake.
Tidak ada yang tahu sampai mana ini akan berakhir, yang bisa kita lakukan hanyalah tetap berhati-hati saat berselancar di internet agar tidak terpeleset ke dalam ombak provokasi yang tersebar di internet. (*/)