Perkembangan AI sekarang ini nggak bisa dihindari, mau nggak mau kita sebagai pekerja harus melihatnya sebagai bala bantuan. Kenapa ya kira-kira?
FROYONION.COM - Perkembangan dunia artificial intelligence (AI) di dunia sekarang ini memang tak bisa dihindari. Teknologi terus berkembang seiring waktu berjalan. Kalau tidak mengikuti pergerakannya yang cepat, manusia dapat tertinggal dan pada akhirnya menjadi tidak relevan dengan apa yang dibutuhkan.
Banyak pandangan yang melihat jika perkembangan AI yang sangat masif itu sebagai ancaman. Terhadap apa? Banyak hal tentunya, salah satu yang paling mengkhawatirkan (mungkin) ialah ancaman bagi pekerjaan. Apa yang manusia lakukan, seringkali dirasa mulai tergantikan oleh AI.
Tapi sebenarnya, apakah tepat kalau kita memandang AI itu sebagai suatu ancaman?
Alih-alih sebagai ancaman, kenapa manusia nggak memanfaatkan AI, pun yang juga diciptakan manusia, sebagai ‘sekutu’ untuk membantu pekerjaannya. Menunjang produktivitas dan melakukan hal-hal yang bisa dipersingkat dengan teknologi menjadi cara mutlak sekarang ini agar kita bisa tetap relevan.
Sebagai informasi, Microsoft sebagai raksasa teknologi dunia, secara berkala menerbitkan Work Trend Index report. Studi secara komprehensif ini pun menyimpulkan jika sebenarnya perkembangan AI sekarang ini mengubah bagaimana cara manusia bekerja. Mengadopsi teknologi untuk mendorong bisnis dan produktivitas jadi keharusan.
BACA JUGA: SEBENARNYA SEBERAPA JAUH HAL YANG DIKETAHUI OLEH AI?
Dalam reportase ini, Microsoft menyoroti jika banyak sebenarnya pemimpin perusahaan di berbagai industri yang ingin memberdayakan karyawan mereka dengan AI daripada menggantikannya. Artinya, kemunculan AI diharapkan sebenarnya bisa berjalan beriringan dengan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang semakin tumbuh.
Meskipun, dari riset tersebut terungkap jika 67% karyawan di Singapura pun khawatir kecerdasan buatan dapat menggantikan mereka.
AI sendiri sebenarnya bisa menciptakan dimensi baru dalam pekerjaan. Kompetensi tersebut yang dibutuhkan kini, yakni bagaimana memanfaatkan AI untuk meringkas pekerjaan. Dari studi Microsoft ini, 85% pemimpin perusahaan di Asia Pasifik meyakini karyawan mereka perlu meningkatkan levelnya untuk bisa bersaing dengan AI.
Pasar tenaga kerja mau tidak mau akan berubah, sehingga AI sebagai asisten pekerjaan manusia bisa mendorong peningkatan produktivitas dan menciptakan peluang baru.
Kalau menurut laporan Microsoft tersebut, 3 dari 4 orang di Singapura nyaman menggunakan AI bukan cuma untuk pekerjaan administratif saja. Mereka pun merasa jika AI bisa dimanfaatkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya analitis.
Bahkan, nggak jarang juga AI itu dimanfaatkan untuk menggali aspek kreatif dari pekerjaan yang dilakukan oleh mereka sekarang ini.
So, apakah seharusnya anak muda sebagai pekerja-pekerja zaman now ini harus bersekutu dengan AI? Apalagi, di Indonesia seringkali memandang teknologi baru itu sebagai sebuah ancaman nyata yang akan menghilangkan pekerjaan tertentu.
Jawabannya, iya!
Pengamat sekaligus Chairman Lembaga Riset Siber Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Persadha, mengamini jika AI bisa menjadi sekutu pekerja muda, khususnya di Indonesia. Menurutnya, AI mendorong pergeseran dalam jenis pekerjaan yang akan diemban manusia ke depan nanti.
Banyak pekerjaan yang mungkin bersifat rutin dan bisa diotomatisasi nantinya pasti akan digantikan oleh AI.
Lantas manusia bagaimana dong?
Itu dia, kita harus bisa mengembangkan kapasitas, keterampilan khusus, hingga pemikiran kompleks untuk bisa memenuhi permintaan pekerjaan yang berkembang ke depan nanti. Pergeseran itu, jelas akan disebabkan oleh AI, makanya kita pun harus bisa beradaptasi dengan AI itu.
“Pendidikan digital serta keterampilan untuk berkolaborasi dengan AI juga penting karena pemahaman tentang cara menggunakan AI, interpretasi dan analisis data yang dihasilkan serta kemampuan untuk berkomunikasi dan berkolaborasi dengan sistem AI juga diperlukan. Dengan kemampuan tersebut kita akan dapat memanfaatkan AI untuk mempermudah pekerjaan kita,” kata Pratama saat berbincang dengan tim Froyonion.com, Sabtu (10/6).
“Alih-laih merasa tersaingi dan terancam dengan kehadiran AI ini, yang perlu kita lakukan adalah mempelajari bagaimana AI yang sudah ada saat ini dapat membantu mempercepat proses kerja serta memperbaiki hasil pekerjaan,” tambahnya.
Seperti diketahui, salah satu keunggulan dari AI dibandingkan dengan kerja manusia adalah sistem operasi dan otomatisasi yang canggih. Mereka bisa mengerjakan berbagai pencarian dalam sekejap waktu.
BACA JUGA: AI MUSIC GENERATOR DAN COMPOSER BISA BERKOLABORASI
Tentunya, kemampuan itu nggak akan mudah untuk disaingi manusia. Makanya, kalau kata Pratama yang aktif mengajar IT di berbagai perguruan tinggi dan institusi di tanah air, penting untuk anak muda mempelajari keterampilan yang mungkin belum bisa digantikan oleh AI dalam waktu dekat.
Contohnya, seperti kreativitas. Meskipun AI bisa digunakan untuk menciptakan produk ‘creative-based’, tapi jangan lupa kalau mereka butuh text prompt sebagai brief yang kita sampaikan. Makanya, manusia bisa memanfaatkan itu dengan terus mengasah ide kreatif sehingga bisa ngebrief AI untuk membantunya berpikir landasan awal.
Misalnya dalam industri kreatif, seperti membuat storyline, copywriting, outline tulisan, dan masih banyak lagi.
Kemudian, kalian pun juga harus terus mengasah empati dan kemampuan untuk merasakan emosi. Soalnya, sekarang ini belum ada kecanggihan teknologi yang akhirnya membuat AI bisa merasakan emosi.
Kenapa perasaan-perasaan itu penting dalam dunia kerja? Dengan begitu kita bisa lebih memahami apa yang dibutuhkan oleh bos, client, ataupun rekan kerja dalam mengerjakan tugasnya sehari-hari. Dari sisi ini, tentu manusia akan memiliki nilai tambah dibandingkan dengan robot.
Kemudian, kalian anak muda juga bisa meningkatkan pemikiran kritis dan analisis yang kompleks. Salah satu kekurangan AI pada zaman sekarang ini adalah keterbatasan data sehingga berdampak pada pemikirannya.
Untuk menghadapi konteks tersebut, manusia perlu untuk memahami secara mendetail tentang bagaimana cara berpikir kritis dan menganalisis suatu tugas secara mendalam. Kalian pun bisa memanfaatkan AI untuk dapat membantu analisis kritis yang dilakukan tersebut menjadi lebih tajam.
Nggak perlu menjauhi AI, karena balik lagi saat ini mereka belum dapat melakukan fungsi tugasnya secara mandiri tanpa bantuan text prompt yang disediakan oleh manusia.
Beberapa kemampuan non-teknis itu akan menjadi sangat penting untuk didalami oleh pekerja muda sekarang ini. Hal tersebut tentunya penting agar manusia bisa relevan dengan kebutuhan dunia kerja. (*/)
BACA JUGA: ELON MUSK CS MINTA PENGEMBANGAN ARTIFICIAL INTELLIGENCE REHAT SEJENAK, KENAPA YA?