Lo semua tentu sudah familiar dengan istilah kepribadian introvert dan ekstrovert, tapi pernah gak lo denger istilah kepribadian ambivert?
Lo pasti juga pernah kan ikutan tes psikologi mengenali kepribadian diri, misalnya MBTI. Nanti hasilnya lo bakal tau kalau lo termasuk introvert atau ekstrovert. Dari introvert dan ekstrovert itu ada pecahannya juga seperti ENTJ, ISFP, dan lain-lain. Tapi lo tau gak sih ada kepribadian bernama ambivert?
Ngomongin kepribadian diri selalu menarik bagi tiap orang. Umumnya orang taunya ya introvert yang ‘tertutup’ dan ekstrovert yang ‘terbuka’. Lalu ada istilah ambivert yang sebetulnya udah ada sejak abad ke-20, sekarang abad ke -21 loh ya.
Froyonion berbincang bersama Erwin Parengkuan tentang buku barunya yang berjudul “Understand-Inc People 2.0: Cara Menjadi Ambivert Dengan Menavigasi 4 Tipe Kepribadian”.
Erwin menceritakan bahwa buku pertamanya yang berjudul “Understand-Inc People: Strategi Taktis Komunikasi Berdasarkan Kepribadian” telah menjadi national best seller dalam waktu 3 bulan.
Hal ini menurut Erwin menunjukkan bahwa, setiap orang tertarik buat membicarakan dirinya, mengutarakan pemikiran dan pendapat mereka. “Kalo setiap orang self centered dan narsisistik,” kata Erwin, “Tidak akan terbentuk hubungan yang harmonis.” Untuk itulah masing-masing dari kita perlu bisa menjadi pendengar yang baik, dengan cara salah satunya menjadi ambivert.
Erwin bercerita tentang filsuf bernama Hippokrates, yang juga seorang dokter yang terkenal pada zaman Romawi Kuno. Hippokrates mengamati bahwa terdapat 4 unsur kepribadian manusia; yaitu kekuatan, kedamaian, pemerincian, dan cekatan.
Pada zaman modern saat ini, 4 unsur kepribadian tersebut menjadi acuan di psikologi modern seperti MBTI, kepribadian unsur warna, dan lain-lain. Erwin termasuk yang tidak percaya terhadap penentuan kepribadian berdasarkan zodiak dan psikologi golongan darah.
BACA JUGA: SAMPAI USIA BERAPA KALIAN PERCAYA SAMA ZODIAK?
Dalam diri setiap manusia, terdapat keempat unsur kepribadian tersebut, tapi dengan komposisi yang berbeda-beda. Nah, keempat sifat itulah yang nanti menentukan lo masuknya introvert, ekstrovert, atau ambivert.
Ambivert pun terikat dengan keempat unsur tersebut. Namun yang berbeda dari introvert dan ekstrovert, ambivert lebih dapat mengatur intensitasnya dan tidak terkekang secara baku terhadap keempat unsur tersebut. Terus lebih untung mana, menjadi introvert, ekstrovert, atau ambivert?
Erwin menjelaskan bahwa dari banyak penelitian dan jurnal, kebanyakan mengatakan bahwa orang yang sukses dalam kariernya adalah orang yang ambivert. Kelebihan dari menjadi ambivert adalah mereka dapat ‘terbuka’ dan ‘tertutup’ dalam satu waktu, mereka menyenangkan, serta dapat menikmati suasana baru.
Lo bisa menjadi ambivert dengan cara mengatur 4 unsur kepribadian. Cara menjadi ambivert adalah dengan keep the balance, menciptakan keseimbangan dalam diri kita.
“Orang yang dapat mengatur keempat unsur tersebut secara seimbang akan menjadi ambivert, “ kata Erwin. “Dia dapat menjadi introvert dan ekstrovert secara sekaligus.”
Lo bisa menjadi ekstrovert saat berbicara, dan menjadi introvert saat mendengar. Kata Erwin, kunci menjadi ambivert adalah pengendalian diri. Sebagai seorang ambivert, lo bisa mengatur kapan menjadi introvert dan kapan menjadi ekstrovert.
Misalnya saat berada di dalam diskusi dan ingin menyampaikan gagasan, kita perlu menjadi ekstrovert untuk menyampaikan gagasan. Namun, jika kita dalam sebuah debat kusir, kita bisa menjadi introvert karena merasa bahwa forum tersebut tidaklah penting.
Buku-buku yang Erwin tulis berkaitan dengan self help books. Buku “Understand-Inc People 2.0: Cara Menjadi Ambivert Dengan Menavigasi 4 Tipe Kepribadian” adalah buku ke-10.
Kepribadian adalah pembentukan diri yang berlandaskan kebiasaan, lingkungan, pola pikir, dan perilaku seseorang. Begitu mengenal seseorang, umumnya kita akan menilai kepribadiannya. Bagaimana cara orang tersebut berkomunikasi, bertindak, dan berperilaku.
Introvert, ekstrovert, ataupun ambivert adalah kepribadian yang dapat lo pilih dan lo bentuk sendiri. Karena itu, lo harus dengan bijak memilih kebiasaan dan lingkungan, karena hal itulah yang akan membentuk kepribadian lo, cara lo berkomunikasi, dan perilaku lo. (*/)