Sering diremehkan karena dianggap bukan aplikasi yang diakui untuk mendesain, Indri, justru berkreasi sebagai kreator di Canva. Siapa sangka, hal ini ternyata lumayan menguntungkan loh! Kalo lo juga pengen coba, baca dulu artikel satu ini.
FROYONION.COM - Tak memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang pekerjaan lo sekarang nggak otomatis bikin lo nggak bisa jadi stand out. Beberapa orang justru kuliah di jurusan yang berbeda dari pekerjaannya dan nggak kalah dari yang sudah kuliah dari jurusan yang sama dengan bidang kerja.
Seperti Indri yang dulunya kuliah di bidang kesehatan tapi sekarang menekuni bidang content creation di media sosial. Dan ia juga nggak ragu untuk menampilkan diri sebagai seorang desainer grafis, yang bisa dikatakan agak jauh dari bidang kesehatan.
“Passion-ku di desain grafis. Aku terdorong jadi kreator konten karena ingin sharing tentang cara desain untuk membantu teman-temanku yang banting stir dengan berdagang di media sosial akibat terdampak pandemi,” ungkap perempuan berhijab ini pada Froyonion.com dalam wawancaranya Jumat 3 Juni lalu.
Indri mulanya menggunakan software desain Photoshop tapi sayangnya ia mengalami sejumlah masalah. Warna-warna kadang berubah saat ditampilkan di ponsel, nggak seperti yang tertampil di laptop atau desktop.
Selain itu, alasan utamanya fokus memakai Canva ialah karena ia juga membutuhkan sebuah alat desain gratis yang cocok untuk membuat konten media sosial dan UMKM.
Begitu ia tahu ada aplikasi Canva yang bisa diakses melalui web baik di ponsel dan desktop dan tersedia gratis, ia pun mulai beralih pada Canva Web.
Di awal tahun 2020 Indri mulai tertarik mengulik soal Canva. Dari pengamatannya sendiri sejak 2019 hingga 2021 Canva memang makin populer dan disukai banyak orang yang butuh kemudahan dalam membuat konten-konten media sosial dan semacamnya.
Indri mengaku memang ada pandangan miring soal mereka yang menggunakan Canva dari kalangan desainer grafis ‘serius’. Mereka yang mengaku profesional dianggap tak seharusnya memakai Canva.
Mungkin karena penggunaan Canva itu cukup mudah buat banyak orang, ujar Indri. Cukup drag and drop, dan dulu cuma ada sedikit template yang bisa dipilih sehingga hasilnya itu-itu saja, kurang variatif. Padahal dalam Canva juga banyak fitur yang memudahkan dan bagus. Di sinilah kepiawaian seseorang untuk bisa jeli memadupadankan elemen-elemen dan template yang sudah tersedia di Canva menjadi sebuah desain visual yang unik dan nggak ‘pasaran’.
Dari segi antarmuka pengguna (user interface), Canva juga lebih bersahabat untuk pengguna awam. Dan enaknya di Canva kita sebagai pengguna bisa mengundang orang lain untuk kolaborasi mengerjakan konten atau buat klien untuk melihat hasil desain yang sudah ia kerjakan. Kita sebagai desainer juga langsung bisa pilah-pilih aset desain seperti foto untuk dipakai di desain sehingga nggak perlu lagi ke website atau platform lain lagi cuma untuk cari foto. Dengan semua kelebihan ini nggak heran proses pengerjaan desain di Canva lebih efisien waktu dan energi.
Indri mengatakan banyak yang belum tahu bahwa Canva juga memberikan layanan Canva PRO gratis selama 30 hari. Dan untuk berlangganan pun bisa dilakukan secara patungan dengan teman sehingga jadinya lebih murah daripada beli sendiri.
Lebih lanjut Indri mengatakan bahwa Canva hendaknya tidak dianggap sebagai musuh desainer grafis profesional. Justru kita bisa menggunakan Canva sebagai peluang baru yang bisa dioptimalkan jika kita berpikir lebih terbuka.
Caranya adalah dengan mengirim kontribusi desain pada Canva. Dan jika dianggap layak dimasukkan ke koleksi desain mereka, maka Canva akan memberi kompensasi bagi desainer yang karyanya terpilih ini. Mereka yang terpilih ini bisa dapat royalti dari karyanya dan juga mendapatkan penawaran program-program khusus dari Canva. Besaran kompensasi nantinya tergantung dari jumlah karya yang diterima oleh Canva. Jadi nggak heran Canva malah bisa ‘lahan baru’ buat desainer grafis yang mau memanfaatkannya.
Untuk bisa menghasilkan karya secara rutin, Indri sebagai desainer mengaku harus rajin-rajin melihat sebanyak mungkin bahan referensi di luar sana. Ia bisa menggunakan referensi sebagai sumber inspirasi. Indri sendiri banyak mengunjungi Pinterest dan Behance untuk mencari inspirasi.
Rencana Indri ke depan sebagai kreator konten, ia ingin membuat kanal YouTube sendiri. Itu karena ia mendapat banyak permintaan untuk membuat tutorial membuat desain Canva yang ciamik dari para pengikutnya di media sosial. (*/)