Sebagai seorang barista muda, Jaka Pratama punya kreativitasnya sendiri yang membuatnya ‘stand out’ di media sosial. Apa itu? Simak wawancaranya di sini.
FROYONION.COM - Kalo lo orang yang suka jajan minuman, udah bukan rahasia lagi kalo jenis minuman saat ini makin berkembang. Inovasi dan kreativitas dalam industri minuman seolah nggak ada batasnya.
Kalo lo suka dengan kreasi baru minuman ini, mungkin lo suka dengan konten yang dibuat Jaka Pratama, seorang kreator konten yang suka berbagi soal kreativitasnya dalam meracik minuman-minuman dengan cita rasa yang nggak biasa dari bahan-bahan yang biasa aja.
“Awalnya gue tertarik dengan dunia F&B (Food and Beverage) karena belajar di dunia perhotelan. Pas itu sedang kuliah di sebuah kampus perhotelan di Cirebon sebelum pandemi melanda. Karena ada mata kuliah soal ini, mau nggak mau harus ikut dan belajar. Tapi lama-lama tertarik soal mixology bahkan setelah lulus kuliah,” tutur Jaka dalam sebuah wawancara dengan Froyonion.com Rabu, 25 Mei lalu.
Buat lo yang masih belum tau, mixology adalah sebuah metode pembuatan minuman yang mencampurkan (mix) beragam bahan dan rasa (flavor) yang ada dengan cara diaduk, dikocok, dan sebagainya sehingga menjadi minuman yang dapat dinikmati semua orang.
Saat ia mendapat kesempatan intern atau magang di luar negeri untuk belajar lebih lanjut soal mixology di awal tahun 2019 di sebuah hotel di Malaysia, pemuda berkacamata ini belajar soal resep-resep mocktail dan cocktail dan bagaimana menyajikannya, serta cara-cara meraciknya. Jaka merasa seneng kalo lihat tamu yang minum merasa puas.
Di tengah kesibukan sebagai seorang barista di kedai kopi di Cirebon, Jaka menyempatkan diri membuat konten untuk akun Instagramnya @jaka_prtm. Mulanya cuma iseng dan just for fun, tapi sejak awal 2022 lama-lama ia terdorong untuk membuat minuman-minuman high class yang biasa ditemui di hotel-hotel atau kafe eksklusif yang biasa dibuat oleh para bartender tapi dengan menggunakan bahan-bahan yang sederhana dan mudah didapatkan secara terjangkau.
“Ide tercetus setelah seorang temen nyeletuk: ‘Coba yuk buat minuman pakai bahan instan sachet-an gitu!’ Lalu dari situ mulai deh kita R&D (research and development),” tutur Jaka yang pernah belajar di ABCD School Indonesia di Cikini, Jakarta Pusat.
Dalam pembuatan konten Instagram ini, Jaka nggak asal tapi mikir dulu. Ia mesti melakukan riset juga kayak bartender supaya tahu takarannya. Itu karena bahan-bahan yang dipakai memang mudah ditemukan di pasaran. Tidak tertutup kemungkinan ada orang yang sudah melakukannya. Jadi Jaka nggak mau cuma dianggap membuat minuman asal-asalan.
“Makanya saya banyak risetnya. Kalau kayaknya belum oke, saya nggak mau nampilin di konten. Cara riset saya yaitu dengan membuat minuman dengan bahan yang sama tapi skala kecil aja dulu. Jadi kalau minuman biasa ukurannya 150 ml, saya buat cuma 30 ml. Setelah dicoba satu-satu, dicari mana yang terasa balance rasanya dan enak. Baru deh dibuat dengan skala normal,” terang Jaka soal caranya bereksperimen.
Bagi Jaka, prinsip -prinsip mixology yang diterimanya saat kuliah dan belajar di luar bakal ia terapin dengan lebih sederhana dalam kontennya.
“Saya pakai bahasa yang mudah dimengerti orang awam aja. Jadi metode mixology-nya sama tapi disampaikan dalam bahasa yang lebih mudah dicerna,” tuturnya saat menerangkan konten yang ia buat untuk orang awam di Instagram yang tertarik mengombinasikan beragam jenis bahan sebagai sebuah minuman eksperimental.
Karena mencoba lebih merakyat, Jaka pun harus kreatif mengganti bahan-bahan yang lebih mahal dan susah dibuat dengan menggunakan bahan-bahan instan yang tersedia di pasaran.
“Kadang ada bahan-bahan yang harus difermentasi atau diolah dengan cara khusus beberapa hari dulu dan ini bisa diganti dengan bahan-bahan instan yang ada dan murah. Misalnya aja kopi ada yang harus di-brew dulu. Untuk mengganti lemon kering, ia bisa memakai Nutrisari.
Dalam membuat konten, Jaka dibantu oleh beberapa temannya yang tergabung di @5arahfilms.
“Saat ada brand yang masuk, saya bakal panggil temen-temen buat bantu buat konten karena saya ingin kasih yang terbaik buat brand itu,” ujarnya.
Hingga sekarang sudah ada sejumlah brand yang masuk untuk tap in dalam kanal Instagramnya yang saat tulisan ini dibuat sudah menyentuh angka 52,4 ribu pengikut.
Ke depan, Jaka berencana untuk membuat 3 segmen: umum, menengah, dan high class/ premium. Untuk segmen pasar umum, ia ingin membuat produk yang bisa diterima dan dibuat oleh kalangan awam. Kemudian untuk segmen menengah, Jaka ingin menyasar mereka para penggemar coffee shops. Dan untuk segmen high class, ia fokus pada kelompok yang rela membayar harga premium demi menikmati minuman unik dan eksklusif yang diraciknya khusus.
Ia sendiri masih memandang ada potensi besar dalam pasar minuman eksperimental di Indonesia yang dibuat dengan metode mixology yang makin ngetren akhir-akhir ini.
“Di sini masih banyak orang yang belum mengetahui soal mixology ini,” terang Jaka.
Sementara itu, ada dua istilah yang juga identik dengan mixology, yakni cocktail dan mocktail. Perbedaan keduanya terletak pada ada atau tidaknya alkohol dalam sebuah minuman hasil kombinasi beragam bahan tersebut. Jika ada kandungan spirit atau alkohol itu, namanya “cocktail”. Jika tidak, disebut “mocktail”, yang biasanya dari sari-sari buah-buahan. Untuk pembuatan mocktail, Jaka mengaku membuat sendiri. Ia bisa mengejus dan menyaringnya sesuai selera jika dirasa perlu.
Sebagai seorang barista, Jaka juga mengambil inspirasi dari pelaku industri lainnya. Misalnya, ia mengunjungi sebuah kafe di kota kembang dan merasa ada banyak sumber inspirasi setelah mengunjunginya.
Buat lo yang tertarik menjadi barista kayak Jaka ini, lo bisa belajar di kedai kopi atau minuman di sekitar lo yang nawarin kesempatan belajar, kursus atau workshop. Belajar secara online juga bisa dilakukan mengingat sekarang eranya pembelajaran daring. (*/)