Stories

KISAH USTAZ HALIM: DISELAMATKAN DAN MENYELAMATKAN ANAK STREET PUNK

Saat masyarakat menganggap anak-anak punk tak berguna, ustaz ini malah berjuang merangkul mereka untuk belajar agama.

title

FROYONION.COM – Semua berawal saat Ustaz Halim lagi S2 di Kuala Lumpur. Sedang giat-giatnya belajar sampai ke negeri seberang. Pastinya sekalian jalan-jalan. Bukan cuma di Malaysia, tapi sampai ke Thailand. Dapet undangan dari negeri asal Tom Yam itu, tentunya Ustaz Halim excited banget. Berangkat pakai jalur darat supaya lebih terasa perjalanannya. Sebelum nyampe di Bangkok, ia istirahat dulu di  sebuah hotel di Hat Yai, kota perbatasan Malaysia-Thailand. 

Lagi asyik-asyik rebahan, tiba-tiba terjadi kerusuhan. Ustaz penggemar kopi hitam itu tentunya kaget, ikut terjebak dalam kerusuhan itu. Mending kalo cuma kejebak, ini sampe dikira bagian dari perusuh! Takut, cemas, bingung, semuanya kayak nyampur jadi satu. Tapi bak malaikat dari langit, seorang anak punk  menyelamatkan Ustaz Halim

AWAL MULA

Lahir lahir tahun 1974 di Indramayu, Jawa Barat. Ustaz Halim nggak pernah nyangka kalau masa depannya bakal jadi sosok paling diandalkan sama anak-anak punk di Pondok Pesantren Tasawuf Underground. Sejak kejadian diselamatkan sama anak punk, dia sudah nggak mau yang namanya judge the book by its cover dan jadi tertarik sama kehidupan anak jalanan khususnya street punk. 

Konsep street punk yang menjadi identitas anak-anak jalanan berpenampilan unik dengan kalung rantai, cincin tengkorak, tato, tindik, rambut gondrong sampe mohawk, mabuk di pinggir jalan, dan berantem, sering kali bikin masyarakat melihat mereka sebagai pelaku kriminal. Padahal layaknya semua cerita, pasti ada alasan di balik kenapa anak-anak street punk ini bisa kumpul di jalanan. Karena itu, Ustaz Halim jadi tertarik dan pengen merangkul mereka. 

Selain penampilan yang nyentrik, anak street punk juga dikenal suka jalan-jalan. Nggak kayak kita yang kalau nongkrong paling di kafe, mereka bisa nongkrong antarprovinsi. Dari satu provinsi ke provinsi lain bermodalkan mohon-mohon ke sopir truk supaya bisa nebeng, ternyata mereka bisa berkelana dari Bogor sampai ke Aceh. 

Tentunya Ustaz Halim tahu fenomena ini. Ia berpendapat bahwa jiwa ingin terus pergi ini dapat muncul dari masalah di rumah yang belum selesai. Sebagian besar memang didorong oleh masalah keluarga masing-masing, seperti kehilangan sosok orang tua dan sering melihat pertikaian keluarga, rupanya menyisakan luka bagi anak-anak street punk sehingga mereka memilih untuk keluar dari rumah. 

Dengan tekadnya, tahun 2012 Ustaz Halim berencana mengunjungi salah satu tongkrongan street punk di Kawasan Jakarta Selatan. Kalau biasanya ia pakai sorban, kali ini ia berpenampilan biasa dengan kaos dan celana jeans. Tujuannya supaya nggak mengintimidasi anak-anak punk dengan penampilannya sebagai ustaz. 

Sesampainya di tongkrongan itu, dia gak langsung memperkenalkan diri sebagai ustaz. “Saya Halim, saya pengen ngopi bareng, ya?”, katanya santai kepada mereka. 

Dengan enggan mereka menyuguhkan kopi pada bapak-bapak yang tiba-tiba nongkrong bareng itu. 

“Pak, jangan minum dari gelas kami. Kami kotor, bau, dan belom mandi,” kata mereka. 

Nggak perlu pikir dua kali, Ustaz Halim langsung menegak segelas kopi pahit dan tersenyum. 

Perilaku sederhana namun dipandang berbeda oleh kumpulan anak-anak street punk yang biasa menerima penolakan dari sekitar. 

Sejak itu, Ustaz Halim dapat dengan mudah berbaur dengan mereka. Sesi ngopi pun berlanjut dengan sesi curhat. 

Keterbukaan Ustaz Halim ternyata mendorong mereka untuk menceritakan masa lalunya. Bercerita mengenai latar belakang keluarga yang kelam sehingga membuat mereka menjadi seperti saat ini. 

Ustaz Halim pun menyadari bahwa sekeras apa pun penampilan mereka, hati mereka juga bisa menyimpan luka. 

Akhirnya secara rutin Ustaz Halim mengunjungi mereka, mengajari mereka beristighfar dengan benar, mengajari salat, hingga mengaji. 

BACA JUGA:PERJALANAN SEORANG SENIMAN MURAL: DARI ‘PENERJEMAH’ KISAH HINGGA KRITIK SOSIAL"

PROSES MENEMUKAN JALAN PULANG

Upaya itu ternyata membuahkan hasil. Perlahan-lahan satu-persatu anak-anak street punk itu mulai lancar salat bahkan mengaji. 

Ustaz Halim pun gak segan mengajak mereka untuk tinggal bersama di kantor miliknya. Walaupun kecil, namun cukup untuk menampung lima anak street punk untuk terus dibimbing. 

Hari demi hari mereka berproses baik secara iman maupun kehidupan sehari-hari. Gak cuma asupan rohani, Ustaz Halim juga memfasilitasi mereka dengan berbagai bentuk usaha. Seperti laundry pakaian, sablon baju, dan desain interior. Sampai sekarang bisnis-bisnis ini masih terus berjalan dan turut membiayai kehidupan sehari-hari mereka. 

Tapi yah yang namanya manusia, pasti ada jatuh bangunnya. Pernah sekali ustaz memberikan modal usaha cendol untuk salah satu anak street punk didikannya. 

“Esok harinya, anak itu masih menjual cendol dengan giat. Berkeliling dan mangkang buat nyari pelanggan, gak peduli panas atau hujan. Begitu terus sampai tiga hari. Melihat upaya anak itu saya  pun merasa senang. Tapi ternyata, tiga hari kemudian karena bosan mungkin. Di hari ke empat, bukan cendol yang dijual, tapi gerobaknya,” cerita ustaz ini. Gubrak gak tuh??

Ajaibnya, Ustaz Halim tetap sabar menerima perilaku anak itu. Dengan tangan terbuka ia menasehati dan menerima anak itu kembali di Tasawuf Underground

Memang dalam keseharian, Ustaz Halim selalu berusaha untuk mengisi tiga peran berbeda: sebagai bapak, sahabat, dan guru. Kalau sebagai bapak, ia berperan selayaknya orang tua untuk menggantikan sosok yang selama ini hilang di kehidupan anak-anak street punk. Tugasnya memberi tahu mana yang benar dan salah dan membela mereka jika ada kasus kesalahpahaman dengan warga sekitar selayaknya orang tua melindungi anaknya. 

Sebagai sahabat, Ustaz Halim berusaha untuk selalu mendengarkan curhatan mereka, makan bareng, tidur bareng, nongkrong bareng, seperti sahabat karib. 

Kalau lagi jadi guru, tentunya Ustaz Halim harus bisa memberikan nasihat, memberi hukuman kalau salah dan hadiah kalau benar. Ternyata strategi ini jitu juga buat menaklukkan hati anak-anak street punk. Buktinya mereka jadi bisa deket banget sama Ustaz Halim dan makin baik dari hari ke hari. 

“Ustaz udah kayak orang tua buat gue,” kata Bang Pongki, salah satu anak street punk di Tasawuf Underground. Waktu bilang ini, Bang Pongki ga bisa nyembunyiin perasaan bersyukurnya yang kelihatan dari tatapan haru dari matanya. 

Penghuni Tasawuf Underground lain juga bilang kalau mereka sangat beruntung bisa bertemu Ustaz Halim. Setelah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun di Tasawuf Underground, barulah mereka dapat merenungkan bahwa kehidupan sebagai anak street punk gak akan ada ujungnya. Mungkin hari ini mereka masih dipandang rendah oleh masyarakat kalau gak gabung di Tasawuf Underground 

Menurut Ustaz Halim, anak-anak street punk adalah anak-anak yang sedang bingung sama arah hidup mereka. 

“Justru seharusnya kita bisa hadir dan merangkul mereka, menunjukkan apa itu kasih, peduli, dan menasehati mereka,” kata ustaz. 

Konsep punk sendiri menurutnya bukan sekedar kenakalan remaja. Pendapat kritis yang berbeda dari yang lainnya sudah bisa disebut punk. Contohnya seperti Gus Dur, Soekarno, dan K.H. Ahmad Dahlan adalah contoh-contoh pahlawan Indonesia yang punya pemikiran punk untuk membangun negeri. 

Pemahaman ini juga terus disalurkan ke anak-anak street punk yang ia temui, agar pemahaman punk itu tidak hanya di permukaan namun dapat lebih mendalam. 

Hingga detik ini, Ustaz Halim bersama anak-anak street punk di Tasawuf Underground masih terus berproses di sebuah gedung ruko tepatnya di Komplek Ruko Ciputat, Jl. RE Martadinata No.27, Ciputat, Tangerang Selatan. 

Semangat Ustaz Halim untuk merangkul kelompok yang sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat patut untuk diacungi jempol. 

Perjuangan ini nggak boleh berhenti di satu orang aja, tapi harus terus menyebar lewat cerita nyata mereka yang sudah kita saksikan. Karena aku, kamu, dan kita, semuanya manusia. (*/)

BACA JUGA: “KARENA BANDUNG ADA, MAKA GANG NIKMAT ADA: KISAH RESTORAN TAK BIASA DI SUDUT CIHAPIT”

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Grace Angel

Bercita-cita menjadi seperti Najwa Shihab. Member of The Archipelago Singers.