Tak banyak yang tahu jika Bryan Valenza terjun sebagai color artist karena ia lebih suka mewarnai ketimbang menggambar komik. Intip kisahnya di sini!
FROYONION.COM - Kata siapa anak muda cuma berani di zona nyaman dan kurang pede maju ke tingkat internasional? Perkenalkan, inilah Bryan Valenza. Namanya sudah malang melintang di industri kreatif selama 10 tahun terakhir dan dikontrak secara eksklusif sebagai color artist komik Marvel hingga DC. Wow!
Ditemui tim Froyonion.com dalam gelaran Xnation, di M Bloc Space, Jakarta, Sabtu (14/10/2023), Bryan menyelesaikan semua pekerjaannya secara jarak jauh dari rumah. Oleh karena itu, ia bekerja sebagai freelancer atau pekerja lepas. Namun, bukan sembarang freelancer, melainkan exclusive color artist selama 5 hingga 10 tahun.
Tugasnya meliputi penceritaan, pewarnaan gambar komik yang masih hitam dan putih serta memberikan efek bayangan (shading) maupun penambahan efek-efek tertentu untuk memunculkan atmosfer yang dapat menambah nilai visual komik.
“Tugasnya adalah bercerita melalui warna. Karena komik itu mewarnai gambar yang menunjang dari segi visual dan cerita itu akan dibawa ke arah mana? Tapi, kita juga harus memberikan tambahan atmosfer untuk pembaca merasakan hal lebih dari komik melalui shading dan efek-efek lainnya,” jelas Bryan.
Tentu, Bryan tidak sendirian. Dibantu dengan editor, ilustrator, dan sejumlah rekan kerja lainnya, ia menjelaskan alur kerja color artist di perusahaan komik Marvel dan DC melalui beberapa tahap sebelum akhirnya menjadi komik yang siap diterbitkan.
“Biasanya editor bakal kabari aku dan dia datang dengan sebuah gambar yang sudah dibuat oleh ilustrator beserta naskah cerita. Jadi, ini akan membantuku untuk kasih latar waktunya gimana, apakah malam, siang, atau mood-nya lagi senang atau sedih,” ujarnya.
“Selanjutnya, mulailah proses memberi warna dasar, kemudian aku kasih shading. Terakhir, aku kasih efek. Misalnya, ada cahaya, ambience warna, dan setelah itu aku kirim ke editor. Kalau ada revisi, aku kasih feedback. Kalau sudah setuju, bisa lanjut kirim file berkualitas tinggi ke server Marvel. Beres, deh,” ucapnya.
Selain berkiprah sebagai color artist, Bryan kini tengah mengembangkan debut komik pertamanya berjudul Beyondtopia Legends yang berisi kisah dari beberapa legenda nusantara, seperti Gatotkaca, Lutung Kasarung, Si Pitung, Bawang Putih, Timun Mas, dan lain sebagainya.
Dibantu oleh Henry Barajas sebagai co-creator dan sejumlah ilustrator asal Indonesia serta mancanegara, komik ini telah terbit melalui penerbit Fairsquare Comics di Amerika Serikat pada akhir 2022 dan menyusul seri teranyar pada Juli 2023 yang dikenalkan kepada publik Indonesia.
Penasaran kisah menarik dari profesi Bryan Valenza sebagai color artist? Mari kita bahas selengkapnya lewat artikel ini!
Memiliki hobi menggambar sejak masih kanak-kanak, Bryan mantap untuk melanjutkan ke jenjang perguruang tinggi, di jurusan Desain, Komunikasi, dan Visual (DKV) Insititut Teknologi Nasional (Itenas), Bandung. Seperti mahasiswa DKV umumnya, ia berjibaku dengan dunia visual seperti menggambar komik dan membuat animasi.
Akan tetapi, ia merasa kurang menikmati untuk mengeksplorasi kemampuan menggambar. Padahal, ia punya cita-cita menjadi komikus. Bahkan, secara gamblang, Bryan mengatakan dirinya cenderung tertarik ke tahapan mewarnai ketimbang menggambar.
“Ya, dulu memang sempat pengin jadi komikus, terus saat kuliah DKV juga tergiur pengin jadi animator. Tiba-tiba berubah pikrian karena jujur agak malas menggambar dan kok lebih merasa enjoy ketika aku mewarnai, begitu,” timpalnya.
Kebimbangan Bryan untuk memilih fokus menggambar atau mewarnai, membuatnya bertemu dengan suatu komunitas komik di Bandung. Percaya atau tidak, di momen dirinya bergabung dengan komunitas itulah mengantarkan ia kepada profesi yang digeluti saat ini, color artist.
Ada beberapa alasan Bryan tertarik terjun menjadi color artist. Di samping memiliki penghasilan lumayan lewat berbagai proyek asal perusahaan komik terkenal, ia sangat menikmati perannya dalam mewarnai komik, dan menjadi jalan ninja menunjukkan jati dirinya sebagai color artist yang masih menjadi profesi langka di tanah air.
“Saat cobain kerjaan ini langsung enjoy karena mungkin dari passion, ya, dan waktu itu selalu merasa buru-buru saat menggambar karena memang cuma mau proses mewarnai aja. Jadi, ketika aku nemuin pekerjaan ini dan tugasnya hanya mewarnai, ‘Duh, surga dunia banget, nih’ Hahaha,” kenang Bryan sambil tertawa.
BACA JUGA: AKOMA: LEBIH DARI SEKADAR PLATFORM BACA KOMIK LOKAL GRATIS
Meskipun menuai banyak pujian, Bryan tak langsung jumawa dan bertekad untuk selalu meningkatkan kemampuannya terutama terkait teori pemilihan warna pada komik, dan mencoba menerapkan efek yang sekiranya dapat menambah keunikan komik.
Ketika kami bertanya tentang tanggapan orang tuanya, ia mengaku sangat senang berada di keluarga yang saling mendukung kariernya tersebut. Meski sang Ayah sempat meragukan prospek pekerjaan seorang color artist.
“Tanggapan mereka di tengah-tengah, sih. Terlalu mendukung, nggak, terlalu menolak juga nggak. Karena aku tetap dibiayai kuliah DKV, terus dibelikan laptop. Dan, dulu bokap sering bilang, ‘Yah, apa, nih, nggak ada uangnya.’ Tapi begitu paham kalau profesi ini bisa menghidupi keluarga, so far, aman aja, sih. Semoga seterusnya mendukung. Amin,” ucapnya.
Ada beberapa langkah yang bisa kalian tempuh untuk menjadi color artist kenamaan seperti Bryan Valenza. Mulai dari yang paling pertama menguasai teori-teori dasar tentang warna atau fundamental dalam mewarnai komik.
Sebab, berawal dari penguasaan teori warna yang baik, maka seorang color artist akan lebih piawai dan menguasai gaya apapun di ranah pewarnaan komik. Tentu dibarengi dengan kemauan yang tinggi untuk selalu belajar dan etos kerja yang optimal.
“Balik lagi ke fundamental, yaitu realistis dulu aja karena kalau udah paham, kedepannya bakal gampang menguasai gaya apapun. Cuma memang butuh effort dan kemauan untuk belajar mulai dari basic lagi. Ngak usah terlalu mikirin style nanti bakal gimana karena nanti juga bakal berkembang,” ujarnya.
Sambil belajar menguasai dasar-dasar warna yang perlu digunakan saat mewarnai komik, ia juga menambahkan untuk belajar bagaimana caranya bereksplorasi dengan bayangan dan efek-efek lainnya agar menjadi komik yang cukup realistis baik dari segi visual dan penceritaan atau aspek storytelling.
Tips berikutnya adalah terkait peralatan atau tools yang digunakan color artist untuk mewarnai komik. Bryan masih setia mengandalkan software Photoshop. Walaupun terkesan jadul, ia mengaku nyaman mewarnai dengan perangkat lunak besutan Adobe itu.
“Tools-nya ada software yang paling umum dan masih sering aku pakai, yaitu Photoshop. Karena udah nyaman, sih, terutama Photoshop, ‘kan, juga selalu nyediain upgrade yang solutif banget. Selain itu juga perlu siapin, misalnya Ipad, pen tablet, komputer, atau laptop,” jawabnya.
Terakhir, kalian bisa mengikuti cara unik Bryan yakni mengamati gaya komik dari beberapa negara, misalnya komik Amerika, anime dari Jepang, dan memerhatikan teknik color grading yang acapkali digunakan sederet film layar lebar maupun film pendek.
Pasalnya, cara-cara tersebut dapat membantu kalian untuk semakin terasah terhadap pemilihan warna dan menjadi sumber inspirasi serta referensi ketika mewarnai komik. Namun, di balik serunya pekerjaan ini, Bryan tetap memiliki tantangan terkait durasi mewarnai komik.
“Tergantung kesulitan, ya. Karena semakin sulit, pasti semakin lama proses pembuatan gambarnya. Tapi kita bagi rata-rata aja, misalnya seminggu itu bisa satu buku tapi isinya 2 halaman. Itu pun ada prosesnya. Tapi makin ke sini, makin terbiasa,” pungkas Bryan.
Jadi, kalian sudah mantap ingin berkarier sebagai color artist seperti halnya Bryan Valenza? Nantikan kisah menarik dari pelaku industri kreatif lainnya, hanya di sini! (*/)
BACA JUGA: CERITA JATUH BANGUN YESSIOW MENJADI ILUSTRATOR MUDA INDONESIA YANG MENDUNIA