Berawal dari nonton konser ‘The National’, Ferry Dermawan malah pengen bikin festival musiknya sendiri. Dalam wawancara ini, kami mengulik pendapat dan perspektifnya akan ekosistem festival musik Indonesia.
FROYONION.COM - Semua pasti setuju kalau musik adalah bagian dari DNA orang Indonesia.
Nggak percaya? Menurut survei Populix, sebanyak 77% warga Indonesia suka nonton konser. Tentu hal ini jadi fakta yang menggembirakan bagi para penyelenggara konser. Namun apakah bagi mereka–yang terlibat di balik layar penyelenggaraan konser maupun festival musik–fenomena ini sepenuhnya menyenangkan?
Turut menjawab hal tersebut, Froyonion berkesempatan mewawancarai Ferry Dermawan, orang dibalik suksesnya Joyland Festival. Berikut hasil wawancara kami dengan Ferry.
Hal apa yang mendorong kamu untuk bikin festival musik?
Ferry: Saya merasa selalu punya ketertarikan sama pertunjukan musik. Kayak, proses persiapannya, memikirkan konsepnya, membangun dramaturgi dari penampil opening sampai closing, saya penasaran sama prosesnya.
Konser atau festival musik apa yang nge-trigger kamu dengan rasa penasaran itu?
F: The National di Singapura, saya lupa tahun berapa. Waktu itu saya lagi suka banget sama mereka dan kebetulan mereka gelar konser di tempat yang cukup dekat dengan Indonesia, jadi saya samperin aja. Ternyata berkesan sekali buat saya. Selain itu karena nonton Ben Folds tahun 2011 di Balai Kartini, Jakarta. Berkesan sekali karena dia tampil hanya dengan piano. Sepanjang pertunjukan dia banyak cerita dan suasananya hangat, jadi berkesan banget buat saya.
Genre musik apa yang paling sering kamu dengerin?
F: Sebenernya saya pendengar segala. Tapi biasanya saya suka lagu-lagu yang sedih. Kayak The National kan sedih-sedih tuh. Nggak tahu juga sih kenapa banyak dengerin lagu sedih.
Mungkin karena kamu softboy?
F: Hahahahahahaha bisa jadi sih!
Apakah taste musik kamu berpengaruh ke pemilihan lineup dan headliner Joyland Festival?
F: Nah, untuk meramu penampil di festival musik itu bagian lain, mungkin konteksnya berbeda dari apa yang saya dengerin sehari-hari. Kalo ngomongin Joyland Festival, pertimbangan untuk meracik penampil itu ada banyak. Misalkan untuk artis internasional, kita harus nunggu jadwal mereka yang cocok dengan tur mereka. Pun kalau mereka mau tur, apakah rutenya ada yang mendekat ke Asia atau enggak.
Tapi baik itu artis internasional maupun lokal, saya pastikan saya dan tim memilih mereka yang selalu bisa memberikan kejutan di setiap penampilannya.
Tapi pasti ada dong wishlist-nya Ferry yang akhirnya masuk ke lineup Joyland Festival?
F: Hahahaha, tentu. Yah karena kayaknya saya juga punya privilege untuk nge-defense beberapa penampil–yang kayaknya layak nih untuk tampil. Contohnya kayak Fleet Foxes di Joyland Festival Jakarta 2023 dan James Blake di Joyland Bali 2024 nanti.
Apakah karena itu pengumuman James Blake sebagai headliner tiba-tiba?
F: Engga dong, hahahaha. Sebenernya James Blake udah pernah kita coba di beberapa edisi Joyland Festival sebelumnya. Tapi karena jadwalnya nggak cocok, budget-nya juga waktu itu belum pas, jadi nggak terwujud. Untuk yang sekarang, yang harusnya kita punya budget untuk 2 headliners jadinya satu aja buat James Blake. Tapi ya balik lagi, menurut saya James Blake cocok sekali untuk DNA-nya Joyland.
Menarik nih, menurut Ferry sendiri apa sih DNA-nya Joyland Festival?
F: Bingung yah.. Saya nggak bisa jawab lagi, hahahahaha. Kita juga sebenernya nggak terlalu memikirkan banget ingin dipandang orang seperti apa. Cuman sejak kita mulai, kita tahu festival seperti apa yang kita mau.
Misal ngomongin lineup, memang kita pengen coba menampilkan sebanyak mungkin lineup yang punya konsep pertunjukan yang khas. Misalnya Cornelius dan M.I.A. Mereka bukan tipe yang me-recycle konsep pertunjukan, pasti pertunjukan dia di panggung A dan B itu beda. Jadi kita lumayan mikir tuh untuk ngasih experience bagi para penonton.
Selain karena lineup-nya, Joyland Festival juga dapat julukan sebagai festival ternyaman. Gimana pendapat Ferry perihal hal ini?
F: Terima kasih banyak kalau memang Joyland jadi festival musik yang nyaman. Mewakili teman-teman juga, sejak awal kita memang memposisikan diri sebagai penonton. Joyland Festival 2012-2013 saya masih pertengahan 20, pasti beda suasananya dengan Joyland Festival yang sekarang. Saya udah punya dua anak dan saya juga pengen memperkenalkan dunia festival musik yang saya nikmati ini ke anak-anak saya.
Maka, dari situlah kami coba untuk beri experience lain seperti adanya area untuk anak-anak. Lalu ada pemutaran film pendek–yang mungkin orang mikirnya ngapain nonton film di festival musik–but instead kita sebenernya pengen ngasih panggung juga ke orang-orang yang menyuarakan pendapat mereka lewat film pendek. Juga program-program lain yang memang dirancang untuk membuat penonton nggak bosan dan bisa mencoba banyak hal selama 6-9 jam di festival musik, terutama mungkin untuk yang berumur 30 tahun ke atas, hahahahahaha
Kalau harus memperkenalkan Joyland Festival ke orang yang sama sekali awam, hal apa yang pengen kamu sampaikan?
F: Joyland Festival hadir 2 kali setahun, di Bali saat awal tahun dan Jakarta saat menjelang akhir tahun. Keduanya menawarkan pengalaman yang berbeda dari segi vibes. Kalau yang Bali nanti, venue-nya di peninsula jadi sejauh mata memandang akan melihat Samudera Hindia. Kalau yang Jakarta, karena di tengah kota, jadi scene-nya ya gedung dan citylights. Selain musik juga ada film, komedi, dan kegiatan-kegiatan lain yang bisa kalian nikmati sama keluarga.
Hal apa yang paling unik dari Joyland Bali 2024 nanti?
F: Satu bocoran kali ya. Kings of Convenience akan hadir menjelang sunset, jadi background mereka saat tampil adalah matahari terbenam. Pastinya akan jadi salah satu keindahan bagi yang menonton, ditambah lagi dengan lagu-lagu mereka yang acoustic and chill.
5 musisi yang paling kamu rekomendasikan untuk orang-orang tonton nanti di Joyland Festival Bali?
F: James Blake, Shintaro Sakamoto, Kings of Convenience, Ali, dan Bank–mereka adalah band yang berisikan orang-orang hebat–seperti Aryo Ardianto, Kimo, Dea Barandana, Coki (John Paul Patton), Tami, dan ada Zaki dari Mantra Vutura–jadi isinya memang all star band dan mereka akan tampil secara live pertama kali di Joyland Festival Bali.
Terakhir, dari perbincangan ini kami rasa Ferry adalah orang yang genuine dalam membuat festival musik dan berkarier di ranah ini. Apakah kamu akan lama ada di industri ini?
F: Pertama-tama, saya sadar kalau saya sangat senang bekerja di ranah ini. Dan menurut saya, sepertinya sulit untuk mencari kepuasan dan kebahagiaan yang sama dari hal lain. Saya juga merasa berarti saat melihat penonton puas. Jadi saya pikir, pekerjaan ini bisa saya lakukan dalam periode yang cukup lama.
Terus juga kalau melihat metode bisnis, sepertinya banyak yang bisa menjalankan bisnis ini dengan sustainable. Tentu pastinya ada tantangan seperti tren, izin tempat, dan lain-lain, pasti akan selalu ada. Tapi, pekerjaan ini menyenangkan untuk dibela.
BACA JUGA: PULAU DEWATA JADI TUAN RUMAH KINGS OF CONVENIENCE, TODD TERJE, DAN THE WALTERS DI JOYLAND BALI 2024
Joyland Festival Bali akan dilaksanakan pada 1-3 Maret 2024 di Peninsula Island The Nusa Dua. Dari cerita Ferry, tampak jelas bagaimana ia dan timnya menyiapkan festival musik ini sepenuh hati.
Grab your tickets fast sebelum kehabisan dan nikmati pertunjukan musik yang berkesan hanya di Joyland Festival Bali.
(*/)