Berasal dari Bandung dan ‘berlayar’ ke Amerika, Dion MBD kembali ke Indonesia sembari membangun platform @Ilustrasee guna mengedukasi banyak orang tentang berprofesi jadi ilustrator. Di sini Froyonion.com ngobrol bareng Dion tentang pendidikan, karier, hingga opininya mengenai industri kreatif Indonesia.
FROYONION.COM - Buat lo yang tertarik sama dunia visual khususnya ilustrasi, pasti udah nggak asing sama akun @Ilustrasee lewat konten-konten edukatifnya di Instagram maupun TikTok.
Mungkin lo juga termasuk orang yang familiar sama konten-kontennya. Di balik konten yang ngasih tips jadi ilustrator, tips pasang fee untuk ilustrator freelancer, dan lain sebagainya, ada Dion MBD, seorang ilustrator asal Bandung yang aktif membagikan ilmu dan pengalamannya lewat platform tersebut.
Akrab disapa Dion, pemuda yang emang udah hobi gambar dari dulu ini memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Singapura setelah menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertamanya di Bandung.
Sama kayak anak SMA lainnya yang bingung mau kuliah apa, Dion pun begitu. Sampai akhirnya diarahkan oleh guru dan melihat temen yang mau kuliah animasi, Dion juga ikutan daftar kuliah animasi di Ringling College of Art and Design di Amerika Serikat.
“Sebenernya aku juga nggak yakin banget mau kuliah apa. Sesampainya di sana dan menjalani satu semester, ada dosen aku yang nyadar kalo aku suka gambar. Dia tanya kenapa aku pilih jurusan animasi dan menyarankan untuk ambil ilustrasi aja. Besoknya aku langsung pindah jurusan deh,” cerita Dion saat diwawancarai oleh Froyonion pada Selasa (12/7) lalu.
Berkiprah sebagai ilustrator juga nggak selamanya mulus bagi Dion.
BACA JUGA: BERKARIER DI INDUSTRI MEDIA KREATIF? INI YANG HARUS LO SIAPKAN!
Pernah sesaat setelah lulus, Dion menghadapi tuntutan untuk segera bekerja karena beasiswa yang ia terima. Kalau nggak kunjung dapet kerja melewati tenggat waktu yang ditentukan, terpaksa harus kembali ke Indonesia.
Dua minggu penuh Dion berkeliling dari satu galeri ke galeri lain, ketemu banyak orang setiap hari untuk ngobrol, memperkenalkan karyanya, dan menunjukkan portofolionya. Kalo diceritain kayak biasa aja ya. Padahal kalo dipikir-pikir butuh keberanian dan tekad yang besar untuk berinisiatif memperkenalkan karya kita ke orang lain supaya bisa di-notice.
“Banyak orang yang malu-malu untuk kirim email ke perusahaan, agensi, penerbit, atau tempat kerja lainnya untuk sekedar memperkenalkan diri dan menunjukkan portofolio kita. Padahal, dengan kita menghubungi mereka duluan itu bisa membantu mereka dan membantu kita dapet kerjaan di masa depan juga. Bahkan 95% pekerjaan aku didapat dengan cara ini,” tuturnya.
Setelah dua minggu berlalu, di akhir minggu kedua tersebut juga Dion mendapat pekerjaan pertamanya dari penerbit buku Scholastic, penerbit yang publish buku Harry Potter.
Kayak fresh graduate yang semangat banget waktu hari pertama masuk kantor, Dion juga kayak gitu waktu ngerjain ilustrasi cover buku pertamanya yang berjudul ‘Asha and the Spirit Bird’ yang ditulis oleh Jasbinder Bilan.
Ilustrasi cover buku ‘Asha and the Spirit Bird’ yang dikerjakan Dion sebagai pekerjaan pertamanya setelah lulus kuliah. (Gambar: dionmbd.com)
Setelah pekerjaan pertama tersebut, Dion mengaku kalau pekerjaan selanjutnya datang begitu saja. Mungkin hal ini juga impian semua ilustrator. Untuk itu, Dion memberikan beberapa tips buat lo yang pengen berkarier jadi ilustrator juga.
Pertama, susun portofolio bahkan sebelum lulus kuliah.
Salah satu perbedaan sistem pendidikan yang dilihat oleh Dion adalah kurangnya bimbingan untuk terjun ke dunia profesional pada sistem perkuliahan di Indonesia. Misal lo kuliah desain, tapi sampe beres tugas akhir lo masih bingung mau jadi apa. Nah, bisa jadi ini juga karena kurikulum mata kuliah di Indonesia yang terlalu melebar dan tidak spesifik.
Ada baiknya jika bisa langsung pilih jurusan kuliah yang kita minati seperti Dion milih jurusan ilustrasi. Tapi kalaupun enggak, lo bisa ngakalin dengan mengerjakan tugas-tugas kuliah bukan hanya untuk mengejar nilai bagus, tapi mengejar kegunaan tugas itu di portofolio lo.
“Yah kekurangannya mungkin nilainya nggak akan sebagus itu dan nggak memenuhi ekspektasi dosen. Tapi ketika udah bekerja, orang nggak akan lihat nilai kamu berapa. Alangkah lebih baik kalo kamu bisa susun portofolio sejak masih kuliah lewat tugas-tugas yang dikasih. Dari situ kamu bisa bangun spesialisasi kamu apa,” jelasnya.
BACA JUGA: KINUR’S STORY: RESEP BERKIPRAH TANPA IJAZAH DI INDUSTRI KREATIF
Kedua, jadilah ilustrator yang setengah fine artist dan setengah desainer.
Artis atau seniman kan pasti punya idealismenya sendiri, sedangkan di sisi lain desainer bisa memberikan solusi terbaik sesuai kemauan klien.
Sebagi ilustrator, lo harus bisa jadi keduanya. Dalam arti, karya-karya lo harus punya keunikan sendiri.
“Justru kalo menurutku, jadi ilustrator itu jangan generalis. Karena kalo cuma berbekal gambar yang bagus aja, udah banyak orang yang kayak gitu. KIta harus punya keunikan masing-masing”, tegas Dion.
Ngomongin ilustrasi yang unik, biasanya orang langsung mikir ke style. Dion sendiri mengaku kalo ilustrasinya nggak punya style tertentu, tapi semua ilustrasinya punya kepribadian.
Menurutnya, penting untuk bisa memasukkan kepribadian kita ke dalam karya yang kita buat karena dengan cara inilah kita membentuk target pasar kita sendiri. Kalau kita bisa mengembangkan sisi unik tersebut, orang akan dengan sendirinya mencari kita. Dion sendiri menganalogikan ilustrasinya punya kepribadian yang sendu dengan karakter dan permainan warnanya.
Namun, perkembangan ilustrator Indonesia nggak akan maksimal jika nggak didukung dengan perkembangan industri kreatif yang sehat juga.
Menurutnya, saat ini industri kreatif Indonesia seperti pasar asuransi di awal tahun 2000an, saat semua orang berbondong-bondong jadi agen asuransi supaya cuan.
Kini pun begitu. Banyak term pekerja kreatif, industri 4.0, konten, viral, dan sebagainya, yang kurang memperhatikan esensi kreatif itu sendiri. Pada akhirnya industri kreatif Indonesia hanya terkesan sebagai pemenuhan ego untuk mengejar perkembangan zaman dan ikut-ikutan aja.
“Mending perbaiki dulu hal lain yang lebih krusial yang nantinya juga akan berpengaruh ke perkembangan industri kreatif. Misalnya kayak pendidikan, kita bisa memulai dengan mengasah pola pikir yang kreatif itu gimana. Didukung sama sistem pendidikan yang mumpuni, permasalahan kayak fee kerendahan atau karya yang nggak dihargai juga bisa terminimalisir,” jelas Dion yang juga menuangkan opininya dalam bentuk post Instagram @Ilustrasee pada Senin (18/7) lalu.
Walaupun ekosistem industri kreatif masih belum ideal, tapi jangan jadi takut juga untuk berkarier di dunia kreatif.
Dion berpesan kepada para pembaca yang sekiranya pengen jadi ilustrator untuk bisa jadi diri sendiri dan benar-benar mempertimbangkan sebelum memilih ilustrator sebagai profesi lo. Temukan juga jati diri lo dan tuangkan itu ke dalam karya. Terakhir, jangan terburu-buru mengejar karier. Asah skill sampe khatam, dengan begitu uang bakal ngikutin tingkat kemampuan lo. (*/)
BACA JUGA: INDUSTRI KREATIF: DEFINISI DAN JENIS-JENISNYA YANG PERLU LO KETAHUI (BAGIAN 1)