Cornel Hrisca-Munn lahir tanpa dua lengan bawah dan kaki kanan yang enggak sempurna. Dengan ketidaksempurnaan fisiknya itu, dia justru bisa memainkan bass dan drum dengan standar yang jauh lebih tinggi ketimbang banyak orang yang memiliki 10 jari dan lengan bawah.
FROYONION.COM - Dikutip dari The Music Man–sebuah industri media kreatif atau bisa juga dikatakan sebuah media untuk dunia kreatif anak muda di bidang musik, Cornel Hrisca-Munn lahir tanpa dua lengan bawah dan dengan kaki kanan yang enggak sempurna. Enggak lama setelah dilahirkan, yaitu Desember 1991, dia diprediksi oleh dokter bahwa hidupnya enggak akan tahan lama.
Dia lalu diambil oleh dokter dari orang tuanya–yang konon tanpa persetujuan mereka–dan diserahkan ke panti asuhan Sueava di Rumania Utara.
Akhirnya, orang tua Cornel pun melacaknya.
Namun, karena mereka sangat miskin, bahkan tidak mungkin bagi mereka untuk mempertimbangkan membawa Cornel pulang karena mereka bekerja berjam-jam untuk menghidupi anak kandung lainnya.
Ketika si bayi Cornel ditempatkan di panti asuhan itu, oleh The Telegraph situasinya digambarkannya seperti ini: "Dia ditempatkan di ranjang besi usang di sebuah ruangan kosong yang penuh dengan bayi yang tidak diinginkan atau cacat, diberi sedikit susu dan dibiarkan mati."
Namun, si bayi Cornel selamat. Dan pada usia tujuh bulan, dia dipindahkan dari panti asuhan dan dibawa ke Inggris, tempat dia tinggal sekarang.
Doreen dan Ken Munn-lah yang membawanya ke negara itu. Mereka adalah dua pekerja kemanusiaan dari Inggris, dan menolak prediksi dokter yang mengatakan bahwa Cornel enggak akan berumur panjang.
Mereka memutuskan untuk mengasuhnya; membawanya pulang ke Worcestershire, Inggris. Mereka mengupayakan perawatan medis Cornel sebaik-baiknya, termasuk amputasi pada kaki kanannya.
Doreen dan Ken Munn secara resmi mengadopsinya pada tahun 1994–setelah perawatan Cornel–dengan persetujuan penuh dari orang tuanya di rumania.
BACA JUGA: 2 MUSISI INDONESIA YANG PATUT DIJADIKAN MATA KULIAH KAYAK TAYLOR SWIFT
Ketika berumur 4 tahun, Cornel dibawa ke klinik untuk mencoba menggunakan lengan palsu. Namun, itu malah membuatnya enggak nyaman dan memutuskan untuk hidup dengan tangan apa adanya saja--tanpa lengan palsu. Dia merasa nyaman dengan tangan yang tanpa lengan bawah itu dan sudah beradaptasi dengan baik.
Kelak, ketika Cornel mengenang pengalamannya menggunakan lengan palsu, dia berkata: Hidup akan lebih sulit dengan lengan palsu, karena terlalu berat dan saya tidak bisa mengatasinya. Saya justru baik-baik saja dengan tangan apa adanya: saya bisa menulis, menggambar, dan bermain drum.
Di usia 12 tahun, dia berkembang pesat di sekolah umum. Dia telah belajar menggunakan alat tulis seperti halnya teman-teman sekelas lainnya, menulis secepat mereka. Gairahnya terhadap sekolah ini terus berlanjut hingga jenjang pendidikan tinggi. Dia kuliah filsafat dan teologi di Oxford.
Doreen, orang tua angkatnya, berkata: "Dia terus-menerus membuat saya takjub, dia melakukan semuanya dengan antusias dan mendapatkan hasil yang luar biasa.
Mengenai keterampilannya bermain drum, pada usia 14 tahun, dia menempati posisi kedua dari 400 kontestan dalam kompetisi drum nasional. Dalam sebuah wawancara dengan msnbc.com, dia menjelaskan bagaiamana dia memainkan instrumen yang seharusnya enggak mungkin dia bisa melakukannya.
"Ketika saya mulai sekolah menengah," katanya, "saya suka belajar alat musik. Dan saya berpikir bahwa drum adalah satu-satunya instrumen yang saya bisa melakukannya secara fisik."
"Selama bertahun-tahun," lanjutnya, "saya semakin bersemangat dengan drum, dan terus bermain drum! Saya juga belajar bermain bass, dan telah melakukannya selama beberapa tahun."
Dan dia tidak membiarkan kekurangannya menghentikannya dari melakukan apa pun. Saat perang Irak, dia tersentuh oleh berita tentang Ali Abbas, penduduk Bagdhad yang terluka parah dalam serangan rudal di malam hari. Ali kehilangan kedua tangannya, dan Cornel tahu betul bagaimana rasanya ngga punya kedua tangan.
Itu membuat Cornel memutuskan membantu Ali. Dia berenang 1.000 meter dalam waktu 45 menit dan mengumpulkan 4.050 poundsterling, lalu menyumbangkannya ke Limbless Association Ali Fund.
Saati ini, Cornel menekuni musik. Dengan semua ketidaksempurnaan yang dia miliki, dia justru bisa memainkan bass dan drum dengan standar yang jauh lebih tinggi ketimbang banyak orang yang memiliki 10 jari dan lengan bawah. Kamu bisa melihatnya di YouTube dan di akun Instagramnya. (*/)
BACA JUGA: DI TENGAH SKRIPSI DAN PANDEMI, MUSIK RAP BIKIN GUE TETAP WARAS