Pertanian adalah salah satu lahan mata pencaharian masyarakat pada hampir semua pulau di Indonesia. Bermula dari ide-ide anak muda Bengkulu, Arconesia pun dibangun untuk memaksimalkannya.
FROYONION.COM – Arconesia mulai dibentuk pada tahun 2020 dengan lima pondasi anak muda, yakni Jusrian Saubara Orpa Yanda, Muhammad Alfian, Robbie Shugara, Hari Laksamana, Zakiul Fahmi Jailani. Kelima pemuda ini mengusung perputaran nilai ekonomi yang lebih optimal dalam dunia pertanian. Hal ini utamanya dengan menciptakan ruang investasi digital yang menyasar generasi muda Indonesia.
Berbekal kuliah di berbagai universitas ternama dunia, kelima anak muda yang kini baru menginjak usia 30 tahunan itu mencoba mendekatkan petani dengan masyarakat luas.
Berbekal hasil penimbaan ilmunya di Wageningen University, Belanda, Jusrian Saubara Orpa Yanda berpikir tentang cara membuat petani sejahtera dengan investasi terbuka. Investasi ini bahkan bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa perlu memiliki batasan penghasilan minimal tertentu.
Muhammad Alfian sebagai lulusan Pascasarjana Universitas Gadjah Mada membahasakan hal itu dalam sebuah sistem pemasaran koordinatif yang hingga saat ini dilakukan oleh Arconesia.
Sejak tahun 2020, Arconesia sangat gencar menunjukkan sistem investasi yang tergolong sangat mudah dan dengan ilustrasi keuntungan yang memang menjanjikan. Hanya dengan modal Rp100.000 para pemuda Indonesia diajak untuk memikirkan nasib petani, sekaligus mengambil peran sebagai pengembang dunia agraris di Indonesia yang sejatinya sudah menjadi marwah bangsa.
Semua model pemasaran itu kemudian disusun oleh Robbie Shugara dan Hari Laksamana dalam sebuah sistem informasi digital. Arconesia memiliki sebuah website bernama arconesia.com dan di dalamnya terdapat informasi mengenai investasi mudah, murah, untuk sebuah kebutuhan megah dunia agraria di Indonesia. Informasi tersebut sekaligus langsung menjadi jembatan digital untuk memulai investasi di Arconesia.
Proses yang kini bisa dinikmati dan diperoleh sangat mudah oleh para petani dan investor itu menjadi sebuah peran inovasi yang dipegang oleh Zaikul Fahmi Jailani. Berbekal pengetahuannya di Universitas Bakrie ia melihat perkembangan Arconesia dalam sekian tahun di masa depan dengan keperluan hadirnya inovasi-inovasi berwujud dunia investasi.
Itulah beberapa tangga perkembangan Arconesia yang ditapaki oleh anak-anak muda Bengkulu. Kelimanya seperti mengusung sebuah misi yang sejak awal memang sudah sesuai horizon harapan masyarakat setempat.
Mereka melalang buana ke berbagai universitas ternama di Indonesia dan dunia, begitu kembali ke tanah asal membawa berkah untuk pertiwi yang telah melahirkan mereka.
Sedikit cerita, sejak tahun 2021 Arconesia telah menjadi jembatan pengembangan pertanian di Bengkulu dengan kolaborasi bersama lebih dari 100 petani. Ratusan petani tersebut merasakan manfaat dengan menjadi praktisi pertanian di bawah naungan Arconesia.
Manfaat-manfaat yang dimaksud antara lain transparansi modal pertanian, tersedianya ruang konsultasi tentang pengembangan dan penyesuaian antara kondisi bibit dan lahan pertanian.
Keberlangsungan Arconesia hingga saat ini memperlihatkan data yang sangat menarik dan progresif. Tercatat 40 hektar lahan pertanian telah dikelola melalui permodalan Arconesia. Luasnya lahan pertanian tersebut juga didukung oleh perputaran investasi hingga 2 Miliar yang mayoritas berasal dari investor-investor muda di Indonesia.
BACA JUGA: REBRANDING SUPAYA PERTANIAN NGGAK STAGNAN!
“Awalnya Arconesia menjadi sebuah wadah bagi petani di Bengkulu saja, namun kini terlihat pergerakan Arconesia telah menyasar ruang-ruang pertanian di Indonesia secara terbuka,” ungkap Yusuf, salah seorang petani dari Jember yang memiliki minat menjadi praktisi pertanian di bawah naungan Arconesia.
“Saya baru-baru ini menghubungi Arconesia untuk kebutuhan permodalan dan pengembangan lahan pertanian saya. Saat ini saya sedang membudidayakan semangka, jagung, edamame, dan kedelai Jepang,” terangnya dengan diimbangi sebuah harapan jalan ekonomi yang lebih maju dan sejahtera untuk duni agraria di Indonesia.
Selain permodalan terbuka yang memang menjadi keunggulannya, Arconesia juga mengusung sebuah prosedur industri dalam lahan pertanian yang mampu mewadahi semua kebutuhan petani.
Industri yang dimaksud di sini adalah pengemasan hasil pertanian, pendistribusian pada ruang-ruang interaksi ekonomi makro dan mikro. Dalam hal ini, produk pertanian yang dikelola Arconesia memiliki label yang distandardisasi secara khusus sehingga dapat diterima dalam berbagai ruang perputaran ekonomis.
Ruang makro yang dimaksud di sini adalah supermarket dan swalayan-swalayan modern yang memang menerima produk pertanian yang memiliki label tertentu. Dengan hal ini nilai jual produk pertanian pun menjadi semakin tinggi.
Namun demikian, Arconesia juga masih menyasar ruang ekonomi mikro seperti toko-toko kelontong dan toko buah untuk menjadi ruang pemasaran yang intim kepada masyarakat Indonesia. Bagaimanapun masyarakat Indonesia masih memiliki ruang-ruang tradisional yang perlu disentuh sehingga Arconesia tidak hanya berwujud platform yang berkesan borjuis saja.
Dengan kedua pergerakan ini Arconesia pun mampu berinteraksi secara simultan dengan berbagai kalangan masyarakat tanpa perlu mengambil jenjang stratifikasi sosial. Hal ini berkaitan dengan sebuah perspektif bahwa semua kalangan masyarakat tetaplah butuh makan-makanan pokok yang memang khas dari Indonesia.
BACA JUGA: SEKARANG KALIAN BISA JUAL BELI DAN CEK KESEGARAN IKAN LEWAT APLIKASI FISHKU
Pergerakan itu pun berkembang pada sebuah penanaman nilai positif yang secara tidak langsung menginteraksikan para petani dengan generasi milenial dan gen-z di masa sekarang.
Modernisasi yang lebih banyak mengambil kesan kafe, mall, dan gemerlapan taman hiburan pun seolah berubah dengan menjadi mitra Arconesia. Anak-anak muda yang menjadi investor secara tidak langsung telah ikut andil membawa kemajuan dan perkembangan yang terus diinovasikan dalam dunia pertanian di Indonesia.
Bayangkan apabila pergerakan ini terus-menerus menjadi sebuah api semangat bagi generasi terkini. Pertanian pun akan menjadi sesuatu ruang permodalan mewah yang dapat mengembalikan ikon kultural bangsa Indonesia di mata dunia. (*/)