Sports

TRAGEDI KANJURUHAN 2022: BERAWAL DARI KECEMBURUAN AREMANIA TERHADAP TIM PERSEBAYA?

Lagi dan lagi, kerusuhan tim suporter sepak bola di Indonesia terjadi. Ratusan orang jadi korban jiwa dalam tragedi Kanjuruhan pada (1/10/22) malam. Lalu apa sih sebenarnya yang terjadi sama Aremania dengan Persebaya selama ini? Berikut faktanya!

title

FROYONION.COM - Sabtu (1/10/22) malam kemarin, stadion Kanjuruhan Malang, Jawa timur berubah menjadi hitam setelah adanya kerusuhan yang terjadi di dalam stadion. Ratusan korban jiwa berjatuhan, dan bahkan tidak sedikit diantara mereka masih berusia belasan hingga puluhan tahun.

Kalau mengutip dari berbagai sumber informasi, kerusuhan tersebut bermula setelah pertandingan laga antara Arema FC vs Persebaya pada Sabtu (1/10/22) jam 20.00 WIB. Pada laga tersebut, Persebaya berhasil memenangkan pertandingan 2-3 melawan Arema. Namun sayangnya sejumlah pendukung Aremania merasa kecewa dan tidak terima dengan kemenangan Persebaya pada laga tersebut.

Singkat cerita, beberapa suporter Arema turun ke lapangan untuk mencari para pemain dan ofisial dari Persebaya. Hingga pada akhirnya para petugas harus turun ke lapangan untuk mengamankan para suporter yang ingin mengejar pemain. 

Namun kondisi semakin tidak kondusif dan kemarahan para suporter tidak terkendali karena banyak dari para suporter melemparkan barang-barang ke lapangan. Hingga akhirnya polisi menembakkan gas air mata ke arah suporter untuk meredam kerusuhan yang terjadi. Tapi sayangnya usaha tersebut tidak bisa memperbaiki situasi, justru menambah masalah yang terjadi. 

Hingga artikel ini dibuat, dari keterangan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak menyebutkan ada 174 orang yang kehilangan nyawa karena mereka sesak nafas hingga ada yang meninggal karena terinjak-injak oleh penonton lain.

Fenomena keributan antar suporter bola tersebut memang tidak hanya terjadi kali ini saja, namun untuk suporter Aremania dengan Persebaya ini sangat mendarah daging. 

Dendam tersebut memang berawal bukan dari tim klub sepak bola saja, melainkan dari supporter Persebaya alias Bonek yang dinilai mereka sering merendahkan klub favorit mereka. Lalu bagaimana sejarahnya dendam itu bisa muncul? Berikut faktanya!

BERAWAL DARI KERUSUHAN DI STADION TAMBAKSARI SURABAYA 

Jadi kalau kita melihat dari sejarahnya, konflik antara Bonek dan Aremania diduga terjadi pada saat konser Kantata Takwa di stadion Tambaksari Surabaya pada 23 Januari 1990. 

Saat itu mayoritas penonton konser merupakan suporter Bonek dan juga Aremania. Pada 30 menit setelah konser berjalan, Aremania yang berada di depan panggung berteriak "Arema-arema". Merasa tidak senang karena suporter Arema lebih mendominasi di kandangnya, mereka pun menambah personil Bonek untuk memukul mundur suporter Arema keluar stadion. 

Namun para Aremania juga tidak terima dengan situasi tersebut di dalam stadion, akhirnya mereka melakukan penyerangan di luar stadion. 

Tidak sampai situ Civs, ternyata kerusuhan terus berlanjut, hingga tahun 1992 saat  tawuran terjadi lagi di lokasi yang sama. Tapi pada tahun tersebut pihak Bonek lebih mendominasi di dalam stadion dan menghadang Aremania agar tidak bisa masuk ke dalam. Karena tidak terima dengan adanya pencegahan tersebut, perkelahian kembali terjadi di luar stadion. 

DIDUGA KARENA CEMBURU DENGAN PEMBERITAAN DI MEDIA

Usut punya usut kerusuhan itu juga diduga adanya kecemburuan dari pihak Aremania kepada media provinsi yang tidak pernah memberitakan kemenangan Arema FC atau persema. Jadi selama ini ada dugaan  yang dirasakan oleh suporter Arema karena awak media seringkali menginformasikan tentang Persebaya ketimbang Arema FC.

Tidak sampai di situ, mereka seringkali melihat headline dari pemberitaan di media provinsi cenderung memberitakan informasi Persebaya meski hanya sebatas latihan rutin. Dan mulai dari situlah para Aremania merasa iri karena klub favorit nya tidak pernah di ekspos oleh media, sehingga rasa benci itu akan terus ada. 

AREMA SELALU DIREMEHKAN OLEH PENDAHULU PERSEBAYA

Dari versi lain ada yang mengatakan, pendahulu Persebaya seperti H. Barmen dan Mudayat sangat meremehkan Arema FC. Mereka menyatakan dalam sebuah media, jika tim-tim asal Malang tidak akan pernah bisa mengalahkan tim Surabaya. Jangankan menang, menurut mereka untuk bermain dengan hasil yang seri sekalipun tidak akan mungkin. Sontak para suporter Arema FC marah.

Mulai dari situlah setiap kali Bonek berencana datang ke Malang, Aremania sudah siap menghadang para pasukan dari Surabaya di perbatasan. Bahkan mereka sempat melampiaskan amarahnya kepada pengguna kendaraan roda empat bernomor polisi L dengan memecahkan kaca dan menuliskan di spanduk dengan tulisan "Kalahkan Persebaya, Bungkam Mulut Besar Barmen dan Mudayat".

Melihat dari sejarah konflik antara Aremania dengan Bonek, rata-rata terjadi hanya karena kesalahpahaman. Iya sih, layaknya orang yang kita sayangi, kita akan memperjuangkan doi meski nyawa taruhan. Begitu juga dengan kedua suporter itu. Mereka akan mendukung tim kesayangannya demi harga diri dari mereka dan juga tim kesayangannya.

Tapi yang perlu menjadi catatan adalah ketika lo menjadi fanatisme terhadap sesuatu, jangan sampai kefanatikan lo mengorbankan orang lain yang mereka sebenarnya ga ngerti apa-apa. Kita berharap hal itu tidak terjadi ke sekian kalinya ya Civs! (*/)

BACA JUGA: BAGAIMANA FANATISME DAPAT MERUSAK SEPAK BOLA INDONESIA

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muhamad Qoni

Seorang penyiar amatir yang seneng banget ngomong ngalor Ngidul di Mic dan paling demen workout. Dengan nama udara Ibnu Haswi, juga seorang obesitas tingkat 2 dengan berat badan pernah mencapai 108 kg.