Inter baru saja berstatus Campioni d’Italia musim 2023-2024. Pada musim depan, bintang kedua akan terpampang cantik di jersey mereka. Allenatore Simeone Inzaghi pun panen rekor-rekor mentereng.
FROYONION.COM - Laga pekan ke-33 kontra Milan menjadi momen klimaks bagi Inter di musim 2023-2024 kali ini. Bersua sang saudara tua AC Milan di San Siro, Lautaro Martinez cs secara meyakinkan mempecundangi Rossoneri dengan skor 1-2.
Raihan 86 poin pun sudah tak mungkin lagi dikejar Milan yang berada di posisi runner up dengan selisih 17 poin. Menyisakan 5 laga tim ‘biru hitam’ akhirnya mengunci scudetto ke-20 secara fantastis.
Laga klasik Derby della Madonnina, Selasa (23/04/24) dini hari kemarin resmi menjadikan Inter tim terkuat di Italia musim ini. Berstatus sebagai tamu, Inter tampil percaya diri demi mengamankan bintang kedua pada jersey yang akan dikenakan pada musim depan.
BACA JUGA: JERSEY TIMNAS INDONESIA 2024 PANEN HUJATAN, APA YANG SALAH DARI BRAND LOKAL?
Gol yang dicetak Francesco Acerbi (18’) dan Marcus Thuram 4 menit setelah peluit babak kedua dimulai hanya mampu dibalas sebiji gol oleh Fikayo Tomori (80’).
Hasil ini menjadi yang terburuk untuk Milan karena harus keok dalam 6 pertandingan beruntun kontra anak asuh Simeone Inzaghi.
Niat hati ingin menghambat pesta scudetto Inter, Stefano Pioli cs malah seakan-akan secara sukarela mempersilahkan San Siro menjadi panggung selebrasi juara untuk saudara mudanya.
Intensitas pertandingan berjalan dalam tempo tinggi, baik Milan dan Inter bermain terbuka dan saling berbalas serangan.
Berawal dari tendangan sudut Federico Dimarco pada menit 18, Acerbi sukses menanduk bola memanfaatkan hasil umpan sundulan Benjamin Pavard tanpa mampu diantisipasi Mike Maignan.
Acerbi sendiri yang merupakan mantan pemain Milan tampak emosional saat melakukan selebrasi.
Pada menit ke-29 memanfaatkan skema serangan balik, Milan bereaksi lewat umpan Yunus Musah pada Rafael Leao, namun sayang sepakannya masih mampu ditepis Yann Sommer dan Pavard langsung menghalau bola. Skor 0-1 untuk keunggulan Inter berakhir hingga rehat.
Berawal dari build up Sommer di menit 49, Alessandro Bastoni di sisi kiri mengirimkan umpan panjang pada Marcus Thuram yang berhasil mengkonversi peluang tersebut menjadi gol.
Kesalahan Fikayo Tomori yang terlambat menutup pergerakan striker nomor 9 ini sukses mengecoh Maignan yang merupakan sesama koleganya di timnas Prancis. Inter unggul 0-2 yang menyebabkan Milan semakin tertekan.
Milan mencoba terus mengurung pertahanan Inter hingga pada akhirnya kemelut di depan gawang berbuah hasil.
Umpan panjang Samuel Chukwueze di sektor kiri Inter disambut umpan sundulan Leao ke arah tengah, Matteo Gabbia menyundul bola yang mampu ditepis Sommer.
Bola liar yang membentur tiang gawang ditanduk oleh Tomori yang tepat pada posisinya. Milan pun menghidupkan asa untuk bisa menyamakan kedudukan.
Umpan Chukwueze menit ke-83 pada Pulisic di sisi kiri mampu dimentahkan Sommer, namun bola lepas yang disambar Noah Okafor kembali gagal berbuah gol. Insiden buruk terjadi pada menit 93, Leao yang menarik Frattesi disambut dorongan kasar dari Theo Hernandez.
Denzel Dumfries yang melihat aksi tak sportif tersebut balik mendorong Theo hingga aksi saling mencekik antara keduanya tak terhindarkan. Kejadian panas tersebut memaksa wasit mengeluarkan kartu merah dan mengeluarkan keduanya dari lapangan.
Petaka bagi Milan seakan tiada akhir, sepak pojok pada menit 90 + 7 wasit kembali mengeluarkan bek Milan Davide Calabria yang terlihat meninju Frattesi. Friksi pemain Inter dan Milan semakin menjadi-jadi.
Wasit meniup peluit pertandingan setelah tendangan sudut ini berakhir. Para pemain Inter dan seluruh staf yang berada di pinggir lapangan tampak emosional saat memasuki lapangan pertandingan.
Simeone Inzaghi yang sempat diremehkan bahkan hampir dipecat, kini bertransformasi dan pantas dijuluki spesialis juara terutama spesialis turnamen. Torehan 5 dari 6 trofi yang dipajang di lemari piala diantaranya berasal dari turnamen yaitu Coppa Italia dan Super Italia.
Ya, semua itu diraih hanya dalam tempo 3 musim yang artinya 2 trofi per musim. Saudara kandung Filippo Inzaghi ini pun secara sah dinobatkan sebagai pelatih tersukses ke-3 dalam sejarah Inter setelah Helenio Herrera dan Roberto Mancini yang mengoleksi 7 trofi.
Total dari 153 pertandingan di bawah asuhannya, Inter menggenggam 102 kemenangan, 26 hasil imbang dan 25 kekalahan. Presentase kemenangan 66,66% menjadi bukti bahwa ia lebih baik dari pendahulunya Antonie Conte yang hanya 62,75% dan Jose Mourinho 62,03%.
Bukan cuma itu, scudetto kali ini semakin indah karena untuk pertama kalinya sepanjang sejarah terjadi saat Derby della Madonnina.
Masterclass Inzaghi juga terlihat saat membawa Inter menuju final UCL tahun lalu, sayang mereka belum beruntung karena digagalkan Manchester City.
Skuad juara hasil peninggalan Antonio Conte seperti Lautaro, Barella, Bastoni hingga Darmian juga berpengaruh besar terhadap konsistensi Inter.
Belum ada tim yang mampu menumbangkan klub yang bermarkas di Giusseppe Meazza ini dalam 27 pertandingan terakhir di liga. Setelah 3 musim berusaha, Inzaghi akhirnya menggaet scudetto pertama dalam karir kepelatihannya.
Bisa dipastikan musim depan pria 48 tahun asal Piacenza ini membidik Eropa sebagai gelar selanjutnya. Hal itu tentunya hanya bisa dilakukan dengan skuad yang lebih mumpuni dari yang ada sekarang.
Inzaghi harus membenahi strategi transfer Inter musim depan, sudah saatnya berhenti mengangkut pemain bebas transfer atau pemain berharga murah. Target juara UCL hanya bisa dicapai dengan pemain kualitas top dan bermental juara. (*/)