Pencinta basket pasti kenal dengan sosok Andakara Prastawa? Andakara adalah salah satu calon legenda di dunia basket Indonesia, yang sebelumnya dibenci netizen, sampai akhirnya Andakara membawa timnas basket Indonesia menjadi juara SEA Games ke-31 kemarin.
FROYONION.COM - Andakara Prastawa, atau orang-orang menyebutnya sebagai Stephen Curry-nya Indonesia, adalah seorang pemain basket profesional yang sekarang memperkuat tim Pelita Jaya Bakrie Jakarta dan timnas Indonesia. lo yang ngikutin basket pasti tau sama pointer yang satu ini. Pras memiliki range shooting yang jauh dan akurasi tembakan di atas rata-rata, bahkan kemampuan handballing-nya juga cukup baik.
Awal gue tau Pras itu pas dia ikut di tim Aspac Jakarta sekitar tahun 2016, gue lihat permainan dia lumayan ngeri juga pas main di IBL, dari situ gue cari tau siapa si Prastawa ini. Pras juga jadi langganan masuk timnas karena kehebatan skill-nya. Namun dalam turnamen terakhir yakni kualifikasi FIBA World Cup waktu melawan Lebanon, namanya mulai diragukan oleh beberapa kalangan dan juga netizen pastinya.
Waktu itu banyak banget hujatan netizen yang datang bertubi-tubi seperti beban timnas, Pras sudah habis, pemain titipan, bahkan ada yang bilang ‘Pras ga layak masuk timnas’ dan masih banyak lagi cacian yang diterima Prastawa. Sebenarnya enggak hanya Prastawa, namun semua pemain bahkan pelatih juga dirujak netizen karena kalah telak melawan Lebanon pada saat itu.
Gue baru sadar kalau performa Prastawa itu agak menurun sejak permainan terakhir dia pas final IBL 2021 melawan Satria Muda Pertamina. Pras hanya mencetak dua poin saja sepanjang game ketiga. Permainan yang tidak seperti biasanya ini menjadi kekalahan telak bagi Pelita Jaya Bakrie Jakarta. Hujatan netizen juga membanjiri kolom komentar instagram IBL, bahkan ada yang bilang “Gaji gede cuma 2 poin.”
Menurut Bung Abo (salah satu komentator di IBL 2022), waktu SEA Games tahun 2015 & 2017, Prastawa bermain cukup memuaskan karena adanya Mario Wuysang yang sebagai point guard murni, ini membuat Prastawa menjadi Prastawa yang sesungguhnya yaitu pointer sejati.
Selepas Mario pensiun, Prastawa ‘dipaksa’ menjadi point guard murni untuk timnas di SEA Games 2019, padahal ada Hardianus Lakudu yang memang benar-benar seorang point guard murni tapi malah jadi back-up untuk Pras.
Prastawa membutuhkan partner point guard murni agar serangannya lebih efektif. Sayang jika stamina Prastawa digerus untuk mengolah bola dan membuat situasi bagi teman-temannya. Selain itu juga masalah efisiensi serangan juga bakal morat-marit jika stamina pointer ini habis. Apalagi semakin berumur semakin menurun performa dan stamina.
Gue setuju dengan pendapat Bung Abo dan menurut gue setiap pemain juga memiliki masa off-nya atau masa-masa dimana permainannya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kayak lo kalau main game pasti ada masa-masa lose streak atau banyak kalahnya kan, padahal skill lo enggak jelek-jelek amat.
Bukan karena enggak mau bermain bagus, tapi enggak tau kenapa enggak bisa mendapatkan hasil seperti yang lo harapkan. Hal ini juga dialami Prastawa di beberapa belakangan ini sebelum SEA Games ke-31.
Bahkan ketika latihan persiapan untuk SEA Games, ada scrimmage game antara elite senior team (timnas Indonesia) melawan select team (pemain luar yang bermain di IBL) yang menurut Augie Fantinus (mantan manajer timnas basket putri), permainan Prastawa tidak memungkinkan untuk mengikuti ajang SEA Games kali ini. Berbeda dengan coach Milos, ia membutuhkan peran Prastawa di timnas untuk bermain di SEA Games kali ini.
Hal ini terbukti dengan permainan Prastawa yang sangat cemerlang. Prastawa menjawab keraguan publik di game kedua melawan Thailand dengan perolehan 16 pts, 3 ast dan 3 stl. Bahkan di game keempat, Prastawa menjadi top scorer saat melawan Singapura dengan perolehan 20 pts dan 3 ast. Ini membuktikan bahwa peran Prastawa di timnas ini belum bisa tergantikan.
Gue lihat di game pertama memang menurut gue timnas masih kayak adaptasi dengan permainan. Ya kali bro, pertandingan perdana dengan perombakan abis-abisan para pemainnya masak langsung kayak dewa gitu mainnya, ya kan enggak juga. Memang sampai quarter ketiga timnas masih unggul poinnya, tapi quarter empat mulai menurun intensitasnya dan harus dilakukan overtime.
Namun di game kedua mulai nih pedenya Pras ketika menembak tiga angka. Perpaduan point guard antara Prastawa dengan Abraham menurut gue sangat efektif di game kedua, apalagi di game ketiga sampai kelima. Timnas mudah banget ngalahin lawannya dengan terpaut skor yang lumayan jauh.
Duo point guard baik Pras dengan Abraham, Pras dengan Hardianus, Pras dengan Yudha, menurut gue cukup efektif dan efisien dalam serangan. Ditambah lagi dengan adanya Derrick dan Bolden yang selalu siap rebound ketika mereka melecutkan tembakan mereka, ini membuat pemain lainnya juga tampil pede dan tenang karena ada yang siap finishing ketika tembakan mereka tidak masuk.
Permainan timnas di SEA Games kemarin menurut gue udah pas banget dengan taktik yang dibuat dari sang pelatih. Walaupun ditengah pertandingan banyak hujatan netizen di kolom komentar mengenai Coach Toro yang seakan-akan menjadi pelatih kepala, menurut gue mungkin itu salah satu faktor yang membuat Indonesia bisa membawa pulang emas.
Pelatih maupun staf pasti sudah memikirkan berbagai taktik untuk diterapkan di permainan, mana yang cocok untuk menghadapi taktik A, mana yang cocok untuk menghadapi taktik B, dan seterusnya.
lo sebagai warga negara yang baik harus mendukung pemain yang membawa nama harum bangsa, entah pemain itu lagi bagus-bagusnya atau sedang di masa off-nya. Menurut gue yang namanya sudah masuk di timnas berarti pemain itu sangat bagus baik dari skill maupun kontribusi permainan mereka di tim. Para atlet ini sebelumnya kan juga sudah melakukan training camp dan seleksi, pasti dipilih yang terbaik dong.
Jadi atlet itu susah loh, kalau lagi on fire dipuji setinggi-tingginya, kalau lagi jelek mainnya malah dicaci maki serendah-rendahnya. Semoga lo yang baca ini bukan salah satu dari netizen yang buruk ini ya.