Goalball atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan Bola Gawang, merupakan suatu cabang olahraga untuk orang-orang tunanetra, penasaran seperti apa? Cekidot.
FROYONION.COM - Sebuah olahraga cukup unik ini merupakan salah satu olahraga yang populer di kalangan penyandang tunanetra. Olahraga ini dilakukan dengan menggunakan insting pendengaran yang tajam, karena kondisi mata ditutupi oleh penutup mata, serta tidak boleh mengeluarkan suara pada saat berjalannya permainan.
Mungkin kalangan anak muda juga belum banyak yang mengetahui olahraga ini, padahal sudah beberapa kali di masukkan ke dalam cabang olahraga pada acara Paralympic, Asian Para Games, Asean Para Games, maupun turnamen lainnya.
Baru-baru ini, tim goalball Indonesia juga baru saja berhasil menyabet medali pada gelaran Asean Para Games 2022 yang dilaksanakan di Indonesia, tepatnya di kota Solo, Jawa Tengah. Tim Indonesia putri berhasil meraih medali perunggu setelah berhasil mengalahkan Laos, sedangkan tim putra meraih medali perak, setelah di final tim putra Indonesia dikalahkan oleh tim putra dari Thailand.
Dikutip dari wikipedia, permainan ini dibuat oleh orang Austria yaitu Hanz Lorrenzen serta orang dari Jerman, Sett Reindle pada tahun 1946. Awalnya permainan ini digunakan untuk rehabilitasi prajurit perang dunia.
Seiring berjalannya waktu, tepatnya pada tahun 1976, olahraga ini pertama kali dimainkan pada ajang Paralympic,yang dilaksanakan di Toronto, Kanada.
Kemudian pada tahun 2020, Paralympic dilaksanakan di Tokyo, Jepang. Kategori Goalball atau Bola Gawang ini masih menjadi kategori olahraga di dalamnya. Pada gelaran tersebut, tim Putra Brazil berhasil meraih medali emas, sedangkan untuk tim putri, peraih medali emas berhasil di raih negara Turki.
Pada tahun 2022, Asean Para Games juga memasukkan kategori Bola Gawang ini, dengan peraih medali emas tim Putra dan Putri yaitu negara Thailand. Indonesia berhasil meraih medali Perunggu untuk tim putri, dan Perak untuk tim putra. Hal ini cukup menjadi prestasi untuk negara Indonesia, dan atlet-atlet tersebut patut mendapat apresiasi dari seluruh masyarakat Indonesia.
Permainan ini membutuhkan area lapangan dengan ukuran lebar 9 meter, panjang 18 meter. Sementara itu, berat pada bola 1.25 kilogramdengan di dalamnya terdapat gotri. Adanya gotri supaya dapat menghasilkan suara dari bola, karena permainan ini sangat membutuhkan pedengaran yang baik. Bola ini berdiameter 76 cm, serta terdapat 8 lubang, 4 di atas, 4 di bawah. Lubang tersebut berguna supaya bola tidak memantul terlalu jauh. Untuk ukuran gawang pada permainan ini, lebar seukuran dengan lebar lapangan, sedangkan tinggi gawang 1.3 meter.
Lapangan terbagi menjadi area lawan dan kawan, setiap area diberikan garis timbul supaya dapat diketahui oleh pemain, dengan cara meraba ataupun menginjaknya. Garis tersebut terbuat dari selotip, yang dibawahnya terdapat sebuah kabel.
Pakaian yang digunakan oleh pemain bebas menggunakan bahan apa saja, namun warna pakaian pemain harus sama. Pakaian tersebut juga harus diberikan nomor supaya dapat mempermudah untuk mengenali identitas pemain. Pemain juga bebas untuk menggunakan pelindung kaki atau tidak.
Pemain juga diwajibkan untuk menggunakan kacamata khusus atau penutup mata yang bertujuan untuk menggelapkan penglihatan. Selain kacamata, biasanya dibawahnya juga diberikan penutup mata yang ditempelkan ke wajah pemain, hal ini dilakukan untuk benar-benar memastikan si pemain agar tidak dapat melihat apapun.
Pada kejuaraan profesional, kelas-kelas dari atlet tersebut dibagi menjadi empat kategori, yaitu B1, B2, B3, serta Buta Total.
Permainan ini dilakukan dengan durasi 2x12 menit, atau total 24 menit. apabila skor imbang, maka akan ada perpanjangan waktu 2x3 menit, apabila skor belum berubah maka dilakukan adu penalty. Jika terjadi gol dengan jarak 10 poin dengan lawan, maka pertandingan harus di selesaikan walaupun menit bermain belum usai.
Setiap tim boleh memiliki 6 pemain, 3 pemain inti di lapangan serta 3 pemain cadangan. Di lapangan, pemain dibagi menjadi tiga posisi, yaitu right wing, left wing dan centre. Pemain-pemain tersebut menjaga sisi lapangan sesuai dengan nama tersebut, dan yang paling utama menjaga bola supaya tidak masuk ke dalam gawang.
Setiap tim di perbolehkan meminta timeout, tetapi hanya satu kali di setiap pertandingan, tetapi apabila timeout tidak digunakan, maka kesempatan tersebut akan hangus.
Dalam berjalannya permainan, pemain diwajibkan untuk tidak bersuara, serta tidak di perbolehkan untuk menyentuh penutup mata tanpa izin. Wasit juga memerintahkan supaya seluruh pemain, official dan penonton untuk diam. Apabila sudah terasa sangat hening, maka wasit meniup peluit sebanyak tiga kali, lalu wasit mengatakan ‘Play’. Apabila dalam permainan sedang berlangsung, kemudian terdapat pemain maupun official melanggar hal tersebut, maka akan dilakukan penalty.
Penalty dilakukan dengan satu pemain di dalam lapangan dari masing-masing tim. Tim yang melanggar diusahakan untuk memblokir bola supaya bola tidak masuk ke dalam gawang, sedangkan lawan mereka melempar bola tersebut supaya bola dapat masuk ke gawang lawan.
Karena bola yang dilemparkan cukup berat, maka diperbolehkan melempar dengan dua tangan, bisa juga menggunakan satu tangan, dengan catatan bola tersebut menggelinding atau paling tidak menyentuh area lantai lapangan.
Jika bola out, maka wasit akan meniup peluit, pada kondisi ini pemain, official, bisa bersuara maupun tepuk tangan, para penonton juga bisa bersuara maupun menyanyikan yel-yel tim kebanggaannya. Permainan ini juga dapat ditonton dengan teman-teman tongkronganmu lho, Civs. Dengan begitu, terdapat lebih banyak anak muda mengetahui olahraga ini. Selain itu, kemungkinan juga dapat memunculkan ide kreatif lainnya, karena olahraga ini masih jarang ditemui di Indonesia. Dengan mata tertutup lalu melemparkan bola, tentu saja orang-orang biasa seperti kita juga dapat melakukannya, sehingga dapat juga memeriahkan acara perlombaan tingkat sekolah maupun desa di sekitar kita.
Tetap semangat untuk atlet-atlet goalball Indonesia, semoga tetap memberikan prestasi untuk bangsa Indonesia, serta selalu memberi inspirasi serta budaya yang baik untuk anak-anak muda di Indonesia. (*/)