PSSI menggandeng brand lokal Erspo untuk menyediakan perlengkapan pemain timnas, utamanya jersey. Namun, jersey bikinan mereka malah ramai dirujak netizen. Duh, kasihan deh.
FROYONION.COM - Menjelang laga timnas Indonesia melawan salah satu musuh bebuyutannya, Vietnam, di Kualifikasi Piala Dunia 2026, jersey timnas Indonesia 2024 diperkenalkan oleh Erspo.
Perkenalan ini mengakhiri kerjasama timnas Indonesia dengan brand lokal Mills yang menyuplai semua kebutuhan pemain sejak tahun 2020 lalu.
Itu artinya, sudah saatnya bagi suporter timnas untuk segera move on dan mengucapkan salam perpisahan pada jersey timnas berkerah yang berhasil tampil di Piala Asia 2023. Juga mungkin pada jersey timnas dengan motif sayap garuda di kiri-kanan bahu.
Kini, masih mengandalkan brand lokal dalam rangka mendukung industri lokal, PSSI mempercayakan kebutuhan jersey timnas kepada Erspo alias Erigo Sport.
BACA JUGA: CARA MENCUCI JERSEY YANG BAIK DAN BENAR, JANGAN GUNAKAN PEMUTIH!
Erigo sendiri bukanlah nama baru di industri fashion tanah air. Hanya saja untuk urusan perlengkapan olahraga, mulai dari jersey hingga printilan lainnya, Erigo baru merintisnya lewat Erspo ini.
Lalu seperti apa jersey timnas Indonesia 2024 ini yang kabarnya sukses bikin netizen di seantero media sosial kecewa berat?
Bukan hal baru jika sebuah brand membuat jersey teranyar sebuah tim dengan referensi jersey lama tim tersebut. Alasannya beragam, bisa karena jersey tersebut punya nilai history yang penuh kejayaan, bisa juga karena punya motif yang menarik.
Untuk jersey terbaru timnas Indonesia kali ini, Erspo mengaku kalau mereka mengambil inspirasi dari jersey timnas ketika sukses menundukkan Jepang di laga persahabatan pada tahun 1981 dengan kemenangan 2-0.
Meski rasanya kemenangan melawan Jepang tersebut merupakan sesuatu yang terdengar hebat sekarang, perlu diingat bahwa dulu kualitas timnas sepakbola Indonesia dan Jepang itu setara.
BACA JUGA: JERSEY GIMME 99, REKOMENDASI STYLE FASHION BLOKE CORE MASA KINI
Melansir tulisan yang tayang di Jawa Pos, sebetulnya baik Jepang maupun Indonesia di era tahun 1960 hingga 1980-an, pernah saling mengalahkan. Bahkan Indonesia pernah membabat habis timnas Jepang dengan skor tragis 7-0.
Bahwa kemudian timnas Jepang sekarang berkembang pesat dan sukses mengirim para pemainnya meniti karir di Eropa, tentunya menjadi tamparan kenyataan paling pahit bagi timnas kita dan organisasi yang menaunginya.
Sah rasanya jika sebagai suporter timnas, kita protes, “PSSI ngapain aja sih selama ini?”
Balik lagi ke jersey timnas teranyar. Jika acuannya adalah jersey tahun 1981, maka tak heran jika warnanya cenderung polos.
Namun jika dilihat lebih teliti lagi, sebetulnya di bagian jahitan yang menyambung potongan kain sebetulnya terdapat sebuah garis putih yang tak terlalu tebal tapi cukup terlihat.
Hal inilah yang berbeda dengan jersey terbaru timnas bikinan Erspo yang nyaris polos sepenuhnya jika bagian o-neck dan bagian lengannya tidak disertai garis putih.
Kesan polos dan kelewat simpel ini bahkan dipertegas dengan bawahannya yang juga berwarna merah.
Apesnya, jersey polos warna merah ini bukan hanya milik timnas Indonesia saja, melainkan juga mirip dengan milik timnas Singapura dan Vietnam.
BACA JUGA: REKOMENDASI 4 BRAND LOKAL MENGUSUNG STYLE BLOKECORE
Tak hanya itu saja, harga jersey teranyar ini lebih mahal ketimbang harga jersey sebelumnya.
Sebagai perbandingan harga jersey untuk kategori player issue milik Erspo dibanderol sekitar Rp 1.299.000. Dibandingkan dengan milik Mills sebelumnya yang dibanderol Rp 939.000 saja dan kini bahkan didiskon hingga harganya menjadi sekitar Rp 700 ribuan.
Berkat itulah, lengkap sudah alasan bagi netizen yang ingin timnas tampil beda sendiri, untuk membabat habis jersey dari Erspo ini.
Banyak yang membandingkannya dengan jersey produksi Mills yang dianggap masih lebih baik.
Tak sedikit juga yang mempertanyakan kenapa brand baru seperti Erspo yang memenangkan tender di antara brand fashion olahraga lainnya yang jauh berpengalaman seperti Specs, Ortuseight, hingga League?
Namun, untuk yang satu ini, sudah jadi rahasia umum bahwa Erspo menang tender karena memberikan ‘harga terbaik’ ke PSSI.
Yang lain mengharapkan jika jersey warna merah itu dikombinasikan dengan bawahan berwarna putih, seperti jersey yang akrab kita lihat selama ini. Dan seharusnya ini masih bisa diterapkan nantinya kalau lawan timnas berikutnya tak mengenakan jersey atau bawahan warna putih.
Akan tetapi, ada penjelasan kenapa jersey tersebut cenderung polos dan simpel dan tampak menjemukan. Hal tersebut terkait regulasi FIFA mengenai jersey seperti apa yang boleh dipakai setiap tim.
BACA JUGA: MENGULIK LEBIH DALAM TREN FASHION “BLOKE CORE” YANG LAGI VIRAL DI TIKTOK
Melansir laman Duke.edu, dijelaskan bahwa setiap tim harus memiliki dua jenis jersey. Yakni yang berwarna terang dan yang berwarna gelap.
Selain itu, disebutkan juga di setiap jersey hanya diijinkan ada empat warna saja dengan satu warna yang harus menjadi dominan.
Apabila mengacu pada regulasi ini, masuk akal jika variasi warna putih tak begitu melimpah di jersey warna merah. Begitu pun sebaliknya.
Hal ini lantaran warna merah dan putih merupakan dua warna yang saling kontras. Yang satu terang dan lainnya gelap. Tak heran demi mematuhi regulasi, jersey timnas dibuat polos dan simpel.
Meski begitu, sudah semestinya ada detail tambahan yang bisa menjadi daya tarik dan pembeda agar suporter timnas mau mengincar jersey ini. Entah itu diberi motif batik sayap garuda seperti yang dilakukan Mills sebelumnya atau yang lainnya.
Mengingat ini masih baru awal, kiranya ke depannya Erspo akan menjadikan segala kritik sebagai motivasi untuk menghasilkan jersey yang lebih baik nantinya.
Meski desain jersey kandang-tandang timnas mengecewakan dan jaketnya yang dianggap mirip jaket guru penjas, netizen mengapresiasi desain jersey training yang dibikin Erspo. Sebab jersey itu punya motif yang unik dan menarik.
Hanya saja, apesnya lagi, jersey tersebut pun tak luput dari kritik. Tak tanggung-tanggung, kritik itu datang dari pelatih Shin yang menganggap kurangnya daya serap keringat pada jersey latihan tersebut.
CEO Erspo merespon kritik itu dengan cukup baik. Mereka mengaku terbuka dengan kritik yang ditimpakan. Dan kabarnya mereka akan segera mengganti bahan kain untuk jersey yang lebih sesuai dengan permintaan pelatih Shin.
Hanya saja yang mengecewakan barangkali disertakannya video yang menampilkan jersey tersebut dikucuri air dan menjadi basah seketika. Sikap yang seolah mengisyaratkan bahwa kritik pelatih Shin sepenuhnya ngawur.
Di antara komentar kekecewaan soal jersey timnas yang saya temukan, masih ada beberapa orang menyarankan agar urusan jersey timnas diberikan kepada brand seperti Nike atau Adidas.
Saya cukup sedih ketika membaca komentar itu, karena seolah-olah brand lokal kita tidak becus mengurusi itu. Padahal Mills sebelumnya sudah berhasil membuktikan bahwa mereka mampu mengurusi jersey timnas.
Namun jika mau menengok ke belakang, sebetulnya Indonesia sudah pernah bekerja sama dengan dua brand apparel dunia itu. Bahkan dengan durasi kontrak yang tidak sebentar.
Ada beberapa jersey yang mereka bikin mampu menyita perhatian dan menjadi incaran kolektor. Namun, ada juga jersey yang tampak biasa saja.
Bahkan jersey bikinan Nike untuk timnas tahun 2018 hingga 2020 sama polosnya dengan jersey bikinan Erspo.
Lebih jauh lagi, jika mau membandingkan dengan jersey yang diproduksi Nike atau Adidas untuk timnas yang terlibat pada Euro 2024, mudah ditemukan ada jersey yang bagus dan ada yang bapuk tanpa ampun.
Misalnya, ada jersey away dari tim sekelas Perancis yang terlihat seperti piyama bahkan jersey tim bisbol dengan hiasan ayam jago segede gaban di dada kiri.
Ada juga jersey home timnas Denmark yang kurang lebih mirip dengan jersey Erspo namun disebut mirip taplak meja. Yang paling mengecewakan barangkali jersey away Spanyol yang warna kuning pucatnya bikin pedih di mata.
Bahkan jersey away milik timnas Belgia yang terinspirasi dari karakter kartun Tintin berhasil memecah belah kelompok suporter karena sebagian menyebutnya norak dan yang lainnya justru menganggapnya unik
Tentunya, dengan perbandingan ini, saya tak hendak mengatakan bahwa tiap kekurangan pada jersey bikinan brand lokal harus dimaklumi kekurangannya dan tidak boleh dikritik.
Melainkan, saya hendak mengajak kalian berpikir secara adil bahwa tak melulu brand lokal akan menghasilkan produk yang buruk, sebagaimana tak melulu brand kelas dunia menghasilkan produk yang pasti bagus.
Keputusan PSSI memilih brand lokal untuk menggarap jersey timnas sudah sepatutnya kita rayakan. Karena itu memberi kesempatan kepada brand lokal kita untuk tumbuh dan dikenal di kancah internasional.
Lagipula saya cukup meragukan, jersey menjadi aspek terpenting yang menentukan bagus tidaknya permainan sepakbola sebuah tim.
Sejauh pengalaman, dalam bermain Mobile Legends misalnya, player yang punya skin mentereng tak selalu dibarengi dengan skill bermain yang sama gemilangnya. Begitu pun dalam urusan jersey begini. (*/)