Sosok pesepakbola satu ini sempat terseok di awal karirnya. Namun, gaya mainnya yang unik membuatnya bisa lolos ke Timnas Indonesia. Ikuti perjalanannya di tulisan ini.
FROYONION.COM - Rakyat Indonesia kembali bergembira dengan pencapaian timnas sepak bola. Dua kali kemenangan Timnas melawan Curacao dalam FIFA Matchday bulan September berhasil memperbaiki peringkat mereka di skala internasional. Dari segi taktis juga memuaskan. Walaupun melawan tim peringkat 84, tidak ada rasa gentar dari tim dan berhasil menyajikan permainan atraktif yang menyulitkan lawan.
Banyak pujian datang untuk Shin Tae-Yong, arsitek Timnas asal Korea Selatan yang tulus memperbaiki sepak bola kita. Berdasarkan pendapat Bung Edwin, komentator pertandingan kedua (27/9), Shin Tae-Yong berani bertaruh dalam memotong generasi yang seharusnya menjadi pilihan utama saat ini. Generasi yang dimaksud adalah Timnas U-19 2013 angkatan Evan Dimas yang sekarang telah memasuki usia emas pesepak bola.
Pesepak bola akan memasuki usia emas mereka dari usia 25 hingga 29 tahun. Pada usia tersebut, fisik dan pengalaman pemain sudah mumpuni untuk bersaing menjadi terbaik. Angkatan Evan Dimas harusnya menjadi pilihan utama Timnas saat ini andai karir mereka berkembang dari tahun ke tahun.
Sayangnya, faktor fisik serta pengalaman gagal memenuhi kriteria Shin Tae-Yong sehingga keberadaannya terpinggirkan. Tapi tenang, ada satu angkatan Evan Dimas yang sedang menjadi buah bibir media massa. Siapa lagi kalau bukan si nomor 9 Timnas saat ini, Dimas Drajad.
Dimas Drajad sedang menikmati karirnya saat ini. Dua pertandingan melawan Curacao dengan torehan dua gol dan satu assist membuat dirinya menjadi trending topic di Twitter. Namun asal kalian tahu, sebenarnya Dimas Drajad bukan pilihan Timnas U-19 angkatan Evan Dimas lho, Civs! Lalu, bagaimana lika-liku karir dirinya dari awal hingga sekarang?
Dimas Drajad adalah pesepakbola berposisi striker yang lahir satu kota dengan gua, yakni di Gresik. Dia merupakan bagian dari Timnas U-19 2013 yang digadang-gadang jadi generasi Timnas ke depan. Sayangnya, karir Dimas di Timnas tidak berjalan mulus. Saat juara AFF U-19 misalnya, dia kurang dikenal karena menjadi backup dari Muchlis Hadi Ning Syaifulloh, striker andalan Timnas saat itu. Kondisi ini terus berlanjut hingga turnamen kelompok umur berikutnya.
Meskipun jarang jadi starting eleven, Dimas berhasil menarik minat klub profesional memakai jasanya. Sayang, karirnya masih terhambat karena badai cedera, pembekuan PSSI, dan Pandemi Covid-19 sehingga belum bisa dilirik banyak orang. Hal inilah yang membuat dia masih jarang dipanggil di Timnas Senior.
Hambatan yang diterima tidak membuat Dimas Drajad patah semangat. Pandemi Covid-19 memberi berkah baginya karena punya waktu pemulihan cedera lebih banyak sehingga sangat siap untuk mengarungi kompetisi. Dan keseriusan Dimas Drajad dimulai.
Pada BRI Liga 1 2021/2022, nama Dimas Drajad menjadi perhatian banyak kalangan karena meramaikan persaingan striker liga yang didominasi pemain-pemain asing. Dia mencetak 11 gol dan menjadi penyerang “pribumi” tersubur musim lalu. Pencapaian tersebut berhasil membawa namanya kembali terpanggil di Timnas persiapan kualifikasi Piala Asia 2023.
Dimas Drajad menjadi jawaban Timnas saat itu. Shin Tae-Yong yang sudah melatih selama dua tahun masih dipusingkan dengan posisi striker yang kurang ganas di depan gawang. Ada rencana menaturalisasi pemain, namun masih urung dilakukan karena beberapa faktor. Dan pemanggilan Dimas Drajad menjawab kekhawatiran pria yang akrab disapa STY.
Walaupun hanya mencetak satu gol, perannya sangat penting dalam memecah kebuntuan. Terbukti, tugas Dimas Drajad tidak hanya mencetak gol, namun juga menjadi fasilitator bagi teman-temannya dengan mencetak assist dan ikut membantu serangan. Timnas pun berhasil lolos ke Piala Asia
Puncaknya ketika Timnas Indonesia melawan Curacao dua match kemarin. Kembali dipercaya sebagai starter, Dimas Drajad membuktikan bahwa dirinya pantas menjadi striker nomor 9 dengan mencetak dua gol serta membuat assist yang membuat Timnas back-to-back meraih kemenangan.
Nama Dimas Drajad juga dielu-elukan pecinta sepak bola nasional karena setelah menanti lama, akhirnya Timnas kembali punya striker tajam sepeninggalan Bambang Pamungkas dan Boaz Solossa. Posisi striker memang menjadi masalah utama Timnas beberapa tahun terakhir. Dan kini, posisi tersebut kemungkinan akan menjadi milik Dimas beberapa tahun ke depan.
Gaya main Dimas Drajad cocok dengan taktik yang diterapkan Shin Tae-Yong. Tugas seorang striker adalah mencetak gol. Namun, ada penilaian lain yang membuat seseorang berbeda dengan lainnya. Dimas Drajad mampu beradaptasi dengan taktik STY yang mengandalkan pressing dan bola-bola pendek. Selain itu, dia juga mau untuk jemput bola agar taktik berjalan sempurna. Sesuatu yang sulit dicari oleh STY karena kebanyakan striker yang dipanggil jarang membantu pertahanan untuk merebut bola.
Bukan bermaksud melebihkan, namun peran Dimas Drajad menyadarkan saya dengan Olivier Giroud di Timnas Perancis. Walaupun tidak mencetak gol saat Piala Dunia 2018, Giroud berhasil memancing bek-bek lawan memarkingnya dan membiarkan rekannya kosong sehingga berhasil membawa Prancis juara.
Hal tersebut juga diterapkan Dimas Drajad saat diberi kesempatan bermain. Dengan memanfaatkan posisi sebagai striker, Dimas membiarkan dirinya menjadi target bek lawan dan memberikan ruang bagi rekannya mencetak gol. Naluri menyerangnya juga tidak tumpul. Dimas memiliki finishing serta positioning yang bagus dan berhasil membuat ancaman musuh beberapa kali hingga gol berhasil dia konversikan.
Di tengah maraknya striker asing Liga 1, Dimas menganggapnya sebagai berkah karena minim persaingan dengan tempatnya di Timnas. Saingan beratnya mungkin Spaso yang menjadi andalan di Bali United. Sayangnya, pola permainan Spaso tidak cocok dengan skema STY sehingga dipilihlah Dimas Drajad untuk mengisi posisi striker. Dan pilihan STY telah menyudahi pencariannya atas striker yang dikeluhkan selama ini.
Dimas Drajad membuktikan bahwa setiap keinginan pasti terwujud dengan giat berusaha. Kalah saing di Timnas U-19 serta awal karir profesional yang terhambat karena cedera tidak menyurutkan semangatnya untuk menjadi nomor satu. Dia tidak terlena dengan rasa puas seperti teman-teman angkatannya dan tetap fokus pada tujuan hidup. Hasilnya bisa dilihat satu tahun terakhir dengan puncak karirnya saat pertandingan Timnas melawan Curacao kemarin.
Kita doakan semoga Dimas Drajad tetap konsisten sehingga karirnya dapat berkembang progresif. Setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya. Dan Dimas Drajad sedang menikmati masanya di usia emas pesepak bola. (*/)
BACA JUGA: PELATIH-PELATIH BERKELAS DUNIA DATANG KE LIGA 1, INI EMPAT DAMPAK POSITIFNYA BAGI KLUB MAUPUN TIMNAS