Sports

BISAKAH NEGARA-NEGARA TIMUR TENGAH MEMBENTUK KONFEDERASI SEPAK BOLANYA SENDIRI?

Kontroversi wasit Oman pada pertandingan Bahrain vs Indonesia memunculkan satu pertanyaan: bagaimana kalau negara-negara Timur Tengah membentuk konfederasi sepakbola mereka sendiri?

title

FROYONION.COM 10 Oktober 2024 jadi Hari Patah Hati Nasional buat penggemar sepakbola. Bukan karena timnas seri, tapi keputusan bias wasit yang merugikan kita berkali-kali. 

Pada tanggal tersebut, Indonesia dijamu Bahrain untuk putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Laga dipimpin Ahmed Al Kaf, wasit asal Oman yang mengesahkan gol Bahrain di menit ke 90+9 walaupun tambahan waktu di babak kedua hanya 6 menit. 

BACA JUGA: HASIL DRAWING KUALIFIKASI PIALA DUNIA ROUND 3 ZONA ASIA DAN JADWAL LENGKAPNYA 

Banyak keputusan Al Kaf yang juga dianggap janggal. Termasuk di antaranya menyatakan sangat banyak pelanggaran untuk Indonesia dan sangat sedikit untuk Bahrain walau beberapa pemain jelas-jelas melakukan diving

Ini bukan kali pertama wasit Timur Tengah menunjukkan bias mereka pada pertandingan sepakbola yang melibatkan negara Timur Tengah pula. 

Masih ingat jelas di ingatan kita bagaimana Qatar kerap melakukan upaya mengulur waktu serupa Bahrain saat menghadapi Indonesia di Piala AFC U23 lalu. Cara licik mereka ini juga luput dari peluit dan kartu kuning wasit. 

Indonesia bukan satu-satunya korban. Jepang terlebih dahulu menjadi target kejahilan Bahrain saat pemain mereka mendapat sorotan laser ketika bertanding.

BACA JUGA: FENOMENA FANS FOMO TIMNAS INDONESIA, HAL WAJAR ATAU BAKAL JADI BUMERANG?

India juga pernah dirugikan oleh permainan kotor Qatar saat bola yang sudah berada di luar garis gawang diambil kembali oleh pemain Qatar hingga berbuah gol.

Muncul spekulasi bahwa ada permainan uang yang melibatkan wasit dan federasi sepakbola negara-negara Timur Tengah. Apalagi, kita tahu bahwa negara-negara importir minyak itu kaya raya. 

Nah, sekarang pertanyaannya, supaya kejadian serupa tidak terulang lagi, bagaimana seandainya negara-negara Timur Tengah ini membentuk konfederasi sepakbola mereka sendiri saja? 

Tujuannya supaya negara-negara Arab ini bertanding dengan sesama negara Arab di level regional, tidak lagi merecoki negara Asia lainnya. Bisa tidak, ya? 

KONFEDERASI SEPAKBOLA TIMUR TENGAH, MUNGKINKAH? 

FIFA sebagai organisasi sepakbola dunia, menaungi beberapa induk organisasi sepakbola di tingkat regional. Terdapat total 6 konfederasi sepakbola yang tersebar di lima benua di seluruh dunia.

Keenamnya adalah AFC di Asia (kecuali Australia yang berpindah konfederasi), UEFA di Eropa, CAF di Afrika, CONMEBOL di Amerika Selatan, CONCACAF di Amerika Utara dan OFC di Oseania. 

Dari keenam konfederasi sepakbola tersebut, yang termuda adalah OFC karena didirikan pada 1966. Belum ada lagi konfederasi sepakbola baru yang terbentuk setelahnya. Justru, sempat ada wacana untuk menggabungkan dua konfederasi menjadi satu. 

CONMEBOL dan CONCACAF, misalnya. Keduanya sama-sama berasal dari benua Amerika. Dilansir dari iNews, penggabungan dua konfederasi ini sempat diusulkan oleh Presiden FIFA Gianni Infantino pada 2017 silam. 

Sayangnya, tidak dicapai kesepakatan antara dua konfederasi tersebut. Alasannya beragam, mulai dari perbedaan wilayah dan level yang mencolok hingga latar belakang budaya. 

Selain itu, OFC juga sempat diusulkan untuk bergabung dengan AFC. Sebelum Australia meninggalkan OFC, ada usulan untuk membagi Asia dalam dua konfederasi berbeda. Namun rencana ini gagal karena banyak negara yang menolak. 

Bisa dibilang, keputusan untuk menggabungkan dua konfederasi, membentuk konfederasi baru hingga berpindah konfederasi membutuhkan persetujuan dari banyak pihak. Harus dilihat juga apakah ada keuntungan dari tindakan tersebut.

Kita bisa lihat pada saat Australia melakukan migrasi dari OFC ke AFC. Mengutip dari penjelasan Goal.com, alasan utama Socerroos keluar dari OFC ialah demi kompetisi yang lebih baik. 

Australia bisa dibilang overpower di OFC. Namun, jatah OFC di Piala Dunia sangat terbatas. Negara-negara OFC hanya berpeluang tanding di pesta sepakbola terbesar itu lewat jalur play-off antar konfederasi. 

Langkah Australia seringkali terjegal di babak play-off ini. Pada 2005, Australia memutuskan mengundurkan diri dari OFC dan bergabung dengan AFC. Imbasnya, hingga kini tercatat Australia telah mengikuti Piala Dunia sebanyak 5 kali. 

Perpindahan konfederasi ini harus memenuhi tiga kondisi utama. Pertama, FIFA menyetujui permohonan pindah. Kedua, tidak ada protes keberatan dari negara-negara di zona tujuan. Ketiga, konfederasi tujuan menyetujui perpindahan itu.

Beralihnya Australia dari OFC ke AFC juga menguntungkan banyak pihak. Australia semakin mudah masuk Piala Dunia dan tim-tim Asia menjadi semakin kompetitif karena banyak pemain Australia bermain di Eropa. 

Sementara bagi OFC, kepergian Australia memberi kesempatan bagi tim-tim negara lain dalam mendapat tempat di babak play-off antar benua. OFC tidak lagi didominasi satu negara sehingga negara-negara lain bisa meningkatkan level sepakbola mereka. 

BACA JUGA: NATURALISASI: REGULASI FIFA DAN CARA PEMAIN DIASPORA MENDAPAT KEWARGANEGARAAN 

Ini artinya, apabila suatu hari nanti ada konfederasi baru yang terbentuk,  maka itu harus dari keinginan negara-negara yang hendak membentuk konfederasi. Selain tentunya persetujuan FIFA dan ada keuntungan yang diraih dari terbentuknya. 

Pertanyaannya sekarang, maukah negara-negara Timur Tengah bersatu membentuk konfederasi sendiri saat sudah ada AFC yang menaungi mereka selama ini? 

Keuntungan dari adanya konfederasi baru khusus Timur Tengah juga tampaknya tidak terlalu menggiurkan. Pasalnya, jatah lolos ke Piala Dunia hampir pasti tidak akan sebanyak AFC. 

Walaupun memang tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, namun dalam waktu dekat sepertinya kita tidak bisa menantikan negara-negara Timur Tengah angkat kaki dari konfederasi sepakbola Asia dan membentuk konfederasinya sendiri. 

MEREKA YANG PINDAH ATAU KITA YANG BERBENAH 

Keputusan kontroversial wasit Al Kaf tidak hanya menggemparkan Indonesia. Netizen Jepang, Irak, Filipina hingga Korea Selatan juga beramai-ramai membahasnya. 

Di kolom komentar Youtube AFC, banyak warga internet Jepang mengutarakan pendapat mereka. “Selamat datang di level AFC,” katanya. 

Netizen lain mengatakan bahwa jika Indonesia bisa bertahan dari drama Timur Tengah, maka Indonesia akan menjadi negara langganan Piala Dunia. 

Komentar ini tentu datang dari pengalaman Jepang yang sudah kenyang dicurangi oleh negara-negara Timur Tengah. Tim sepakbola Jepang tumbuh semakin kuat hingga permainan kotor sekalipun tidak bisa mengalahkan mereka. 

Karena kita tidak bisa mengharapkan negara-negara Timur Tengah membuat konfederasi sendiri supaya kita tidak perlu lagi menghadapi mereka di laga regional, maka solusi yang tersisa adalah membenahi sepakbola kita supaya menjadi lebih baik. 

Ini tentunya butuh usaha kolektif semua pihak. Mulai dari permainan yang semakin apik dari tim pemain, pelatih dan ofisial, perbaikan fasilitas dari pemerintah hingga dukungan dari para suporter di lapangan dan di luar lapangan. 

Memang, akan butuh waktu yang tidak sebentar dan proses yang tidak pendek. 

Tapi, jika sepakbola kita berhasil mencapai level yang lebih baik, akan ada masa permainan penuh drama sekalipun tidak bisa menjegal langkah timnas Indonesia dari kemenangan. 

Dan jika Indonesia telah mencapai level tersebut, rasanya pantas saja untuk menyebut timnas kita dengan sebutan King Indo. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Wahyu Tri Utami

Sometimes I write, most of the time I read