Timnas Indonesia U-17 kalah telak dari Malaysia di laga terakhir fase grup Piala Asia U-17 dan membuat mereka gagal lolos ke putaran final. Berdasarkan pengamatan gue, ada beberapa faktor penyebab kekalahan telak ini. Apa saja sih?
FROYONION.COM - Kekalahan telak Timnas Indonesia U-17 dari Timnas Malaysia U-17 pada Minggu malam kemarin, berimbas kegagalan skuad asuhan Bima Sakti untuk lolos ke putaran final Piala Asia U-17 2023.
Menurut aturan, memang hanya ada 16 tim yang bakal masuk ke babak 16 besar. Para juara grup dari sepuluh grup yang ada, dipastikan lolos ke putaran final. Itu berarti hanya ada enam slot tersisa yang harus diperebutkan oleh para runner-up.
Maka dibuatlah peringkat klasemen khusus untuk para runner-up. Selisih gol menjadi tolak ukur penentuan peringkat tersebut. Enam tim runner-up teratas, layak lolos ke putaran final.
Sialnya bagi Indonesia, selisih gol yang dihitung adalah selisih gol hasil tanding melawan juara grup dan peringkat ketiga di tiap grup. Itu artinya, tolak ukur selisih gol Indonesia dihitung dari pertandingan mereka melawan Uni Emirat Arab dan Malaysia. 14 gol yang dicetak saat melawan Guam jadi nggak ada artinya.
Selisih gol yang berjumlah minus tiga gol membuat Indonesia berada di peringkat tujuh klasemen runner-up terbaik dan membuat tim Garuda Muda gagal lolos ke putaran final.
Namun ada beberapa hal yang perlu disorot yang, bisa dibilang menjadi penyumbang kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Malaysia. Apa saja? Inilah hasil pengamatan gue yang nobar laga ini di warkop tempat nongkrong anak muda:
1. KONDISI LAPANGAN YANG BURUK
Stadion Pakansari dipilih menjadi venue untuk menggelar empat laga yang dilakoni oleh Timnas Indonesia U-17. Para lawan Indonesia yang pernah bertanding di stadion tersebut kerap mengeluhkan kondisi lapangan yang buruk. Mulai dari kontur rumput yang nggak rata hingga sistem drainase yang kurang memadai ketika hujan turun.
Belakangan ini, Bogor memang tengah diguyur hujan. Hal ini pun jelas bakal memperburuk kualitas lapangan yang sebelumnya memang lebih banyak kurangnya itu. Belum lagi lapangan itu dipakai untuk menggelar empat laga dalam waktu yang sangat mepet. Nggak heran kualitas lapangan jadi nggak layak pakai sebetulnya.
Ini terlihat dari banyaknya permukaan lapangan yang habis rumputnya dan hanya berupa tanah. Begitu diguyur hujan, lapangan menjadi berlumpur dan licin. Nggak heran pelatih Malaysia yang kemarin melakukan selebrasi, berkali-kali terpeleset.
Kondisi lapangan yang kurang memadai ini menyulitkan pemain Timnas Indonesia U-17 dalam mengembangkan permainannya. Indonesia yang bermain dengan skema build up melalui umpan-umpan pendek, mengalami kesulitan dalam membagi bola.
Permukaan lapangan yang nggak rata, bikin bola menggelinding dengan kurang mulus. Sehingga yang terjadi, umpan antarpemain jadi nggak tersambung dan bola jadi gampang kena rebut oleh pemain Malaysia.
Kondisi lapangan yang berlumpur dan licin juga menyulitkan pemain Timnas Indonesia dalam mengeluarkan skill individu mereka demi lolos dari kawalan pemain Malaysia. Alhasil lagi-lagi bola pun gampang kena rebut.
Para netizen mempertanyakan alasan PSSI lebih memilih Stadion Pakansari ketimbang JIS sebagai venue. Ada yang menyebut, ini soal budget.
Seandainya tim Garuda Muda bermain di lapangan yang lebih baik, mungkin hasilnya bakal berbeda. Ya, bisa saja kalah juga sih, tapi gue yakin kalahnya nggak banyak-banyak.
2. KELELAHAN
Sejak laga pertama melawan Guam, pelatih Bima Sakti selalu menurunkan tim utama. Kemenangan telak 14 gol tanpa balas atas Guam menjadi bukti bahwa Timnas Indonesia punya starting eleven yang tokcer.
Sayangnya, pelatih Bima Sakti jarang melakukan rotasi pemain sehingga berakibat kelelahan fisik para pemain inti.
Berbeda dengan Malaysia yang berani menurunkan skuad lapis kedua sehingga tim inti mereka punya waktu istirahat yang lebih. Terbukti pada laga tersebut, pemain Timnas Indonesia tampak kurang fit ketimbang pemain Timnas Malaysia. Bahkan pemain belakang Timnas Indonesia beberapa kali kalah adu sprint dengan penyerang Malaysia.
3. TAKTIK YANG NGGAK ADAPTIF
Meski sudah tahu bahwa kondisi lapangan kurang memungkinkan untuk bermain dengan skema umpan-umpan pendek dan permainan nggak berkembang, nggak terlihat usaha pelatih Bima Sakti untuk mengubah gameplay yang harusnya sudah dilakukannya setelah kebobolan dua gol. Pelatih Bima Sakti seolah nggak punya strategi cadangan ketika strategi pertama buntu.
Dalam hal ini pelatih Malaysia, Osmera bin Omaro, lebih cerdik. Pada laga itu, Malaysia bermain dengan reaktif. Terlihat para pemain Malaysia bermain lebih sabar dan menunggu celah ketika para pemain Garuda Muda bermain sangat agresif.
Memang di menit awal pemain Indonesia mendapat beberapa peluang emas. Namun ketenangan dan kesabaran pemain Malaysia dalam mengantisipasi serangan, berhasil menyelamatkan gawang mereka dari kebobolan.
Bonusnya, Malaysia berhasil mencetak gol lewat serangan balik melalui umpan-umpan jauh ke pemain sayap mereka. Mereka seolah tahu, dengan kondisi lapangan yang nggak rata, bermain dengan skema umpan-umpan pendek di lini tengah bukanlah pilihan bijak.
Lagipula, bisa dibilang taktik yang diterapkan Bima Sakti di laga tersebut terkesan aneh. Sebetulnya Indonesia hanya butuh hasil imbang untuk lolos ke putaran final sebagai juara grup.
Anehnya Timnas Indonesia malah bermain kelewat terbuka dan kurang berhati-hati, yang berakibat terciptanya banyak celah di pertahanan mereka yang sialnya berhasil dimanfaatkan oleh para pemain Malaysia.
4. MALAYSIA BERHASIL MENGEKSPLORASI KELEMAHAN PEMAIN INDONESIA
Ada beberapa kelemahan pemain Timnas Indonesia U-17 yang sebetulnya sudah terlihat pada tiga laga sebelumnya.
Pertama, yaitu permainan yang kelewat terbuka dan kurang hati-hati sehingga tercipta banyak celah yang bisa dimanfaatkan oleh pemain lawan.
Kedua, para pemain Timnas Indonesia terlalu berfokus pada bola dan nggak memperhatikan pergerakan tanpa bola para pemain lawan padahal ini sangat krusial.
Ketiga, pemain Indonesia kalah saat harus berhadapan satu lawan satu dengan pemain lawan sehingga mudah dilewati.
Kelemahan-kelemahan itulah yang akhirnya berhasil eksplorasi oleh pemain Malaysia sehingga mereka berhasil mencetak lima gol.
Itulah beberapa faktor penyebab kekalahan telak Timnas Indonesia U-17 dari Malaysia dan berimbas kegagalan mereka lolos ke putaran final. Hasil ini memang mengecewakan. Namun ini bisa menjadi pembelajaran ke depannya agar menjadi lebih baik. Maju terus sepak bola Indonesia. (*/)