Bukan cuma atlet olahraga biasa aja yang bisa mengalami cedera, ternyata atlet esports juga bisa. Bahkan menurut data, banyak atlet e-sport yang harus pensiun di bawah umur 30 tahun karena cedera.
FROYONION.COM - Perkembangan industri game sebagai bagian dari industri kreatif Indonesia memang terbilang pesat.
Menurut data dari Global Games Market Report 2021, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai pasar game se-Asia dan peringkat 16 sedunia. Waktu yang dihabiskan untuk bermain game juga nggak sebentar, berkisar antara 30 menit hingga 1 jam setiap kali main. Itu kalo mainnya cuma sekali, kalo main berkali-kali seperti pro-gamers bisa menghabiskan waktu hingga 14 jam, Civs!
Bayangin kalo lo 14 jam duduk di depan layar gadget. Bagian leher, pundak, pinggang, mata, hingga jari-jari tangan bisa sakit. Kalo terjadi terus-menerus, bisa menyebabkan cedera fisik hingga merembet ke isu kesehatan mental.
Rupanya hal ini juga dialami oleh para atlet esports yang masih tergolong sebagai anak muda. Karena potensi cedera inilah, banyak atlet esports yang harus pensiun di bawah umur 30 tahun. Padahal, kebanyakan dari mereka yang pensiun dini sedang ada di puncak karier.
Hal ini juga dilihat oleh Coda Indonesia, sebagai bagian dari ekosistem industri game untuk meluncurkan campaign betajuk #MainSehatBarengCoda. Lewat campaign ini, Coda Indonesia juga bekerja sama dengan Rumah Sakit Pondok Indah - Bintaro Jaya, untuk mengedukasi masyarakat, atlet esports, hingga komunitas umum, tentang pentingnya aspek well-being dalam bermain game.
Soalnya, masih banyak orang yang menyepelekan potensi cedera pada atlet esports. Padahal menurut dr. Antonius Andi Kurniawan, Sp.KO, atlet esports berpotensi untuk mengalami cedera di bagian leher, pinggang, mata, dan pergelangan tangan. Hal ini dikarenakan kesalahan postur para atlet esports dan intensitas permainan yang terbilang tinggi.
Maka, penting banget buat para atlet esports menyeimbangkan antara bermain game, berolahraga, dan beristirahat. Latihan itu memang penting, tapi kalo mau mencetak medali emas di Piala Presiden 2022 mendatang para atlet juga harus dalam kondisi sehat dan prima.
“Agar dapat meminimalisir cedera dan menghindari kerusakan saraf di masa mendatang, setiap 30-60 menit permainan pastikan gamers melakukan istirahat minimal selama 5 menit. Lakukan peregangan pada bagian dada, lengan, telapak tangan hingga jari. Selain itu, perhatikan postur tubuh ketika bermain dan jangan lupa selalu lakukan pemanasan. Selain gerakan dan istirahat, pola hidup sehat juga tetap harus diperhatikan mulai dari olahraga hingga pola makan seimbang,” jelas dokter spesialis kedokteran olahraga, dr. Antonius Andi Kurniawan, Sp.KO.
Selain memberikan saran beberapa gerakan mudah yang bisa dilakukan para atlet esports di rumah, Coda Indonesia bersama tim riset RS Pondok Indah - Bintaro Jaya juga berencana untuk melakukan penelitian tentang pentingnya menjaga kesehatan bagi atlet esports. Nantinya penelitian ini akan dimulai pada November 2022 dan membutuhkan waktu selama 3-6 bulan.
Harapannya, penelitian ini dapat menjadi dasar studi untuk menyusun program pencegahan cedera hingga terapi pada atlet esports.
Program ini juga turut didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan hadirnya Neil El Himam selaku Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenparekraf RI.
“Indonesia memiliki lebih dari 53 juta gamer dan akan terus bertumbuh. Dengan adanya program ini, semoga ke depannya dapat memelihara ekosistem dan industri gaming di Indonesia sebagai suatu potensi untuk Indonesia mengambil peran menuju ekonomi nomor empat terbesar dunia di tahun 2045,” terangnya.
Nantinya program #MainSehatBarengCoda ini bukan hanya diperuntukkan bagi atlet esports aja, tapi juga untuk masyarakat luas yang suka main game. Buat lo yang merasa lehernya suka sakit, tangannya suka pegel-pegel, matanya suka pedes, atau pinggangnya suka encok, bisa segera memeriksakan diri ke RS Pondok Indah-Bintaro Jaya.
Soalnya, di sana ada fasilitas Sport Medicine, Injury, and Recovery Center (SMIRC) yang menjadi tempat pelatihan dan pemulihan dari cedera akibat olahraga termasuk esports. Fasilitasnya lengkap banget dan penanganannya langsung sama dokter spesialis kedokteran olahraga, Civs.
Selain potensi cedera fisik, Coda Indonesia juga menjelaskan bahwa para atlet esports juga harus memperhatikan kesehatan mental mereka. Bermain game selama belasan jam tanpa istirahat dan bersosialisasi dengan orang lain bisa meningkatkan tingkat stres dan menimbulkan depresi. Tentunya hal ini juga perlu pencegahan dan penanganan yang tepat.
“Nantinya kita juga akan bekerja sama dengan dokter spesialis kejiwaan untuk memberikan konsultasi dan penanganan paling tepat bagi para atlet esports. Kita juga akan menyusun modul dan programnya agar bisa dilakukan secara sustainable,” jelas Rurie Wuryandari, Direktur Hubungan Eksternal Coda Indonesia.
dr. Antonius Andi Kurniawan, Sp.KO juga menambahkan bahwa berolahraga juga bisa membantu kita untuk menjaga kesehatan mental. Dengan rutin olahraga, tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin yang biasa disebut happy hormone. Alhasil kondisi mental sekaligus fisik para atlet esports dapat lebih prima.
“Bersyukurnya sekarang sudah ada tim esport yang memperhatikan kondisi fisik dan mental para atletnya. Mereka memberikan fasilitas pelatih fisik dan mental yang bertugas memberikan pelatihan bagi para atlet agar tetep sehat jasmani dan rohani. Walaupun masih sedikit, namun hal ini harus diapresiasi,” tutur Lius Andre, Professional Esports Talent, yang turut mengapresiasi program #MainSehatBarengCoda. (*/)