Harapan kembalinya kejayaan sepakbola Italia sirna usai tiga perwakilannya, Fiorentina, AS Roma dan Inter Milan kandas pada partai final kompetisi Eropa musim ini.
FROYONION.COM - Kompetisi sepakbola antar tim di Eropa pada musim baru saja usai. Tiga kompetisi yang diselenggarakan, yakni Champions League, Europa League dan Conference League. Berbagai cerita juga muncul usai gelaran tahunan tersebut.
Beberapa rekor baru berhasil dicetak usai tiga laga final ini. Dua tim asal Inggris, Manchester City dan West Ham United berhasil meraih kemenangan di partai final Champions League dan Conference League.
Trofi ini juga menjadi yang perdana bagi kedua tim tersebut. Bahkan, bagi West ham United, trofi Conference League mengakhiri puasa tim asal London tersebut di kancah Eropa setelah terakhir menang 58 tahun silam pada musim 1964/1965.
Pada gelaran Europa League, Sevilla semakin mengukuhkan dirinya menjadi penguasa di kompetisi kelas kedua antar tim Eropa tersebut. Sevilla berhasil mengalahkan AS Roma di laga final lewat babak adu penalti dengan skor akhir 4-1.
Kemenangan ini menjadi trofi Europa League yang ke-7 Sevilla sekaligus menjadi yang terbanyak dibandingkan dengan tim lainnya.
Di balik berbagai rekor yang berhasil dipecahkan pada tiga laga final tersebut, terdapat hasil yang kurang mengenakkan khususnya bagi sepakbola Italia. Bagaimana tidak, Italia menjadi negara terbanyak yang mengirimkan perwakilannya pada tiga laga final tersebut, yaitu tiga tim.
Meskipun demikian, Fiorentina, AS Roma dan Inter Milan yang menjadi wakil Italia pada tiga partai final tersebut justru gagal meraih hasil maksimal. Alhasil, tiga trofi yang pada awalnya mungkin saja bisa hadir di tengah-tengah publik Italia justru lepas begitu saja.
Awal kembali terlihatnya tim Italia di kancah Eropa mulai terjadi sejak musim lalu. AS Roma mengakhiri puasa gelar tim Italia di kompetisi Eropa setelah menjadi juara di kompetisi Conference League. Tim asuhan Jose Mourinho tersebut berhasil menjadi juara perdana di kompetisi kasta ketiga tim Eropa ini usai mengalahkan Feyenoord dengan skor tipis 1-0.
Harapan besar kembali muncul pada musim ini. Beberapa tim Italia berhasil berbicara banyak di tiga kompetisi Eropa. Hal yang paling mencolok terjadi di Champions League. Italia berhasil menempatkan tiga timnya langsung di babak perempat final.
Ketiga tim tersebut adalah Inter Milan, AC Milan dan Napoli. Tidak berhenti disitu, pertemuan antar tim Italia juga terjadi di babak semifinal, antara Inter Milan vs AC Milan. Laga derby yang berhasil dimenangkan oleh Inter Milan tersebut membuat Il Nerazzurri tampil di partai final Champions League pada musim ini.
Tampilnya Inter Milan di babak final Champions League, ditambah AS Roma yang tampil di final Europa League dan Fiorentina di final Conference League menghadirkan harapan besar akan kembalinya kejayaan tim Italia di kompetisi Eropa. Bahkan, dilansir dari laman Daily Mail, berhasilnya Fiorentina, AS Roma dan Inter Milan tampil di tiga final kompetisi Eropa pada musim ini kerap diartikan sebagai awal renaissance tim Italia di benua biru.
Harapan akan hadirnya renaissance sepakbola Italia justru sirna untuk musim ini. Meskipun mengirimkan satu wakil di tiga final kompetisi Eropa pada musim ini, tidak ada satupun dari tim tersebut yang berhasil membawa pulang gelar juara ke Negeri Pizza.
Inter Milan yang menjadi wakil Italia di final Champions League pada musim ini harus tunduk dari jawara Premier League, Manchester City. Pada laga yang dimainkan di Istanbul, Turki tersebut, Il Nerazzurri mesti mengakui keunggulan tim asuhan Pep Guardiola dengan skor tipis, 1-0.
Laga sengit hadir di partai final Europa League. Di bawah komando Jose Mourinho, AS Roma yang pada musim sebelumnya menjadi juara di Conference League menghadapi tim tersukses di kasta kedua kompetisi antar tim Eropa, Sevilla pada laga final.
Dybala dkk mampu menahan imbang Sevilla dengan skor 1-1 pada waktu normal dan dua babak perpanjangan waktu. Meskipun demikian, tim asal kota Roma tersebut harus mengakui keunggulan Sevilla di babak adu penalti dan kalah dengan skor akhir 4-1.
Nasib serupa juga terjadi di partai final kompetisi kasta ketiga antar tim Eropa, Conference League. Perwakilan Italia, Fiorentina harus mengakui keunggulan tim asal Inggris, West Ham United pada partai final Conference League. Pada laga final tersebut, Fiorentina harus menderita kekalahan atas West Ham United dengan skor tipis, 2-1.
Praktis, kekalahan di tiga partai final ini membuat harapan untuk kembali berjayanya sepakbola Italia di kancah Eropa masih belum terwujud pada musim ini.
Lalu, apa yang menyebabkan harapan kebangkitan sepakbola Italia di kancah Eropa gagal terjadi pada musim ini? Secara gamblang, setidaknya terdapat dua faktor besar yang memungkinkan kenapa tim asal Italia masih berada di belakang tim asal Inggris dan Spanyol yang menjadi juara Eropa pada musim ini.
Dilansir dari laman BBC, faktor pertama yang menyebabkan sepakbola Italia masih belum kembali berjaya di Eropa adalah penerapan strategi dan taktik permainan. Pemain-pemain Italia dianggap memiliki kekurangan dalam pemahaman taktik permainan.
Hal ini sempat disinggung oleh Pelatih Tim Nasional Italia, Roberto Mancini. Mancini menyebutkan, tim yang sukses di kancah Eropa pada musim ini, seperti Napoli dan AC Milan justru dihuni oleh pemain yang berasal dari luar Italia.
“Itu belum terjadi (renaissance di sepakbola Italia). Hanya enam atau tujuh pemain Italia yang benar-benar menjadi bagian dari starting XI Napoli, Milan dan Inter,” jelas Mancini seperti yang dikutip dari laman yang sama.
Faktor kedua, yang juga mungkin berpengaruh besar terhadap perkembangan sebuah tim sepakbola adalah perbedaan finansial antara tim-tim Italia dengan negara besar lainnya. Secara finansial, tim-tim asal Italia masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan tim-tim asal Inggris, Spanyol bahkan Prancis yang mulai mendapatkan kucuran dana dalam jumlah besar.
Contoh paling mudah bisa dilihat pada laga Inter Milan vs Manchester City pada final Champions League musim ini. Sokongan dana yang kuat membuat kedalaman tim Man City begitu luar biasa pada musim ini. Tim-tim besar, seperti Bayern Munchen dan Real Madrid berhasil dikalahkan oleh Haaland dkk. Hasilnya, tidak hanya trofi Champions League, The Citizens juga berhasil membawa pulang gelar juara Premier League dan FA Cup ke kota Manchester pada musim ini.
Terlepas dari kegagalan yang diraih pada musim ini, setidaknya masih terdapat secercah harapan untuk kembali melihat kejayaan sepakbola Italia di level dunia. Jika tren positif ini terus terjaga dan berbagai persoalan berhasil diatasi, bukan tidak mungkin, tim-tim Italia yang dikenal menakutkan seperti beberapa dekade silam akan kembali kita saksikan bersama-sama. (*/)