Dengan menjadi seorang stoik, yakin deh cemas lo hilang, hidup lo pasti tenang. Gak perlu lagi galau-galauin hidup yang rasanya berat banget buat dijalanin.
FROYONION.COM - Civs, lo semua tentu sekarang udah gak asing lagi kalau mendengar frasa mental health? Yaps. mental health atau kesehatan mental, sekarang udah jadi isu yang gak asing lagi bagi anak-anak muda kreatif di Indonesia, apalagi katanya bagi muda-mudi yang lelah dengan kerasnya hidup di ibu kota (khususnya jaksel).
Kesehatan mental ini emang ga bisa disepelein gitu aja. Orang-orang yang kesehatan mentalnya terganggu cenderung lebih mudah emosi, cemas, overthink, pokonya semua hal gabaik bisa mereka rasain. Parahnya lagi, itu semua bisa mereka rasain karena hal-hal yang mungkin kita anggap sepele, tapi tentunya sangat nggak sepele buat mereka. Yakin deh, di dalam hatinya, mereka tuh sebenarnya cape, ingin menyerah, tapi ya gak mau juga ngerasain kaya gitu terus.
Kalau dipikirin baik-baik (pake logika pastinya), siapa sih orang yang pengen ngerasain masalah terus dalam hidupnya? Nggak ada kan! Orang yang kesehatan mentalnya baik-baik aja pasti pengen hidupnya tanpa masalah, gak mau ngerasa cemas terhadap apapun, pengen hidup berjalan tenang-tenang aja. Tentunya, hal itu juga berlaku bagi orang-orang yang kesehatan mentalnya terganggu.
Nah Civs, kalau emang lo termasuk orang yang mudah cemas, atau gamau ngerasain cemas lagi dalam hidup, ternyata ada salah satu cara yang bisa lo pelajari. Caranya itu dengan mempelajari filosofi stoikisme.
Jadi apa sih filosofi stoikisme tuh? Filosofi stoikisme ini ternyata udah ada dari zaman yunani dan romawi kuno, ditemukan oleh seorang filsuf yunani bernama Zeno dan akhirnya terus dikembangkan sama filsuf-filsuf lainnya kaya Seneca, Epitectus dan Marcus Aurelius.
Dengan mempelajari filosofi stoikisme, nantinya lo bisa mengendalikan apa yang ada di dalam dimensi lo sendiri, seperti apa yang kita pikirkan dan apa yang kita lakukan. Sementara apapun yang ada di luar dimensi kita, atau hal-hal eksternal adalah hal diluar kendali kita, seperti semua peristiwa, situasi, dan tindakan atau perilaku orang lain terhadap kita. Dengan menjadi seorang stoik, yakin deh cemas lo hilang, hidup lo pasti tenang. Gak perlu lagi galau-galauin hidup yang rasanya berat banget buat dijalanin.
Sederhananya gini, dengan menjadi seorang stoik, kebahagian itu bisa lo bentuk sendiri dengan fokus sama hal-hal yang bisa lo kontrol, yaitu pikiran dan perilaku kita sendiri, sementara hal-hal yang ga bisa dikontrol cukup lo abaikan. Dengan mempelajari stoikisme, membuat lo bisa berpikir secara sistematis untuk mengatur kebahagiaan diri lo sendiri, dan lo bisa buang jauh-jauh semua hal yang bakal bikin lo stress, lebih bersyukur sama semua hal yang sedang lo jalani, pokoknya diri lo sendiri yang pegang kendalinya.
Bahkan lo harus tau ini civs, Marisa Anita, jurnalis sekaligus aktris yang terkenal cerdas aja mempelajari filosofi stoikisme ini. Di kanal Greatmind.id, Marisa Anita cerita kalau stoikisme bikin kesehariannya menjadi jauh lebih tenang. Menurut Marisa, salah satu tujuan penting dari stoikisme itu adalah penguasaan diri, yang ujungnya bisa bikin diri kita cenderung tenang, tahan mental dan punya emosi yang seimbang. Dengan menjadi stoik, penerimaan diri terhadap perasaan negatif bakal lo geser menjadi perasaan positif dengan cara mengolah persepsi.
Contohnya gini, saat gue mencoba jadi kontributor di Froyonion, tentunya gue berharap tulisan yang gue bikin bisa di-publish dong. Supaya ditayangin, gue coba cari tema yang unik, research bahan tulisan sana-sini biar tulisan yang dibikin ini maksimal. Nah tadi semua itu adalah hal-hal yang bisa diri gue kendalikan. Yang gak bisa gue kendalikan di situasi ini adalah apakah editor akan menganggap tulisan yang gue bikin layak untuk ditayangin atau nggak.
Banyak faktor yang bisa mempengaruhi keputusan editor yang ada diluar kendali kita, apapun itu. Akhirnya yang bisa gue lakuin cukup fokus bikin tulisan sebaik-baiknya, kalau tulisan gue di-publish ya syukur, kalau nggak juga yaudah, gue gak akan habisin waktu buat ngeluh, tapi gue bisa milih buat nyoba nulis lagi atau engga, karena itu ada dalam kendali diri gue.
Kenapa se-yaudah itu? Ya karena seorang stoik akan lebih dulu menyimpan ekspektasinya di wilayah yang bisa dikendalikan. Mencoba mengendalikan hal-hal diluar kendali cuma bakal bikin lo makin frustasi, kecewa, bahkan sampai sakit hati. Seorang stoik dari awal udah mikirin hal terburuk dari apa yang akan dia lakukan agar lebih siap dan lebih menerima ketika yang dilakukannya tidak sesuai ekspektasi.
Kita bisa melakukan apapun sesuai keinginan. Tapi ingat, kita tidak bisa mengontrol pikiran seseorang terhadap apa yang kita lakukan, mereka bisa suka, bisa juga sebaliknya. Ketika orang lain nggak suka, ngapain kita paksa? Percuma, karena belum tentu kita bisa merubah cara pandang seseorang terhadap kita.
Kalau kata Marisa Anita, “Seorang stoik tidak akan buang waktu dan energi adu mulut meyakinkan orang lain bahwa ia orang baik. Ia akan menunjukkan melalui tindakan-tindakan yang selaras dengan kebajikan secara konsisten dalam kesehariannya. Speak less, act more. That’s it. Kalau orang lain mau suka atau nggak suka, terserah dia.”
Terus apa sih yang bikin filosofi stoikisme ini makin populer?
Jika dikerucutkan, makin populernya filosofi stoikisme ini disebabkan satu hal yang udah nemenin kita selama 2 tahun kebelakang, yaitu pandemi covid-19. Kondisi pandemic covid-19 lah yang menjadi titik mulanya semua ini. Ya kita tahu lah ya, sejak pandemi covid-19 ini mulai masuk ke Indonesia, mau gak mau kita dipaksa hidup dengan serba keterbatasan yang memaksa kita untuk hidup dengan yang namanya kebiasaan baru.
Pas tahun 2020 awal, gue inget kalau pemerintah mengumumkan kasus pertama covid-19 di Indonesia. Ketika hal itu diumumkan, bak kiamat yang bentar lagi datang, masyarakat di seluruh penjuru Indonesia panik dan khawatir. Dengan kasus yang makin hari makin meningkat, pemerintah pun mulai mengeluarkan berbagai kebijakan untuk membatasi kegiatan masyarakat, mulai dari PSBB, PSBB transisi, PPKM, sampai PPKM level.
Segala pembatasan kegiatan itu tentunya bikin lo semua, termasuk gue ngerasa bosen, jenuh sampai stress. Siapa sih yang ga stress ketika secara mendadak dipaksa untuk diam di rumah, ga boleh ini, ga boleh gitu, pokoknya serba dilarang. Padahal sebelum ada covid, hidup kita serba bebas mau ngelakuin apapun, tiap malem bisa party sama bestie.
Bahkan dalam laporan berjudul The State of the World’s Children 2021; On My Mind: promoting, protecting and caring for children’s mental health yang dibuat UNICEF, covid-19 bakal ngasih dampak jangka panjang bagi Kesehatan mental para remaja. Merujuk dari laporan UNICEF itu, sebagai remaja (yang umurnya lebih sedikit dari remaja) mengasumsikan wajar ternyata kalau gue stress akibat pandemi covid-19 ini yang nggak beres-beres.
Pastinya, baik gue maupun kalian ga mau kan terus ngerasa stress gara-gara terjebak di kondisi ini. Ngerasa jenuh dan cape terus, ga enak dan ga baik juga buat Kesehatan mental. Dari kondisi inilah beberapa orang mungkin nyari tahu, gimana sih biar kita ga stress ketika hidup dengan serba keterbatasan, hingga akhirnya munculah filosofi stoikisme ini ke permukaan.
Saat dalam kondisi stress dan penuh dengan tekanan hidup, orang-orang tentunya mencari cara untuk keluar dari hal tersebut dengan melakukan hobi yang bisa dilakukan di rumah aja. Banyak hal yang menjadi pilihan, mulai dari nonton Netflix, work out, main game, hingga (terpaksa) rajin membaca buku.
Nah civs, menurut gue, stoikisme mulai disadari jadi obat stress sama para pembaca buku di tengah pandemi. Kalau di Indonesia, filosofi stoikisme ini dibahas dalam salah satu buku karya Henry Manampiring yang terbit di tahun 2018, yaitu filosofi teras. Menjadi book of the year IKAPI 2019, penjualan buku yang membahas terkait pengantar filsafat stoa ini ternyata terus meningkat, termasuk saat masa pandemi. Mungkin para pembacanya merasa buku ini sangat relate dengan kondisinya di masa-masa suram saat pandemi.
Stoikisme pun makin populer lagi setelah banyak youtuber yang membahas terkait filosofi ini. Mulai dari Marisa Anita yang membahasnya di youtube greatmind.id pada tahun 2021, hingga Raditya Dika, Ferry Irawandi dan YouTuber lainnya pun turut membahas filosofi ini hingga akhirnya stoikisme semakin populer. Semua yang membahas filosofi ini bilang kalau stoikisme bisa membuat stress lo hilang, hidup lo pun bisa jauh lebih tenang. Relate banget kan sama lo yang udah stress banget karena pandemi. Kalau udah relate gini ya pasti dong makin populer.
Sedikit cerita aja nih ya, waktu gue pertama kali tahu stoikisme kadang gue mikir, kok relate ya? Apa sebenernya secara nggak sadar gue ini seorang stoik karena gue ngerasa sering melakukan apa yang Marisa Anita bilang di atas. Tapi ke-kepoan ini lah yang akhirnya bikin gue nyari tahu lebiah jauh lagi tentang stoikisme. Alasannya ya simple, terkadang gue merasa terbebani dengan semua masalah dan ingin hidup tenang, itu aja. Kalau emang nilai-nilai stoikisme udah ada di diri gue walaupun cuma sedikit, ya gue pengen jadi stoik sepenuhnya.
Tapi terlepas dari itu, gue percaya ko kalau filosofi stoikisme ini memang layak buat dipelajari. Karena bagi gue, bisa mengontrol hidup kita sendiri adalah sesuatu yang sangat berguna pastinya.
Ya intinya gini, kamu adalah kapten untuk dirimu sendiri. Kemana ia akan berlayar, dirimulah yang menentukan arahnya, bebas memikirkan kemana ingin berlabuh (sedikit puitis nggak apa-apa lah ya). So, masih ga mau nyoba jadi stoik? Lo bisa hidup tenang loh. (*/)