Kalo masalah terberat kamu pas ngatur uang adalah ‘self-control’, maka kamu wajib baca buku ini sampe selesai.
FROYONION.COM - Psychology of Money adalah buku karya Morgan Housel yang membahas tentang keuangan tapi dari sisi psikologis. Menarik kan?
Dalam buku ini Housel banyak membahas pola pikir dan perilaku kita terhadap uang ternyata memiliki pengaruh paling signifikan dibanding jumlah harta yang kita punya lewat berbagai contoh cerita nyata dan paparan data.
Tenang, buat kamu yang gak suka dengan hal-hal yang berbau ekonomi karena gampang mumet liat angka, buku ini masih bisa banget dinikmatin karena esensi dari buku ini, sebenernya bukan angka melainkan trigger untuk kita mengubah mindset dan cara pandang terhadap berbagai keputusan keuangan, baik yang kita atau orang lain lakukan.
Banyak dari kita yang memulai mengatur keuangan dengan membuat pos-pos anggaran atau buka rekening sesuai kebutuhan. Nggak salah, malah memang harus gitu. Tapi, sebelum kita beranjak ke pengaturan keuangan ada beberapa insight dari buku ini yang bagus banget buat kita terapkan.
1. SEMUA KEPUTUSAN KEUANGAN ITU BERDASAR
Ternyata, berbagai keputusan keuangan yang dilakukan baik kita maupun orang lain bisa jadi didasarkan berbagai faktor misalnya kondisi kesulitan saat ini atau kekhawatiran akan masa depan.
Salah satu contoh di buku ini adalah ternyata mayoritas pembeli tiket lotere di Amerika Serikat adalah orang dengan penghasilan rendah tapi mirisnya, mereka bisa menghabiskan ratusan dollar per tahun untuk membeli tiket lotre.
Rata-rata mereka menghabiskan 400 dollar yang sebenernya bisa banget ditabung untuk dana darurat. Daripada menabung mereka justru bertaruh untuk sesuatu yang peluangnya nggak gede-gede amat. Nggak make sense kan? Tapi, buku ini memberi perspektif berbeda. Morgan menjelaskan kenapa ini bisa terjadi:
“Beli tiket lotere adalah satu-satunya waktu dalam hidup kami ketika kami bisa memegang mimpi yang seolah nyata untuk mendapat barang-barang bagus yang Anda sudah punya dan anggap biasa saja. Kami membayar mimpi, dan boleh jadi Anda tak mengerti karena sudah hidup dalam mimpi itu.”
Walau secara nalar, memang sulit diterima tapi memang kita nggak perlu menerima itu. Kita cuma perlu memahami, bahwa tiap keputusan keuangan itu memiliki dasarnya masing-masing dari pengalaman yang berbeda-beda.
BACA JUGA: KENAPA ORANG KAYA CENDERUNG NYARI PASANGAN DENGAN TINGKAT FINANSIAL YANG SEPADAN?
2. FAKTOR X DI TIAP KONDISI KEUANGAN
Faktor X dalam buku ini bisa diasumsikan sebagai keberuntungan yang mana seringnya di luar kendali kita dan risiko suka atau nggak suka akan selalu ada di setiap keputusan yang kita buat.
Walau ada, sayangnya dua hal ini bukan sesuatu yang bisa diukur bahkan dikendalikan. Makanya, kadang ada banget tuh orang yang keliatannya nggak kerja keras, santai-santai tapi duitnya banyak.
Ya gitu, keberuntungannya emang gede. Sebaliknya, ada juga orang yang udah kerja keras tapi gak kaya-kaya. Di sini, kita memang butuh kesadaran level tinggi untuk membuka pikiran bahwa ya keberuntungan memang punya caranya sendiri.
Namun, kita bisa mengakali risiko dan kegagalan dengan mengatur keuangan kita sesuai dengan kemampuan kita. Acceptance first, then focus on your own.
3. MEMELIHARA RASA CUKUP
Kadang, merasa cukup bisa jadi bagian paling sulit dalam hidup kita. Liat tetangga atau kolega sudah punya macam-macam, rasanya pengen ikut beli juga.
Tapi ngikutin nafsu untuk punya sesuatu terus menerus, bakalannya cuma bikin kita menyesal nantinya.
Gimana biar bisa merasa cukup? Setidaknya, ada dua hal yang Morgan tulis dalam bab 3 buku ini. Pertama mengurangi harapan karena kebahagiaan hanyalah hasil yang dikurangi harapan. Kedua, tahu kapan waktu berhenti ambil risiko yang bisa mengancam keuanganmu alias jangan serakah. Bisa jadi uangmu gak sebanyak tetangga kiri kananmu, tapi kalau itu sudah cukup mau apalagi?
“Tak ada alasan untuk mempertaruhkan sesuatu yang anda miliki dan butuhkan, demi apa yang tak anda miliki dan tak anda butuhkan.” - Morgan Housel.
4. KEKAYAAN ITU YANG GAK KELIATAN
Mencari dan menyimpan uang, ternyata membutuhkan kemampuan yang berbeda. Kalo nyari uang kamu butuh keberanian mengambil risiko dan rasa optimis.
Nah, kalo nyimpan uang yang kamu butuhkan adalah nurunin ego dengan bersikap rendah hati dan rasa takut kehilangan.
Dua poin ini akan men-trigger kamu untuk hidup secukupnya sesuai kemampuan.
Semakin kamu sadar bahwa yang kamu butuhkan itu hidup secukupnya, maka semakin banyak juga harta yang kamu miliki.
Karena bener banget apa yang Morgan sampaikan pada bab 9 bahwa kekayaan itu adalah aset finansial yang belum diubah menjadi barang, uang yang belum dibelanjakan dan pilihan keuangan yang belum digunakan jadi praktis sebenarnya.
Kekayaan itu sesuatu yang nggak keliatan karena kamu nggak bisa ngeliat rekening, investasi atau catatan utang orang lain.
Sayangnya nih, pola pikir kita sudah kebentuk kalau kaya berarti bisa belanja apa saja padahal ternyata kekayaan adalah kemampuan kita untuk bisa menahan diri.
BACA JUGA: TIPS MENGELOLA KEUANGAN BUAT ANAK MUDA SUPAYA MELEK FINANSIAL
5. MASUK AKAL ITU SUBJEKTIF
Bagian ketika mempelajari pengaturan keuangan adalah membuat pos-pos anggaran dengan persentase tertentu. Misalnya dana darurat, idealnya 10% sampai 20% dari total pendapatan per bulan, atau ratio utang misalnya tidak boleh lebih dari 30%.
Tentu saja ini gak salah, tapi instead mengikuti angka-angka ini, akan lebih masuk akal kalau kamu menilik keuanganmu sendiri dulu sebelum memutuskan persentase spending dan saving yang mau kamu anggarkan.
Boleh jadi, angka-angka itu mungkin masuk akal dan fit untuk kamu yang masih single dan tinggal bareng orangtua di kota besar.
Tapi kondisinya akan berbeda jika harus diterapkan ke orang lain yang sudah berkeluarga dan sandwich generation bahkan di kota yang sama.
Jadi memang, pengaturan keuangan itu sifatnya personal dan berbeda-beda tiap orang. Nggak masalah loh kalo kamu punya standar sendiri selama hidup kamu tenang dan tidur malam kamu nyenyak tanpa merugikan siapapun.
Masih banyak lagi sebenernya pelajaran yang bisa diambil dari buku ini seputar bagaimana sebaiknya kita mengatur pola pikir dan ekspektasi dalam pengaturan keuangan.
Intinya, tujuan pengelolaan keuangan yang kita lakukan hari ini dengan berbagai pertimbangan adalah agar kita dapat menggunakan uang kita untuk memiliki pilihan yang lebih banyak dan kendali atas waktu yang lebih luas. (*/)