Tips

KERJA SEWAJARNYA AJA, JANGAN SAMPAI JADI 'TOXIC PRODUCTIVITY'

Bukannya mendapat lingkungan kerja yang membangun dan menyenangkan, justru malah menciptakan lingkungan yang kompetitif.

title

FROYONION.COMPernah nggak sih lo melakukan suatu kegiatan, tapi malah bikin mental dan fisik lo jadi menurun? Atau ngelupain waktu istirahat untuk melakukan suatu kegiatan yang lo anggep positif?

Ya nggak masalah sih, namanya juga masih muda, rasanya sayang banget kalo nggak diisi sama kegiatan-kegiatan yang positif kayak ikut organisasi, jadi volunteer, ataupun magang. Selagi muda harus banyak-banyak kegiatan buat nambah pengalaman dan relasi. 

Eits, tapi apa lo yakin dengan melakukan banyak kegiatan positif bakal berdampak positif juga?

Memang, menjadi produktif adalah hal yang baik, tapi semua yang berlebihan justru malah nggak baik, Civs. Berusaha melakukan banyak hal di waktu yang bersamaan bisa memberikan efek burnout. Kalo udah begitu, bisa jadi lo mengalami toxic productivity.

EMANG APAAN, SIH?

Toxic productivity merupakan suatu kondisi yang membuat seseorang terobsesi untuk melakukan kegiatan yang dianggap positif secara berlebihan dan berkelanjutan. Kalo dalam dunia kerja, hal ini sering dihubungan dengan workaholic

Orang yang udah ngalamin toxic productivity biasanya terus dihantui rasa bersalah kalo nggak ngelakuin apa-apa atau melakukan suatu pekerjaan dengan hasil yang menurutnya kurang memuaskan. Bahkan seseorang dengan toxic productivity jarang punya waktu untuk keluarga, temen, ataupun dirinya sendiri. Akibatnya, banyak yang jadi stres berat. 

Ada beberapa penyebab kenapa seseorang bisa mengalami toxic productivity seperti hustle culture atau bekerja keras dari waktu normal untuk mencapai suatu kesuksesan dalam waktu yang cepat. 

BACA JUGA: DAMPAK ‘HUSTLE CULTURE’ BAGI KESEHATAN MENTAL ANAK MUDA DAN CARA MENGATASINYA

Penyebab lain adalah anggapan bahwa seseorang tidak merasa berharga bagi orang lain. Kondisi ini terjadi karena adanya tekanan dari lingkungan sekitar yang berlebihan. 

CIRI-CIRI TOXIC PRODUCTIVITY

Di zaman sekarang, persaingan dalam dunia pendidikan maupun pekerjaan kian ketat. Hal ini mendorong banyak orang untuk terus ambis melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa mendukung mereka untuk bersaing, yakni banyak melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti berorganisasi maupun kegiatan yang bisa nambah skill. Kebanyakan orang nggak menyadari kalo sedang mengalami toxic productivity karena emang ciri-ciri dari kondisi ini sendiri sulit banget untuk dikenali. 

Ciri-ciri seseorang yang mengalami toxic productiviy sebagai berikut, Civs:

1. Terobsesi untuk terus produktif

Bagi orang-orang dengan toxic productivity, istirahat merupakan hal yang sia-sia. Hal ini bisa menghambat kegiatan produktif yang mereka jalani. Bagi mereka, kegiatan produktif adalah hal wajib yang harus dilakukan. 

Menjadi produktif memanglah hal yang baik, tetapi jika berlebihan akan berdampak buruk untuk kesehatan karena selalu merasa bersalah jika nggak ngelakuin apa-apa hingga mengabaikan kesehatan sendiri.

2. Tidak pernah merasa puas

Orang yang mengalami toxic productivity cenderung tidak pernah merasa puas. Padahal secara objektif apa yang udah dilakuin udah lebih dari cukup. Kalo belum puas sama hasilnya, mereka sering mengulang atau kembali memeriksa pekerjaan sampai dirasa udah bener-bener sempurna. Bahkan selalu melakukan kegiatan lain yang sebenernya nggak perlu dilakuin demi memenuhi kebutuhan produktivitasnya. 

3. Nggak kenal kata istirahat

Umumnya, kalo kita ngerasa capek setelah berkegiatan seharian bakal langsung istirahat. Tapi nggak dengan si toxic productivity.

Waktu luang adalah waktu yang tepat bagi mereka untuk produktif. Mereka menganggap kalo orang yang bisa istirahat adalah orang yang pemalas dan nggak punya target.

BACA JUGA: MENYIASATI DIRI BIAR NGGAK TERJEBAK BUDAYA ‘HUSTLE CULTURE’

BAGAIMANA MENGATASINYA?

Kalo lo udah ngerasa punya ciri-ciri seperti yang udah gue sebutin di atas, sebaiknya lo lakuin hal-hal ini deh, Civs!

1. Kalo punya masalah, jangan dipendem!

Sadar atau nggak, masalah adalah awal dari kondisi toxic productivity. Ketika lagi punya masalah, kita cenderung mencari pelarian untuk melupakan sejenak masalah yang sedang dialami dengan bekerja atau mencari kegiatan positif. Kalo lo udah terlanjur mengidap toxic productivity, segera konsultasi dengan ahli atau seenggaknya cerita ke orang terdekat yang lo percayai.

2. Lakukan self care

Healing menjadi salah satu cara untuk keluar dari jerat toxic productivity. Jadwalkan cuti untuk rehat sejenak dari hingar-bingar kegiatan positif lo itu dengan liburan, nonton drama favorit, baca buku atau apalah yang nggak ngebuat lo terus-menerus ingat kerjaan. Emang sih, bagi orang dengan toxic productivity, cara ini dinilai nggak produktif, tapi seenggaknya lo bisa menjauh dari hal-hal yang mengganggu fisik dan mental.

3. Buat daftar prioritas

Orang dengan toxic productivity selalu diisi dengan banyak kegiatan, hal ini mengakibatkan mereka memiliki manajemen waktu yang buruk. Untuk itu, buatlah daftar prioritas mulai dari yang tidak mendesak, penting, dan sangat mendesak. Hal ini bisa membantu lo dalam me-manage waktu lo.

4. Hilangin pertanyaan “Abis ini gue ngapain lagi, ya?”

Pertanyaan kayak gini sering muncul di benak si toxic productivity. Kalo udah cukup sama apa yang udah lo kerjain, udah, stop. Nggak usah mikir bakal ngapain lagi setelah itu. Mulailah melakukan semuanya dalam batas wajar.

Toxic productivity sebaiknya kita hindari, tapi bukan berarti kita malah jadi kaum rebahan ya, Civs. Melakukan kegiatan-kegiatan yang positif adalah hal yang baik kok, asal dijalani dengan batasan-batasan yang wajar. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Annisa Paramadina Rahmi

Mahasiswa nyambi freelancer